Pro-Kontra Dalil Tentang Upah Bagi Da'i, Penceramah, dan Guru Agama, Kategori: Pendidikan Agama Sosial Kemasyarakatan, Judul Pro-Kontra Tentang Hukum Upah Bagi Da'i, Penceramah, dan Pengajar / Guru Agama, Tags yuqm: #pendidikan, keaagamaan, sosial, masyarakat
Friday, February 21, 2020
Sunday, October 13, 2019
Inilah Dalil Bahwa Mengirim Al Fatihah Sampai Ke Mayit
Kategori: Dalil Agama
Judul: Dalil Bahwa Mengirim Al Fatihah Sampai Ke Mayit
Tags yuqm: #dalil #agama, #sosial, #masyarakat
Inilah sejumlah dalil tentang mengirim pahala Al Fatihah dll sampai kepada mayit. Dalil yg ada disini tidak terfokus kepada madzhab AsSyafi'i saja akan tetapi tertuju kepada yg berpandangan sama, walaupun berbeda madzhab.
Ini diharapkan dapat memberikan keyakinan terhadap yg masih ragu atau sebagai pilihan bagi yg ingin ber-talfiq lintas madzhab karena suatu alasan syar'i atau alasan lain.
Mudah-mudahan ini menjadi sarana ibadah kita bukan malah menjadi fitnah menuntut ilmu yg tak diridhoi Allah. Wal'iyaadzu billah min dzaalik.
Selanjutnya mari kita cerna bersama, lalu kita amalkan sesuai keyakinan di hati. Semoga Allah memberikan kemantapan yg murni dalam mengamalkan ibadah, liridhoillaahi ta'aalaa. Aamiin.
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى
ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓﻨﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨
Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.”
Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh tujuh hari akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.” (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)
ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻃﻌﺎﻡ، ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ ،
ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ
Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib:
Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini..!”, lalu beliau mengulurkan tangannya dan makan, maka orang–orang pun mengulurkan tangannya masing–masing dan makan. ( Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110 )
ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﻴﺮ ﻗﺎﻝ : ﻳﻔﺘﻦ ﺭﺟﻼﻥ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻣﻨﺎﻓﻖ , ﻓﺎﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺳﺒﻌﺎ ﻭﺍﻣﺎﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺻﺒﺎﺣﺎ
Dari Ubaid bin Umair ia berkata: “Dua orang yakni seorang mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia difitnah selama tujuh hari, sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh hari.”
ﻗﺎﻝ ﻃﺎﻭﻭﺱ : ﺍﻥ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺳﺒﻌﺎ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﺴﺘﺤﺒﻮﻥ ﺍﻥ ﻳﻄﻌﻤﻮﺍ ﻋﻨﻬﻢ ﺗﻠﻚ ﺍﻻﻳﺎﻡ
Imam Thawus berkata: “Sungguh orang-orang yang telah meninggal dunia difitnah dalam kuburan mereka selama tujuh hari, maka mereka (sahabat) gemar menghidangkan makanan sebagai shadaqah untuk mereka yang telah meninggal dunia, pada hari-hari tersebut.” ( Imam As Suyuthi, Al-Hawi li al-Fatawi, tafsir Ibn Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al Syafi’i) 774 H, ayat 39 surah an Najm (IV/236: )
ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ
Adapun do'a, sedekah, termasuk bacaan Alquran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai, Menurut Imam Syafi’i. (Alqaul Alqadim).
Pada waktu beliau masih di Madinah dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan Imam Hanafi, bahwa bacaan al-Quran tidak sampai ke mayit.
Setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan mengatakan bacaan Alquran yang dihadiahkan ke mayit itu sampai, dengan ditambah doa :“Allahumma awshil.…dst.”, lalu murid beliau Imam Ahmad dan kelompok murid2 Imam Syafi’i yang lain berfatwa bahwa pahala bacaan Alquran sampai ke mayit.
ﺍَﻣَّﺎ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺔُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻓَـِﺎﻧَّﻪُ ﻳَﻨْـﺘَـﻔِﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺎﺗِّـﻔَﺎﻕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ. ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَﺕْ ﺑِﺬٰﻟِﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﺣَﺎ ﺩِﻳْﺚُ ﺻَﺤِﻴْﺤَﺔٌ ﻣِﺜْﻞُ ﻗَﻮْﻝِ ﺳَﻌْﺪٍ ( ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍِﻥَّ ﺍُﻣِّﻲْ ﺍُﻓْﺘـُﻠِﺘـَﺖْ ﻧَﻔْﺴُﻬَﺎ ﻭَﺍَﺭَﺍﻫَﺎ ﻟَﻮْ ﺗَـﻜَﻠَّﻤَﺖْ ﺗَﺼَﺪَّﻗَﺖْ ﻓَﻬَﻞْ ﻳَﻨْـﻔَـﻌُﻬَﺎ ﺍَﻥْ ﺍَﺗَـﺼَﺪَّﻕَ ﻋَﻨْﻬَﺎ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻧَـﻌَﻢْ , ﻭَﻛَﺬٰﻟِﻚَ ﻳَـﻨْـﻔَـﻌُﻪُ ﺍﻟْﺤَﺞُّ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍْﻻُ ﺿْﺤِﻴَﺔُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟْﻌِﺘْﻖُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِـْﻐﻒُﺭﺍَ ﻟَﻪُ ﺑِﻼَ ﻧِﺰﺍَﻉٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ .
“Adapun sedekah untuk mayit, maka si mayit bisa mengambil manfaat dari sedekah itu berdasarkan kesepakatan umat Islam, semua itu terkandung dalam beberapa hadits shahih dari Nabi Saw. seperti perkataan sahabat Sa’ad: “Ya Rasulallah, sesungguhnya ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah untuknya?” maka Beliau menjawab “Ya”, begitu juga bermanfaat bagi mayit: haji, qurban, memerdekakan budak, do’a dan istighfar kepadanya." (Al Imam Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad ibnu Abdul Halim, almasyhur bi Ibni Taimiyah Al Hambali, Majmu’ al-Fatawa: XXIV/314-315, tanpa perselisihan pendapat antar Imam.)
ﻓَﺎِﺫَﺍ ﺍُﻫْﺪِﻱَ ﻟِﻤَﻴِّﺖٍ ﺛَﻮَﺍﺏُ ﺻِﻴﺎَﻡٍ ﺍَﻭْ ﺻَﻼَﺓٍ ﺍَﻭْ ﻗِﺮَﺋَﺔٍ ﺟَﺎﺯَ ﺫَﻟِﻚَ
Artinya: “jika saja dihadiahkan kepada mayit pahala puasa, pahala shalat atau pahala bacaan (al-Qur’an / kalimah thayyibah) maka hukumnya diperbolehkan”. ( Ibnu Taimiyah , Majmu’ al-Fatawa: XXIV/322)
ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻤْﻜُﺚَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺪُّﻓْﻦِ ﺳَﺎﻋَـﺔً ﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُ لَهَُ. ﻧَـﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ ﻗَﺎﻟﻮُﺍ: ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻘْﺮَﺃَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺷَﻴْﺊٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃَﻥِ ﻭَﺍِﻥْ خَتَمُوْا اْلقُرْآنَ كَانَ اَفْضَلَ ) المجموع جز 5 ص 258(
“Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan ampunan kepadanya”, kesunnahan ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan para pengikutnya, dan mengatakan sunnah dibacakan beberapa ayat Al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama lagi jika sampai mengkhatamkan Al-Qur’an”. ( Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, Asy-Syafi’i , Al - Imam Nawawi )
ﻭَﻳُـﺴْـﺘَﺤَﺐُّ ﻟِﻠﺰَّﺍﺋِﺮِ ﺍَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺰُﻭْﺭُﻩُ ﻭَﻟِﺠَﻤِﻴْﻊِ ﺍَﻫْﻞِ ﺍْﻟﻤَﻘْﺒَﺮَﺓِ. ﻭَﺍْﻻَﻓْﻀَﻞُ ﺍَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﺑِﻤَﺎ ﺛَﺒـَﺖَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَﻘْﺮَﺃَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃٰﻥِ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴَّﺮَ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﻘِﺒَﻬَﺎ ﻭَﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ. (ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺟﺰ 5 ص 258 )
“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca Al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya. ( Imam AsySyafi’i, kitab al-Um, disepakati oleh para pengikutnya, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)
Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab Hambali mengemukakan pendapatnya dan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal
ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻻَ ﺑَﺄْﺱَ ﺑِﺎﻟْﻘِﺮﺍَﺀَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ﺍَﻧَّـﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﺍِﺫﺍَ ﺩَﺧَﻠْﺘﻢُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮَ ﺍِﻗْﺮَﺋُﻮْﺍ ﺍَﻳـَﺔَ ﺍْﻟﻜُـْﺮﺳِﻰِّ ﺛَﻼَﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪ ُﺍَﺣَﺪٌ ﺛُﻢَّ ﻗُﻞْ ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍِﻥَّ ﻓَﻀْﻠَﻪُ ِﻷَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ .
Al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa membaca (ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal bahwasanya beliau berkata: Jika hendak masuk kuburan atau makam, bacalah Ayat Kursi dan Qul Huwa Allahu Ahad sebanyak tiga kali kemudian iringilah dengan do’a: Ya Allah keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli kubur. (Al-Mughny II/566)
ﻭَﺫَﻫَﺐَ ﺍَﺣْﻤَﺪُ ْﺑﻦُ ﺣَﻨْﺒَﻞٍ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓـِﻌﻰ ﺍِﻟﻰَ ﺍَﻧـَّﻪُ ﻳَـﺼِﻞ
Imam Ahmad ibnu Hambal dan sekelompok ulama' AsySyafiiy menyatakan bahwa hal itu sampai kepada mayit. ( Al Adzkar )
Sumber Inspirasi: Fb_Pecihitam
Friday, October 4, 2019
SHOLAWAT MAHALLUL QIYAM ASYROQOL BADRU DAN ARTINYA
Kategori: Amalan Keagamaan
Judul: Shalawat Mahallul Qiyam atau Asyroqol Badru 'Alayna atau Shalawat Barzinji dan
Artinya
tags yuqm: #amalan, #agama, #shalawat_barzanji #shalawat_mahallul_qiyam
SHOLAWAT MAHALLUL QIYAM ASYROQOL BADRU DAN ARTINYA.
Inilah Shalawat Mahalul Qiyam Asyroqol Badru Alaina atau disebut Shalawat Barzinji lengkap lirik Arab dengan cara baca, arti, terjemahannya, gambarnya dan dokumen PDF nya. Gambar untuk di download / disimpan di galeri HP, Dokumen PDF untuk didownload dan dibuka di aplikasi Pembaca Dokumen/PDF.
Shalawat ini penting diketahui atau dihafal karena termasuk amalan keagamaan yg mentradisi di sebagian besar masyakat muslim, baik di nusantara maupun di manca negara.
Allaahumma sholli 'alaa Muhammad !
محل القيام
MAHALLUL QIYAM
(posisi berdiri)
ﻳﺎ ﻧﺒﻲ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ، ﻳﺎﺭﺳﻮﻝ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ
Yâ nabî salâm ‘alaika, Yâ Rosûl salâm ‘alaika
Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, Wahai Rasul salam sejahtera untukmu.
ﻳﺎﺣﺒﻴﺐ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ، ﺻﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻚ
Yâ habîb salâm ‘alaika, sholawâtullâh ‘alaika
Wahai kekasih, salam sejahtera untukmu dan rahmat Allah untukmu.
ﺃﺷﺮﻕ ﺍﻟﺒﺪﺭ ﻋﻠﻴﻨﺎ ، ﻓﺎﺧﺘﻔﺖ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺒﺪﻭﺭ
Asyroqol badru ‘alainâ, fakhtafat minhul budûru
Bulan purnama telah terbit menyinari kami, Maka pudarlah purnama-purnama lainnya.
ﻣﺜﻞ ﺣﺴﻨﻚ ﻣﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎ ، ﻗﻂ ﻳﺎ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﺴﺮﻭﺭ
Mitsla husnik mâ ro-ainâ, qotthu yâ wajhas-surûri
Belum pernah aku lihat keelokan sepertimu, sama sekali wahai orang yang berwajah riang.
ﺃﻧﺖ ﺷﻤﺲ ﺃﻧﺖ ﺑﺪﺭ ، ﺃﻧﺖ ﻧﻮﺭ ﻓﻮﻕ ﻧﻮﺭ
Anta syamsun anta badrun, anta nûrun fauqo nûrin
Engkau bagai matahari, engkau bagai bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya
ﺃﻧﺖ ﺇﮐﺴﻴﺮ ﻭﻏﺎﻟﻲ ، ﺃﻧﺖ ﻣﺼﺒﺎﺡ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ
Anta iksîrun wa ghôlî, anta mishbâhush-shudûri
Engkau bagaikan mutiara yang mahal harganya, Engkaulah pelita hati.
ﻳﺎ ﺣﺒﻴﺒﯽ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ ، ﻳﺎﻋﺮﻭﺱ ﺍﻟﺨﺎﻓﻘﻴﻦ
Yâ habîbî yâ Muhammad, yâ ‘arûsal-khôfiqoini
Wahai kekasihku, wahai Muhammad, wahai pengantin tanah timur dan barat
ﻳﺎ ﻣﺆﻳﺪ ﻳﺎﻣﻤﺠﺪ ، ﻳﺎ ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﻘﺒﻠﺘﻴﻦ
Yâ mu-ayyad yâ mumajjad, yâ imâmal qiblataini
Wahai yang dikuatkan (dengan wahyu), wahai yang diagungkan, wahai imam dua arah kiblat.
ﻣﻦ ﺭﺃﯼ ﻭﺟﻬﻚ ﻳﺴﻌﺪ ، ﻳﺎﮔﺮﻳﻢ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ
Man ro-â wajhaka yas’ad, yâ karîmal wâlidaini
Siapapun melihat wajahmu akan bahagia, wahai yang mulia kedua orang tuanya.
ﺣﻮﺿﻚ ﺍﻟﺼﺎﻓﯽ ﺍﻟﻤﺒﺮﺩ ، ﻭﺭﺩﻧﺎ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻨﺸﻮﺭ
Haudlukash-shôfîl mubarrod, wirdunâ yauman-nusyûri
Telagamu jernih dan dingin, akan kami datangi kelak dihari kiyamat.
ﻣﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎ ﺍﻟﻌﻴﺲ ﺣﻨﺖ ، ﺑﺎﻟﺴﺮﯼ ﺇﻻ ﺇﻟﻴﻚ
Mâ ro-ainâl ‘îsa hannat, bissurô illâ ilaika
Belum pernah ada unta putih berbalur hitam berdenting, berjalan malam hari kecuali unta yang datang kepadamu.
ﻭﺍﻟﻐﻤﺎﻣﻪ ﻗﺪ ﺃﻇﻠﺖ ، ﻭﺍﻟﻤﻼ ﺻﻠﻮﺍ ﻋﻠﻴﻚ
Wal ghomâmah qod adhollat, wal malâ shollû ‘alaika
Awan tebal pun memayungimu, seluruh tingkat golongan manusia bershalawat kepadamu.
ﻭﺃﺗﺎﻙ ﺍﻟﻌﻮﺩ ﻳﺒﮑﻲ ، ﻭﺗﺬﻟﻞ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻚ
Wa atâkal ‘ûdu yabkî, wa tadzallal baina yadaika
Pohon pohon datang kepadamu seraya menangis, merasa hina di hadapanmu.
ﻭﺍﺳﺘﺠﺎﺭﺕ ﻳﺎﺣﺒﻴﺒﻲ ، ﻋﻨﺪﻙ ﺍﻟﻈﺒﻲ ﺍﻟﻨﻔﻮﺭ
Wastajârot yâ habîbî, ‘indakadh-dhobyun-nufûru
Dan kijang gesit pun datang, memohon keselamatan kepadamu wahai kekasih.
ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺷﺪﻭﺍ ﺍﻟﻤﺤﺎﻣﻞ ، ﻭﺗﻨﺎﺩﻭﺍ ﻟﻠﺮﺣﻴﻞ
‘Indamâ syaddûl mahâmil, wa tanâdau lirrohîli
Ketika serombongan berkemas, dan menyerukan untuk berangkat
ﺟﺌﺘﻬﻢ ﻭﺍﻟﺪﻣﻊ ﺳﺂﺋﻞ ، ﻗﻠﺖ ﻗﻒ ﻟﯽ ﻳﺎ ﺩﻟﻴﻞ
Ji,tuhum waddam’u sã-il, qultu qif lî yâ dalîlu
Kudatangi mereka dengan berlinang air mata, kuucapkan tunggulah wahai pemimpin rombongan
ﻭﺗﺤﻤﻞ ﻟﻲ ﺭﺳﺂﺋﻞ ، ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺸﻮﻕ ﺍﻟﺠﺰﻳﻞ
Wa tahammal lî rosã-il, ayyuhâsy-syauqul jazîlu
Bawakanlah aku surat, berisikan kerinduan yang mendalam
ﻧﺤﻮﻫﺎﺗﻴﻚ ﺍﻟﻤﻨﺎﺯﻝ ، ﻓﯽ ﺍﻟﻌﺸﻲ ﻭﺍﻟﺒﮑﻮﺭ
Nahwa hâtîkal manâzil, fîl ‘asyiyyi wal bukûri
Bawakanlah ke tempat yang jauh, di waktu malam dan pagi hari.
ﮐﻞ ﻣﻦ ﻓﯽ ﺍﻟﮕﻮﻥ ﻫﺎﻣﻮﺍ ، ﻓﻴﻚ ﻳﺎ ﺑﺎﻫﻲ ﺍﻟﺠﺒﻴﻦ
Kullu man fîl kauni hâmû, fîka yâ bâhîl jabîni
Setiap orang di jagad raya ini heran, wahai yang bersinar kedua keningnya.
ﻭﻟﻬﻢ ﻓﻴﻚ ﻏﺮﺍﻡ ، ﻭﺍﺷﺘﻴﺎﻕ ﻭﺣﻨﻴﻦ
Wa lahum fîka ghorômun, wasytiyâqun wa hanînu
Mereka terpikat kepadamu, tergila-gila dan luluh karenamu.
ﻓﻲ ﻣﻌﺎﻧﻴﻚ ﺍﻷﻧﺎﻡ، ﻗﺪ ﺗﺒﺪﺕ ﺣﺂﺋﺮﻳﻦ
Fî ma’ânîkal anâmu, qod tabaddat hã-irîna
Para makhluk pada bingung, tidak mampu menyifatimu dengan sempurna
ﺃﻧﺖ ﻟﻠﺮﺳﻞ ﺧﺘﺎﻡ ، ﺃﻧﺖ ﻟﻠﻤﻮﻟﯽ ﺷﮑﻮﺭ
Anta lirrusli khitâmun, anta lil maulâ syakûru
Engkau adalah penutup para utusan, engkau yang paling banyak bersyukur kepada Allah.
ﻋﺒﺪﻙ ﺍﻟﻤﺴﮑﻴﻦ ﻳﺮﺟﻮ ، ﻓﻀﻠﻚ ﺍﻟﺠﻢ ﺍﻟﻐﻔﻴﺮ
‘Abdukal miskînu yarjû, fadl-lakal jammal ghofîru
Abdimu (umatmu) yang miskin mengharap, anugerahmu yang banyak lagi merata.
ﻓﻴﻚ ﻗﺪ ﺃﺣﺴﻨﺖ ﻇﻨﻲ ، ﻳﺎﺑﺸﻴﺮ ﻳﺎﻧﺬﻳﺮ
Fîka qod ahsantu dhonnî, yâ basyîru yâ nadzîru
Aku berbaik sangka kepadamu, wahai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
ﻓﺄﻏﺜﻨﻲ ﻭﺃﺟﺮﻧﻲ ، ﻳﺎﻣﺠﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻌﻴﺮ
Fa-aghitsnî wa ajirnî, yâ mujîru minas-sa’îri
Maka tolonglah aku dan selamatkan aku, wahai penyelamat dari neraka sa'ir.
ﻳﺎﻏﻴﺎﺛﻲ ﻳﺎﻣﻼﺫﻱ ، ﻓﻲ ﻣﻬﻤﺎﺕ ﺍﻷﻣﻮﺭ
Yâ ghiyâtsî yâ malâdzî, fî muhimmâtil umûri
Wahai penolongku, wahai tempat berlindungku, dalam perkara-perkara yang menyulitkan.
ﺳﻌﺪ ﻋﺒﺪ ﻗﺪ ﺗﻤﻠﯽ ، ﻭﺍﻧﺠﻠﯽ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﺤﺰﻭﻥ
Sa’id ‘abdun qod tamallâ, wanjalâ ‘anhul huzûna
Kebahagian abdi telah tampak, dan kesusahan telah lenyap darinya.
ﻓﻴﻚ ﻳﺎﺑﺪﺭ ﺗﺠﻠﯽ ، ﻓﻠﻚ ﺍﻟﻮﺻﻒ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ
Fîka yâ badrun tajallâ, falakal washful hasînu
Wahai bulan purnama yang terang, nampak bagimu sifat yang indah
ﻟﻴﺲ ﺃﺯﮐﯽ ﻣﻨﻚ ﺃﺻﻼ ، ﻗﻂ ﻳﺎﺟﺪ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ
Laisa azkâ minka ashlân, qotthu yâ jaddal husaini
Tiada yang orang tuanya lebih suci darimu, sama sekali wahai kakek Hasan dan Husain.
ﻓﻌﻠﻴﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﯽ ، ﺩﺁﺋﻤﺎ ﻃﻮﻝ ﺍﻟﺪﻫﻮﺭ
Fa’alaikallâhu shollâ, dã-imân thûlad-duhûri
Bagimu rahmat Allah, selamanya sepanjang masa.
ﻳﺎ ﻭﻟﻲ ﺍﻟﺤﺴﻨﺎﺕ ، ﻳﺎ ﺭﻓﻴﻊ ﺍﻟﺪﺭﺟﺎﺕ
Yâ waliyyal hasanâti, yâ rofî’ad-darojâti
Ya Allah, Dzat Penguasa kebaikan, wahai Dzat Yang berpangkat Tinggi
ﮔﻔﺮ ﻋﻨﻲ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ، ﻭﺍﻏﻔﺮ ﻋﻨﻲ ﺍﻟﺴﻴﺌﺎﺕ
Kaffir ‘annyadz-dzunûba, waghfir ‘annîs-sayyi-âti
Hapuslah dosa-dosa dariku, dan ampunilah kesalahan-kesalahanku.
ﺃﻧﺖ ﻏﻔﺎﺭ ﺍﻟﺨﻄﺎﻳﺎ ، ﻭﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﺍﻟﻤﻮﺑﻘﺎﺕ
Anta ghoffârul khothôyâ, wadz-dzunûbil mûbiqôti
Engkau adalah Maha Pengampun, (atas) salah dan dosa yang merusak.
ﺃﻧﺖ ﺳﺘﺎﺭ ﺍﻟﻤﺴﺎﻭﻱ ، ﻭﻣﻘﻴﻞ ﺍﻟﻌﺜﺮﺍﺕ
Anta sattârul masâwî, wa muqîlul ‘atsarôti
Engkau adalah Yang Menutupi kejelekan, dan menyelamatkan dari kesalahan.
ﻋﺎﻟﻢ ﺍﻟﺴﺮ ﻭﺃﺧﻔﯽ ، ﻣﺴﺘﺠﻴﺐ ﺍﻟﺪﻋﻮﺍﺕ
‘Âlimus-sirri wa akhfâ, mustajîbud-da’awâti
Engkau Maha Mengetahui rahasia dan kesamaran, Engkau Maha Pengabul do’a-do'a.
ﺭﺏ ﻓﺎﺭﺣﻤﻨﺎ ﺟﻤﻴﻌﺎ ، ﺑﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﺎﺕ
Robbi farhamnâ jamî’an, bijamî’ish-shôlihâti
Tuhanku, kasihanilah kami semua, untuk menjalankan segala amal baik.
وصلاة الله تغشا ،عد تحرير السطور
Wa sholâtullâhi taghsyâ ‘adda tahrîris-suthûri
Dan rahmat Allah semoga tercurah atas Ahmad sang petunjuk
أحمد الهادی محمد، صاحب الوجه المنير
Ahmadal hâdî Muhammad shôhibal wajhil munîri
yaitu Nabi Muhammad pemilik wajah yang bersinar..
**********
مَرْحَبًا يَانُوْرَالْعَيْنِ ، مَرْحَبًا جَدَّ الْحُسَينِ
Marhaban yaa nuurol 'aini,
marhaban jaddal husaini
Selamat datang wahai cahaya mata hati, selamat datang kakek Hasan Husain.
مَرْحَبًا اَهْلًا وَسَهْلًا ، مَرْحَبًا يَا خَيْرَ دَاعٍ
Marhaban ahlan wa sahlan,
marhaban ya khoyro daa'in.
Selamat datang Selamat datang ,
Selamat datang wahai da'i terbaik.
طَلَعَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا ، مِنْ ثَنِيةِ الْوَدَاعِ
Thola'al badru 'alayna,
min Tsaniyyatil Wadaa'
Sang purnama telah terbit di hadapan kita, datang dari Tsaniyyatil Wada' (tempat perpisahan kota Mekah & Madinah)
وَجَـبَ الـشُّـكْــرُ عَلَـيْـنَا ، مَـا دَعَــا لِلَّهِ دَاعٍ
Wajabasy syukru 'alayna,
maa da'aa lillaahi daa'in.
Kita wajib bersyukur, selama ada yang mengajak kepada Allah.
**********
Gambar Shalawat Mahallul Qiyam (Save/Download)
Demikian Shalawat ini untuk diketahui atau dihafal karena termasuk amalan keagamaan yg mentradisi di sebagian besar masyakat muslim, baik di nusantara maupun di manca negara. Simpan gambar shalawat mahallul qiyam asyroqol badru atau Download Shalawat Mahallul Qiyam Asyroqol Badru PDF |
=======
Baca juga:
Tuesday, September 17, 2019
10 Dalil Tentang Mengirim Pahala Sodaqoh Kepada Orang Meninggal.
Kategori: Dalil Agama
Judul: 10 Dalil Tentang Mengirim Pahala Sodaqoh Kepada Orang Meninggal.
tags yuqm: dalil, agama, sosial, masyarakat
Inilah 10 dalil tentang diperbolehkannya mengirim atau menghadiahkan pahala amal ibadah atau sodaqoh kepada orang yg sudah meninggal.
Berkirim PAHALA adalah boleh dan cukup diniatkan saja sebelum beramal, atau dilafalkan dengan ucapan:
الى حضرة النبي.... الخ
وابائنا وأمهاتنا ....الخ
Hal seperti itu dinamakan ISYROK ATS-TSAWAB atau IHDA' ATS-TSAWAB/ BERBAGI PAHALA/KIRIM PAHALA. Hal itu hukumnya Boleh dan sesuai Syari'at. Berikut ini dalil² nya Dari hadits dan atsar:
1- Nabi kirm pahala kurban untuk ummatnya (hadits shahih Muslim 1967)
ﺛﻢ ﺃﺧﺬﻫﺎ، ﻭﺃﺧﺬ اﻟﻜﺒﺶ ﻓﺄﺿﺠﻌﻪ، ﺛﻢ ﺫﺑﺤﻪ، ﺛﻢ ﻗﺎﻝ: «ﺑﺎﺳﻢ اﻟﻠﻪ، اﻟﻠﻬﻢ ﺗﻘﺒﻞ ﻣﻦ ﻣﺤﻤﺪ، ﻭﺁﻝ ﻣﺤﻤﺪ، ﻭ*ﻣﻦ ﺃﻣﺔ ﻣﺤﻤﺪ*، ﺛﻢ ﺿﺤﻰ ﺑﻪ»
"Kemudian beliau mengucapkan: "Dengan nama Allah, ya Allah, terimalah ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan ummat Muhammad." Kemudian beliau berkurban dengannya."
Imam Syaukani dalam NAILUL AUTHOR menyebutkan:
"ﻭاﻟﺤﺪﻳﺜﺎﻥ ﻳﺪﻻﻥ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﺮﺟﻞ ﺃﻥ ﻳﻀﺤﻲ ﻋﻨﻪ ﻭﻋﻦ ﺃﺗﺒﺎﻋﻪ ﻭﺃﻫﻠﻪ *ﻭﻳﺸﺮﻛﻬﻢ ﻣﻌﻪ ﻓﻲ اﻟﺜﻮاﺏ* "
Bahwa hadits tadi menunjukkan bolehnya ISYROK TSAWAB/ BERBAGI PAHALA/KIRIM PAHALA.
Sumber:
[NAILUL AUTHOR SYARAH MUNTAQOL AKHBAR]
2- Nabi kirim pahala sedekah untuk Siti Khadijah.
ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ، ﻗﺎﻟﺖ: «ﻣﺎ ﻏﺮﺕ ﻋﻠﻰ اﻣﺮﺃﺓ ﻣﺎ ﻏﺮﺕ ﻋﻠﻰ ﺧﺪﻳﺠﺔ، ﻭﻟﻘﺪ ﻫﻠﻜﺖ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺘﺰﻭﺟﻨﻲ ﺑﺜﻼﺙ ﺳﻨﻴﻦ، ﻟﻤﺎ ﻛﻨﺖ ﺃﺳﻤﻌﻪ ﻳﺬﻛﺮﻫﺎ، ﻭﻟﻘﺪ ﺃﻣﺮﻩ ﺭﺑﻪ ﺃﻥ ﻳﺒﺸﺮﻫﺎ ﺑﺒﻴﺖ ﻓﻲ اﻟﺠﻨﺔ ﻣﻦ ﻗﺼﺐ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ *ﻟﻴﺬﺑﺢ اﻟﺸﺎﺓ ﺛﻢ ﻳﻬﺪﻱ ﻓﻲ ﺧﻠﺘﻬﺎ ﻣﻨﻬﺎ*»
(ﺷرح ) ﻭﻛﺎﻥ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻔﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﻭﻓﺎء ﻟﻬﺎ ﻭﺣﻔﻈﺎ ﻟﻌﻬﺪﻫﺎ
"Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyembelih seekor kambing, maka beliau suka menghadiahkannya kepada para sahabat-sahabatnya Khadijah."
Sumber:
(Hadits Shahih Bukhori no 6004)
3- Nabi mengajari membagi dan kirim pahala sedekah untuk kedua orang tua.
ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺷﻌﻴﺐ، ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ، ﻋﻦ ﺟﺪﻩ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻷﺑﻲ: " ﺇﺫا ﺃﺭﺩﺕ ﺃﻥ ﺗﺘﺼﺪﻕ ﺻﺪﻗﺔ ﻓﺎﺟﻌﻠﻬﺎ ﻋﻦ ﺃﺑﻮﻳﻚ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻠﺤﻘﻬﻤﺎ، ﻭﻻ ﻳﻨﺘﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﺮﻙ ﺷﻴﺌﺎ "
"Jika kamu hendak bersedekah maka jadikanlah (pahala) nya untuk kedua orang tuamu, sesungguhnya ia sampai kepada mereka dan tidak sedikitpun pahalamu berkurang".
Sumber:
(Hadits no 7533 Riwayat Albaihaqi)
(Kitab Syu'abul Iman)
4- Bacaan Kalimat² Thayyibah semisal Tahlil, Takbir, Tasbih dan bacaan Quran adalah sama dengan sodaqoh. Membaca kalimat thayyibah sama dengan bersedekah.
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺫﺭ، ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: «ﻳﺼﺒﺢ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺳﻼﻣﻰ ﻣﻦ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺻﺪﻗﺔ، ﻓﻜﻞ ﺗﺴﺒﻴﺤﺔ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻛﻞ ﺗﺤﻤﻴﺪﺓ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻛﻞ ﺗﻬﻠﻴﻠﺔ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻛﻞ ﺗﻜﺒﻴﺮﺓ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﺃﻣﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻧﻬﻲ ﻋﻦ اﻟﻤﻨﻜﺮ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻳﺠﺰﺉ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺭﻛﻌﺘﺎﻥ ﻳﺮﻛﻌﻬﻤﺎ ﻣﻦ اﻟﻀﺤﻰ»
"Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma'ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha."
Pahala sodaqoh bisa dibagikan atau dikirimkan, begitu juga PAHALA bacaan kalimat thayyibah, termasuk mengirim pahala Al Fatihah.
Sumber:
(Hadits no 720 Shahih Muslim)
5- Nabi membaca kalimat thayyibah di kuburan Sa'ad bin Mu'adz sehingga Allah menyelamatkannya Dari himpitan kubur/ضغطة القبر.
ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ اﻷﻧﺼﺎﺭﻱ، ﻗﺎﻝ: ﺧﺮﺟﻨﺎ ﻣﻊ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻮﻣﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﺣﻴﻦ ﺗﻮﻓﻲ، ﻗﺎﻝ: ﻓﻠﻤﺎ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻭﺿﻊ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ ﻭﺳﻮﻱ ﻋﻠﻴﻪ، ﺳﺒﺢ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻓﺴﺒﺤﻨﺎ ﻃﻮﻳﻼ، ﺛﻢ ﻛﺒﺮ ﻓﻜﺒﺮﻧﺎ، ﻓﻘﻴﻞ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ، ﻟﻢ ﺳﺒﺤﺖ؟ ﺛﻢ ﻛﺒﺮﺕ؟ ﻗﺎﻝ: " ﻟﻘﺪ ﺗﻀﺎﻳﻖ ﻋﻠﻰ ﻫﺬا اﻟﻌﺒﺪ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﻗﺒﺮﻩ ﺣﺘﻰ ﻓﺮﺟﻪ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ "
"Ada yang bertanya, wahai Rasulullah! kenapa anda bertasbih lalu bertakbir? Beliau bersabda: "Sungguh kuburan laki-laki sholeh ini sempit hingga kemudian Allah azza wa jalla meluaskan untuknya ".
Ini contoh dari Nabi SAW berkirim PAHALA bacaan kalimat thayyibah yg menjadi penyebab Sahabat Sa'ad bim Mu'adz terbebas Dari siksa kubur.
Sumber:
(Hadits no 14873 riwayat Imam Ahmad dalam Almusnad)
6- Siti Aisyah kirim pahala memerdekakan banyak budak untuk saudaranya yg bernama Abdurrohman.
ﻋﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ:
ﺗﻮﻓﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻓﻲ ﻧﻮﻡ ﻧﺎﻣﻪ
*ﻓﺄﻋﺘﻘﺖ* ﻋﻨﻪ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺯﻭﺝ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﻗﺎﺑﺎ ﻛﺜﻴﺮﺓ
ﻗﺎﻝ ﻣﺎﻟﻚ: «ﻭﻫﺬا ﺃﺣﺐ ﻣﺎ ﺳﻤﻌﺖ ﺇﻟﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ»
رواه *مالك* في *الموطاء*
ﺑﺎﺏ ﻋﺘﻖ اﻟﺤﻲ ﻋﻦ اﻟﻤﻴﺖ
*Aisyah*, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membebaskan budak yang banyak untuk saudaranya, yaitu Abdurrahman*."
Imam Malik berkata; "Dalam hal ini pendapat inilah yang paling saya suka untuk didengar."
Sumber:
(Hadits riwayat imam Malik)
(kitab Al Muwaththa')
7- Sayyidina Hasan dan Husain memerdekakan budak, kirim pahalanya untuk orang tuanya, Yakni Sayyidina Ali.
ﺣﺪﺛﻨﺎ اﻟﻔﻀﻞ ﺑﻦ ﺩﻛﻴﻦ، ﻋﻦ اﻟﺤﺴﻦ ﺑﻦ ﺻﺎﻟﺢ، ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻄﺎء، ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺟﻌﻔﺮ، ﺃﻥ اﻟﺤﺴﻦ، ﻭاﻟﺤﺴﻴﻦ «ﻛﺎﻧﺎ ﻳﻌﺘﻘﺎﻥ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻪ»
رواه ابن أبي شيبة في *المصنف*
Sumber:
(Mushonnaf Ibn Abi Syaibah no hadits 12088)
8- Sahabat Anshor membaca Quran di kuburan untuk ahli kubur di sana
ﻭﺫﻛﺮ اﻟﺨﻼﻝ ﻋﻦ اﻟﺸﻌﺒﻲ ﻗﺎﻝ: ﻛﺎﻧﺖ اﻷﻧﺼﺎﺭ ﺇﺫا ﻣﺎﺕ ﻟﻬﻢ اﻟﻤﻴﺖ اﺧﺘﻠﻔﻮا ﺇﻟﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﻳﻘﺮءﻭﻥ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﻘﺮﺁﻥ
Imam Al-khollal Al-hanbali (W. 331-H) Menyebutkan Dari Sya'bi bahwa sahabat anshar jika ada yg baru meninggal di antara mereka maka mereka bergantian untuk membacakan al-Quran di atas kuburnya.
Sumber:
(Disebutkan oleh Ibn Qoyyim Aljauziyyah W 751 H dalam kitabnya ARRUH 1/11)
9- Imam Ahmad bin Hanbal penghafal sejuta hadits juga menganjurkan baca Al Quran di kuburan
ﻋﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻗﺎﻝ ﺇﺫا ﺩﺧﻠﺘﻢ اﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻓﺎﻗﺮﺅﻭا ﺑﻔﺎﺗﺤﺔ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭاﻟﻤﻌﻮﺫﺗﻴﻦ ﻭ {ﻗﻞ ﻫﻮ اﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪ} ﻭاﺟﻌﻠﻮا ﺫﻟﻚ ﻷﻫﻞ اﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻴﻬﻢ
Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
Jika kalian masuk ke pekuburan maka bacalah Surat Alfatihah, Al-ikhlash dan Al-mu'awwidzatain dan kirimkan pahalanya untuk ahli kubur. Sesungguhnya pahala itu sampai kepada mereka.
Sumber:
(Imam Al Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin 4/492 cet Dar Ma'rifah)
10- Nabi memerintahkan agar menyegerakan penguburan janazah dan dibacakan Alfatihah di sisi kepalanya dan dibacakan akhir Surat baqarah di sisi kakinya.
ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ:
ﺳﻤﻌﺖ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ:
" ﺇﺫا ﻣﺎﺕ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻼ ﺗﺤﺒﺴﻮﻩ ﻭﺃﺳﺮﻋﻮا ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﻭﻟﻴﻘﺮﺃ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺳﻪ ﻓﺎﺗﺤﺔ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﻋﻨﺪ ﺭﺟﻠﻴﻪ ﺑﺨﺎﺗﻤﺔ اﻟﺒﻘﺮﺓ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ "
Jika telah meninggal Salah satu di antara kalian maka janganlah ditunda² dan segerakanlah penguburannya dan hendaklah dibaca di sisi kepalanya surat Alfatihah dan di sisi kakinya dua ayat akhir Surat Al Baqarah.
Diriwayatkan dalam Sunan Baihaqi bahwa Ibn Umar RA mengamalkan ini dan berwasiat agar dibacakan awal dan akhir Surat Al Baqarah saat beliau dimakamkan.
Sumber:
(Hadits no 8854 riwayat Albaihaqi dalam kitab Syu'abul Iman).
Itulah 10 dalil tentang diperbolehkannya mengirim atau menghadiahkan pahala amal ibadah kepada orang yg sudah meninggal. Semoga dalil hadits dan atsar di atas cukup menjadi pegangan bagi yg mengamalkannya.
Kemudian bagi yg tidak mengamalkannya karena mengambil dalil lainnya sebagai pegangan, semoga menjadikan Islam seumpama taman yg dihiasi bunga berbagai warna keindahan dan kesejukan.
AAMIIN YAA ROBB
Monday, September 9, 2019
Jadwal Waktu Sholat Area Kalimantan Selatan Dan Sekitarnya
Kategori: Amalan Agama
Judul: Jadwal Waktu Solat Area Kalimantan Selatan Dan Sekitarnya, Sepanjang Masa
tags yuqm: #amalan, #agama #jadwal_shalat, #kalsel
Friday, September 6, 2019
HUKUM SHALAT MAKMUM YG BACAAN FATIHAHNYA TIDAK SELESAI
Kategori: Hukum Agama
Judul: Hukum Shalatnya Makmum Yg Baca Fatihah Tidak Selesai
tags yuqm: hukum, agama, fatihah, makmum
Wednesday, July 31, 2019
Hukum Shalat Hajat Tahajjud Dhuha Berjamaah
Kategori: Hukum Agama
Judul: Hukum Shalat Hajat Tahajjud Dhuha Berjamaah
tags yuqm: hukum, agama, shalat, hajat, tahajjud, dhuha
Bagaimana Hukum Shalat Hajat / Tahajjud / Dhuha apabila dilaksanakan secara Berjamaah?
Sebuah pertanyaan kompleks yg terkadang mengemuka disekitar kita. Hal ini dikarenakan adanya berbagai pengalaman religi yg terasa janggal tapi terjadi di hadapan kita atau pengalaman orang lain yg kita simak khabar beritanya.
Pertanyaan kompleks seperti itu tentu memerlukan jawaban beserta dalil syar'i demi meminimalisir dampak negatif atas perbedaan tata cara ibadah yg dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu.
Maka disini akan diulas beberapa keterangan dengan maksud dan tujuan sebagaimana di atas.
Hukum pelaksanaan Shalat Hajat (baca: Sholat Hajat) atau Tahajjud atau Dhuha yg dilakukan dengan secara berjama'ah adalah sebagaimana penjelasan syar'i berikut ini.
As-Sayyid Abdurrohman bin Muhammad bin Husain bin Umar Al-Masyhur Ba'alawi dalam kitab beliau "Bughyatul Mustarsyidin" menjelaskan :
"Diperbolehkan sholat jama'ah pada semisal sholat witir atau sholat tasbih, hukumnya tidak makruh, namun juga tidak mendapatkan pahala (sholat berjama'ah), kecuali jika bertujuan mengajarkan cara sholat yang benar bagi para ma'mum atau memberi semangat pada mereka, adapun jika dengan tujuan tersebut akan mendapatkan pahala. Sebagaimana diperbolehkannya membaca (al-fatihah atau surat al-qur'an saat sholat) dengan keras pada waktu yang sebenarnya disunatkan untuk membaca lirih atau samar, padahal sebenarnya hal ini hukumnya makruh, namun diperbolehkan karena tujuan memberi pelajaran, apalagi untuk hal yang hukum asalnya mubah (yaitu sholat sunat dengan berjama'ah). Sepeti halnya pula perbuatan-perbuatan yang asalnya mubah mendapatkan pahala jika diniati ibadah, seperti makan dengan niat agar kuat melaksanakan ibadah. Namun, dengan ketentuan hal ini jangan sampai menimbulkan dampak negatif, semisal menyakiti orang lain atau pada akhirnya orang-orang meyakini bahwa sholat-sholat tersebut dianjurkan untuk dikerjakan secara berjama'ah. Kalau sampai hal tersebut terjadi, maka sholat jama'ah saat melaksanakan sholat-sholat tersebut hukumnya harom dan tidak boleh dikerjakan".
Keterangan diatas dikuatkan dengan salah satu hadits dalam Shahih Bukhari yang menceritakan sholat tahajjud Nabi secara berjama'ah dengan ibnu abbas sebagai berikut ;
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ لَيْلَةً فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا كَانَ فِي بَعْضِ اللَّيْلِ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «فَتَوَضَّأَ مِنْ شَنٍّ مُعَلَّقٍ وُضُوءًا خَفِيفًا يُخَفِّفُهُ - عَمْرٌو وَيُقَلِّلُهُ -، وَقَامَ يُصَلِّي، فَتَوَضَّأْتُ نَحْوًا مِمَّا تَوَضَّأَ، ثُمَّ جِئْتُ فَقُمْتُ، عَنْ يَسَارِهِ - وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ عَنْ شِمَالِهِ - فَحَوَّلَنِي فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ، ثُمَّ صَلَّى مَا شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ اضْطَجَعَ فَنَامَ
حَتَّى نَفَخَ، ثُمَّ أَتَاهُ المُنَادِي فَآذَنَهُ بِالصَّلاَةِ، فَقَامَ مَعَهُ إِلَى الصَّلاَةِ، فَصَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأْ
"Dari Ibnu 'Abbas ia berkata, Pada suatu malam aku pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu melaksanakan shalat malam. Hingga pada suatu malam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bangun dan berwudlu dari bejana kecil dengan wudlu yang ringan, setelah itu berdiri dan shalat. Aku lalu ikut berwudlu' dari bejana yang beliau gunakan untuk wudlu', kemudian aku menghampiri beliau dan ikut shalat di sisi kirinya -Sufyan juga menyebutkan sebelah kiri-, beliau lalu menggeser aku ke sisi kanannya. Setelah itu beliau shalat sesuai yang dikehendakinya, kemudian beliau berbaring dan tidur hingga mendengkur. Kemudian seorang tukang adzan datang memberitahukan beliau bahwa waktu shalat telah tiba, beliau lalu pergi bersamanya dan shalat tanpa berwudlu lagi". ( Shohih Bukhori, no.138 )
Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa melaksanakan sholat-sholat sunat yang tidak disunatkan berjama'ah hukumnya boleh dilakukan secara berjamaah namun tidak mendapatkan pahala sholat jama'ah. Dan bisa mendapatkan pahala bila diniati memberi pelajaran atau memberi semangat kepada makmum dengan syarat tidak mengganggu orang lain atau menjadikan orang awam meyakini anjuran berjama'ah dalam melaksanakan shalat-shalat tersebut.
Referensi :
1. Bughyatul Mustarsyidin, Hal : 136
مسألة ب ك : تباح الجماعة في نحو الوتر والتسبيح فلا كراهة في ذلك ولا ثواب ، نعم إن قصد تعليم المصلين وتحريضهم كان له ثواب ، وأي ثواب بالنية الحسنة ، فكما يباح الجهر في موضع الإسرار الذي هو مكروه للتعليم فأولى ما أصله الإباحة ، وكما يثاب في المباحات إذا قصد بها القربة كالتقوّي بالأكل على الطاعة ، هذا إذا لم يقترن بذلك محذور ، كنحو إيذاء أو اعتقاد العامة مشروعية الجماعة وإلا فلا ثواب بل يحرم ويمنع منها
2. Mannarul Qori Syarah Shohih Bukhori, Juz : 1 Hal : 338
عنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَال َ: بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ لَيْلَةً فَقَامَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا كَانَ في بَعْض اللَّيْلِ، قَامَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - فتَوَضّأ مِنْ شَنٍّ مُعَلَّق وُضُوءاً خَفِيفاً -يُخَفِّفُهُ عَمْرو وَيُقَلِّلُهُ- وقام يُصَلِّي، فَتَوَضَّأتُ نَحوَاً مِمَّاْ تُوَضَّأ ثُمَّ جِئْتُ فقُمْتُ عَنْ يَسارِهِ -وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ عَنْ شِمَالِهِ- فَحَوَّلَنِي فًجَعَلَنِي عَنْ يَمِينهِ ثم صَلَّى مَا شَاءَ اللهُ، ثم اضْطَجَعَ فَنَامَ، حَتَّى نَفَخَ، ثُمَّ أتاهُ الْمُنَادِي، فآذَنَهُ بالصَّلَاةِ، فقَامَ مَعَهُ إلَى الصَّلَاةِ، فَصَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأ