Berbagi: khutbah, dalil, hukum, amalan, sosial, agama

yuqm.blogspot.com

  • Welcom to menu 1

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcom to menu 2

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcome to Menu 3

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

Showing posts with label DALIL AGAMA. Show all posts
Showing posts with label DALIL AGAMA. Show all posts

Friday, March 18, 2022

HUKUM BERTAWASSUL BESERTA DALILNYA

HUKUM BERTAWASSUL BESERTA DALILNYA, Judul HUKUM BERTAWASSUL BESERTA DALILNYA, Kategori hukum agama, amalan, Tags: #tawassul, #wasilah #sunnah, #bid'ah, #syirik, #khurafat

HUKUM BERTAWASSUL BESERTA DALILNYA

Pengertian Tawassul

Tawassul adalah cara berdo'a kepada Allah dengan melibatkan sesuatu atau perantara, baik sesuatu itu berupa amal shaleh ataupun berupa perantara orang shaleh. Tawassul juga berarti: Wasilah, jalan, atau perantara. Berikut arti tawassul menurut ahli ilmu;

أَلْوَسِيْلَةُ وَهِيَ مَا يُتَقَرَّبُ اِلَى الشَّيْئِ وَتَوَسَّلَ اِلَى رَبِّهِ بِوَسِيْلَةِ تَقَرُّبٍ اِلَيْهِ بِعَمَلِهِ

“Wasilah adalah sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada sesuatu. Dan seseorang berwasilah kepada Tuhannya dengan perantara pendekatan melalui amal ibadahnya.” (Kamus Al-Misbahul Munir)

اَلتَّوَسُّلُ بِأَحْبَابِ اللهِ هُوَ جَعَلَهُمْ وَاسِطَةً إِلَى اللهِ تَعَالَى فِى قَضَاءِ الْحَوَائِجِ لِمَا ثَبَتَ لَهُمْ عِنْدَهُ تَعَالَى مِنَ الْقَدْرِ وَالْجَاهِ مَعَ الْعِلْمِ بِأَنَّهُمْ عَبِيْدٌ وَمَخْلُوْقُوْنَ وَلَكِنَّ اللهَ جَعَلَهُمْ مَظَاهِرَ لِكُلِّ خَيْرٍ وَبَرَكَةٍ وَمَفَاتِيْحَ لِكُلِّ رَحْمَةٍ

“Tawassul adalah memohon terkabul hajat kepada Allah SWT dengan perantara orang-orang yang dicintai Allah, yakni orang yang mempunyai keutamaan atau keagungan dari Allah SWT, seperti para Nabi dan para Wali. Mereka diberi keutamaan menebar kebaikan, keberkahan, dan pembuka Rahmat.” (Fiqh Tradisionalis, Al-Ajwibatul Ghaliyah fii Aqiidatil-Firqoh An-Naajiyah)

Itulah pengertian dari Tawassul. Tawassul bukan berarti berdo'a (memohon) kepada sesuatu atau perantara itu, bukan pula menyamakan sesuatu atau perantara itu dengan Allah. Jadi tawassul jauh berbeda dengan Syirik yang berarti: menyekutukan atau menyamakan sesuatu dengan Allah.

Contoh Doa Tawassul

Untuk lebih jelasnya, berikut contoh kalimat Tawassul:

"Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar aku lolos dalam tes ini, berkat guru kami, Syeikh Fulan."

Kemudian bandingkan dengan kalimat Syirik berikut ini:

"Ya Syeikh Fulan, aku mohon kepadamu agar aku lolos dalam tes ini, berkat keagunganmu."

Dalil Tawassul

Tawassul dianjurkan oleh Allah, sedgkan Syirik sangat dilarang oleh Allah. Dalil anjuran utk tawassul dan dalil larangan syirik sebagaimana berikut:

Landasan tawassul adalah firman Allah SWT berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِتَّقُوْا اللهَ وَاْبَتُغْوا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِي سَبِيْلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah swt dan carilah jalan (tawassul) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”.(Al-Maidah, 35)

Landasan dilarang syirik adalah firman Allah SWT sbb:

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا ...

Artinya:
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. (An Nisaa', 36).

Praktek Amaliyah Tawassul

:: Nabi Adam bertawassul dengan nama Nabi Muhammad.

حدثنا : أبو سعيد عمرو بن محمد بن منصور العدل ، ثنا : أبو الحسن محمد بن إسحاق بن إبراهيم الحنظلي ، ثنا : أبو الحارث عبد الله بن مسلم الفهري ، ثنا : إسمعيل بن مسلمة : ، أنبأ : عبد الرحمن بن زيد بن أسلم ، عن : أبيه ، عن : جده ، عن : عمر إبن الخطاب (ر) قال : قال رسول الله (ص) : لما إقترف آدم الخطيئة قال : يا رب أسألك بحق محمد لما غفرت لي فقال الله : يا آدم وكيف عرفت محمداً ولم أخلقه ؟ قال : يا رب لأنك لما خلقتني بيدك ونفخت في من روحك رفعت رأسي فرأيت على قوائم العرش مكتوباً لا إله إلا الله محمد رسول الله فعلمت أنك لم تضف إلى إسمك إلا أحب الخلق إليك فقال الله : صدقت يا آدم إنه لأحب الخلق إلي إدعني بحقه فقد غفرت لك ولولا محمد ما خلقتك ، هذا حديث صحيح الإسناد ،وهو أول حديث ذكرته لعبد الرحمن بن زيد بن أسلم في هذا الكتاب. (مستدرك الحاكم - كتاب تواريخ المتقدمين - ومن كتاب آيات... - رقم الحديث : ٤٢٢٨)
Artinya:
Dari Umar bin Khattab berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Ketika Nabi Adam melakukan suatu dosa beliau berkata:'Ya Rabb, berkat Nabi Muhammad, aku mohon Engkau mengampuni dosaku'. Allah berfirman: 'Bagaimana kau tau Muhammad, padahal belum diciptakan?' Adam berkata:'Ya Rabb, ketika Engkau selesai menciptakanku aku, aku angkat kepalaku. Maka aku melihat di penyangga 'Arasy tertulis: Laa ilaaha illallaah, Muhammad rasuulullaah. Aku yakin nama yang disandingkan dengan nama-Mu itu adalah orang yang Engkau cintai.' Allah berfirman: 'Kamu benar, hai Adam. Berkat Nabi Muhammad maka Aku ampuni dosamu. Dan kalau bukan karena Nabi Muhammad maka Aku tidak menciptakanmu.' (HR. Imam Al Hakim).

:: Rasulullah SAW bertawassul melalui orang yang telah wafat.

عَنْ سَيِّدِنَا عَلِى كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ لَمَّا دُفِنَ فَاطِمَةُ بِنْتِ أَسَدٍ أُمِّ سَيِّدِنَا عَلِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ اَلَّلهُمَّ بِحَقِّىْ وَحَقِّ الْاَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِى أَغْفِرُ لِاُمِّىْ بَعْدَ أُمِّىْ

Artinya: “Dari sayyidina ‘Ali k.w. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW ketika Fatimah binti Asad, ibunda sayyidina ‘Ali, dimakamkan, beliau berdo’a: “Ya Allah, dengan (perantara) hakku, dan hak para Nabi sebelumku, ampunilah ibu setelah ibuku. (Fatimah binti Asad).” (HR. Imam Thabari, Abu Nu’aim dan Ibnu Hajar Al-Haitami).

:: Umar bin Khattab bertawassul dengan orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ عُمَرَ اْبنَ اْلخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ اِذَا قُحِطُوْا اِسْتَسْقَىْ بِالْعَبَّاسِ اْبنِ عَبْدِالْمُطَلِّبْ فقال أَللَّهُمَّ كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَأَنَا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَأَسْقِنَا فَيُسْقُوْنَ

Artinya: “Dari Anas bin Malik, bahwasanya Sahabat Umar bin Khattab ketika mengalami kemarau, maka beliau meminta hujan dan bertawassul dengan Abbas bin Abdul Muthollib, beliau berkata “Ya Allah bahwasanya kami telah bertawassul kepada Engkau dengan Nabi kami, maka Engkau turunkan hujan dan sekarang kami bertawassul kepada Engkau dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan itu.” (HR. Bukhari).

:: Nabi mengajarkan cara bertawassul dengan do'a ketika ada sahabat yang menderita sakit mata. Sahabat tersebut meminta doa kepada Rasulullah SAW agar diberi kesembuhan. Rasulullah tidak berkenan mendoakannya, akan tetapi beliau mengajarkan doa tawassul agar dibacanya sendiri, sbb:

أَللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدِ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ إِنِّى تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّكَ فِى حَاجَتِىْ هَذِهِ لِتَقْضِى لِى فَشَفَّعْتَ فِيَّ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawassul melalui) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang. (Wahai Nabi), sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan (bertawassul melalui) Engkau agar hajatku ini terkabul. Ya Allah, terimalah syafa’at beliau untukku”. (HR. Imam Tirmidzi, Nasa’i, dan Baihaqi).

::. Tawassul dengan amal shaleh.

عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «انطلق ثلاثة نفر ممن كان قبلكم حتى آواهم المبيت إلى غار فدخلوه، فانحدرت صخرة من الجبل فسدت عليهم الغار، فقالوا: إنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ من هذه الصخرة إلا أن تدعوا الله بصالح أعمالكم. قال رجل منهم: اللهُمَّ كان لي أبوان شيخان كبيران، وكنتُ لاَ أَغْبِقُ قبلهما أهلا، ولا مالا فنأى بي طلب الشجر يوما فلم أَرِحْ عليهما حتى ناما، فحلبت لهما غَبُوقَهُمَا فوجدتهما نائمين، فكرهت أن أوقظهما وأَنْ أغْبِقَ قبلهما أهلا أو مالا، فلبثت -والقدح على يدي- أنتظر استيقاظهما حتى بَرِقَ الفَجْرُ والصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْن عند قدمي، فاستيقظا فشربا غَبُوقَهُما، اللَّهُمَّ إن كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك فَفَرِّجْ عنا ما نحن فيه من هذه الصخرة، فانفرجت شيئا لا يستطيعون الخروج منه. قال الآخر: اللَّهُمَّ إنَّهُ كانت لي ابنة عم، كانت أحب الناس إليَّ -وفي رواية: كنت أحبها كأشد ما يحب الرجال النساء- فأردتها على نفسها فامتنعت مني حتى أَلَمَّتْ بها سَنَةٌ من السنين فجاءتني فأعطيتها عشرين ومئة دينار على أنْ تُخَلِّيَ بيني وبين نفسها ففعلت، حتى إذا قدرت عليها -وفي رواية: فلما قعدت بين رجليها- قالتْ: اتَّقِ اللهَ ولاَ تَفُضَّ الخَاتَمَ إلا بحقه، فانصرفت عنها وهي أحب الناس إليَّ وتركت الذهب الذي أعطيتها، اللَّهُمَّ إنْ كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافْرُجْ عَنَّا ما نحن فيه، فانفرجت الصخرة، غير أنهم لا يستطيعون الخروج منها. وقال الثالث: اللَّهُمَّ استأجرت أُجَرَاءَ وأعطيتهم أجرهم غير رجل واحد ترك الذي له وذهب، فَثمَّرْتُ أجره حتى كثرت منه الأموال، فجاءني بعد حين، فقال: يا عبد الله، أدِّ إِلَيَّ أجري، فقلت: كل ما ترى من أجرك: من الإبل والبقر والغنم والرقيق، فقال: يا عبد الله، لا تَسْتَهْزِىءْ بي! فقلت: لاَ أسْتَهْزِئ بك، فأخذه كله فاستاقه فلم يترك منه شيئا، الَلهُمَّ إنْ كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافْرُجْ عَنَّا ما نحن فيه، فانفرجت الصخرة فخرجوا يمشون».

Artinya:
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tiga orang dari umat sebelum kalian pernah bepergian, hingga mereka harus bermalam di sebuah goa. Mereka pun memasukinya. Lalu sebongkah batu besar dari gunung bergelinding hingga menutup mereka di dalam goa itu. Mereka pun berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali jika kalian berdoa kepada Allah dengan amal-amal saleh kalian." Seorang dari mereka berdoa, “Ya Allah! Aku mempunyai dua orang tua yang lanjut usia. Dan aku tidak memberikan minuman susu kepada keluarga dan budakku sebelum mereka. Pada suatu hari, aku pergi jauh mencari pohon, hingga saat aku pulang ke rumah mereka berdua telah tertidur. Maka akupun memerahkan susu untuk keduanya, namun aku menemui mereka telah tertidur. Tapi aku tidak mau membangunkan mereka atau memberikan susu itu kepada keluarga dan budakku. Maka akupun tetap menunggu mereka bangun dengan wadah susu itu di tanganku-, hingga waktu fajar menyingsing dan anak-anakku menangis-nangis di kedua kakiku karena lapar. Lalu kedua orangtuaku bangun, kemudian meminum susunya. Ya Allah! Jika apa yang aku lakukan itu karena mengharap rida-Mu, maka bebaskan kami dari keadaan (himpitan) batu ini.” Maka batu itu bergeser sedikit, dan mereka belum dapat keluar darinya. Lalu yang lain berdoa, “Ya Allah! Sesungguhnya aku punya seorang saudari sepupu. Ia adalah wanita yang paling kucintai –dalam riwayat lain: aku mencintainya sedemikian rupa sebagaimana pria mencintai wanita-. Aku sangat ingin berzina dengannya, namun ia menolakku. Hingga terjadilah tahun paceklik. Ia datang menemuiku, kemudian aku memberinya 120 dinar dengan syarat ia membiarkan aku melakukan hubungan suami-istri dengannya. Dan ia pun menyetujuinya. Hingga ketika aku hampir melakukannya (dalam riwayat lain): ketika aku telah duduk di antara kedua kakinya-, ia berkata, “Takutlah kepada Allah! Janganlah engkau merusak segel kecuali dengan (cara) semestinya.” Aku pun meninggalkannya meskipun ia adalah orang yang sangat kucintai, dan aku relakan emas yang kuberikan padanya. Ya Allah! Jika aku melakukan itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka bebaskan kami dari kondisi ini.” Lalu batu itu bergeser, namun mereka belum dapat keluar darinya. Lalu yang ketiga berdoa, “Ya Allah! Aku pernah mempekerjakan beberapa orang dan membayarkan upah mereka, kecuali satu orang yang pergi meninggalkan upahnya. Akupun mengembangkan upah itu hingga harta itu menjadi banyak. Beberapa waktu kemudian, ia datang menemuiku. Ia berkata, “Wahai hamba Allah, berikanlah upahku.” Aku pun berkata, “Semua yang engkau lihat ini adalah upahmu, berupa: unta, sapi, kambing dan budak.” Ia berkata, “Wahai hamba Allah, jangan memperolok-olokku!” Aku menjawab, “Aku tidak memperolokmu.” Maka ia pun mengambil semuanya tanpa menyisakannya sedikit pun. Ya Allah! Jika aku melakukan itu karena mengharapkan rida-Mu, maka bebaskan kami dari kondisi ini.” Lalu batu itupun bergeser, lalu mereka pun keluar dari goa tersebut. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Share:

Friday, October 22, 2021

Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Judul: Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Label: Dalil Agama
Tags: #dalil #sunnah #bid'ah #maulid



Video Maulid Nabi

Sebelum dikemukakan dalil tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, akan dikemukakan terlebih dahulu pengertian dan sejarahnya, supaya tulisan ini dapat menjadi sumbangan referensi ilmu, khususnya tentang kegiatan keagamaan di tengah-tengah masyarakat.

| Pengertian Maulid Nabi


Kata "maulid" berasal dari bahasa Arab: مولد (mawlidun) artinya: Tempat / waktu lahir. Padanan katanya adalah: مبلاد (miilaadun). Pengertian "Maulid Nabi" adalah: Hari lahir atau kelahiran Nabi. Maksud "Maulid Nabi" adalah: Perayaan atau Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW,

Perayaan Maulid Nabi dilaksanakan serentak sesuai kalender pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriyah. Tetapi Perayaan atau Peringatan Maulid Nabi secara personal atau kelompok dilaksanakan sepanjang bulan Rabiul Awal setiap tahun.

Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansial, peringatan ini dilaksanan sebagai ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

| Sejarah Maulid Nabi

Mayoritas ahli sejarah, seperti: Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi, Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Katsir, dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar.

Sultan Al-Muzhaffar (549-630 H. / 1154-1233 M.) adalah seorang raja yang mujahid, berilmu dan bertakwa. Beliau adalah penguasa Irbil, salah satu wilayah di Irak.

Dijelaskan oleh Sibth, cucu Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dari berbagai kalangan, termasuk ulama dari berbagai disiplin ilmu. Tiga hari sebelum hari pelaksanaan peringatan Maulid Nabi tersebut, beliau telah melakukan segala macam persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan pada perayaan Maulid Nabi tersebut.

Namun demikian masih terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa orang pertama mengadakan Peringatan Maulid Nabi adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138 - 4 Maret 1193). Beliau adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr.

Dikisahkan bahwa Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang mulai padam. Pada perayaan tersebut kembali diserukan untuk membangkitkan semangat berjihad dalam membela Islam. Masa itu disebut Masa Perang Salib sebagai sebutan bagi perang agama di Asia Barat dan Eropa antara abad ke-11 sampai abad ke-17 Masehi).

| Dalil Maulid Nabi

Dalil 1
Allah SWT berfirman:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى ٱسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ قَالُوا۟ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS. Ash-Shaf, ayat 6).

Ayat ini diambil sebagai dalil peringatan maulid Nabi Muhammad SAW karena Nabi Isa AS menyampaikan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang akan datang sesudahnya. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW tentu harus lebih bergembira lagi dengan kelahiran beliau karena sebagai rahmat semesta alam.

Dalil 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ (رواه مسلم وغيره

Artinya:
Barangsiapa merintis perkara baru yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa berkurang pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim dan lainnya).

Hadits ini diambil sebagai dalil peringatan maulid Nabi karena perkara baru ini tidak ada pada masa Nabi tetapi termasuk perkara baik dan sesuai (tidak menyalahi) hadits lain.

Al Hafizh As-Suyuthi ketika ditanya tentang peringatan Maulid Nabi, beliau menjawab:

أَصْلُ عَمَلِ الْمَوِلِدِ الَّذِيْ هُوَ اجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ القُرْءَانِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ وَمَا وَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ، ثُمَّ يُمَدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذلِكَ هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ

“Pada dasarnya, peringatan Maulid Nabi berupa berkumpulnya orang membaca Al-Qur`an, meriwayatkan hadits-hadits tentang sejarah Nabi dan tanda-tanda yang mengiringi kelahirannya, kemudian disajikan hidangan lalu dimakan dan bubar setelahnya tanpa ada tambahan-tambahan lain, adalah termasuk bid’ah hasanah (perkara yang baik, meskipun tidak pernah dilakukan pada masa Nabi). Pelakunya akan memperoleh pahala, karena itu merupakan perbuatan mengagungkan Nabi dan menampakkan rasa gembira dan suka cita terhadap kelahiran Nabi yang mulia” (Disebutkan dalam kitab Husnul Maqshid fi ‘Amalil Maulid).

Dalil 3
Abdullah bin Mas’ud RA berkata:

مَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ قَبِيْحًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ قَبِيْحٌ (قال الحافظ ابن حجر: هذا موقوفٌ حسَنٌ)

“Sesuatu yang dinilai dan disepakati sebagai perkara yang baik oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah baik, dan sesuatu yang dinilai dan disepakati sebagai perkara buruk oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah buruk” (Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini adalah hadits mauquf yang hasan”).

Hadits ini diambil sebagai dalil peringatan maulid Nabi Muhammad SAW karena ulama dari berbagai disiplin ilmu yang hadir pada peringatan maulid Nabi yang pertama kali diadakan Sultan Al-Muzhaffar, mereka menilai baik bahkan memujinya dan tidak mengingkarinya.

Para ulama sepeninggal raja al-Muzhaffar juga tidak ada yang mengingkari peringatan maulid. Diantaranya yaitu: Al-Hafizh Ibnu Dihyah, Al-Hafizh Al-‘Iraqi, Al-Hafizh Ibnu Hajar, Al-Hafizh As-Suyuthi dan lainnya.

Hingga kemudian pada sekitar abad ke-18, muncul sekelompok orang yang mengingkari peringatan Maulid Nabi dengan keras. Mereka mengingkari suatu kegiatan yang dinilai baik oleh ummat Islam dari masa ke masa selama berabad-abad.

Mereka menganggap bahwa Peringatan Maulid adalah bid’ah sesat. Mereka berdalih dengan sebuah hadits yang mereka tempatkan tidak pada tempatnya, yakni hadits:

كُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ. وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ. وكُلُّ ضَلَالَةٍ فِى النَّارِ

Artinya:
Semua perkara baru (yang tidak pernah dilakukan pada masa Nabi) adalah bid’ah. Semua bid'ah adalah sesat. Semua kesesatan adalah di neraka.

Hadits ini memang shahih. Akan tetapi maksudnya bukan seperti anggapan atau doktrin mereka. Para ulama menjelaskan maksud hadits tersebut adalah bahwa setiap perkara baru di dalam agama yang dilakukan sepeninggal Nabi SAW adalah bid’ah. Semua pelaku bid'ah yang sesat akan diganjar dengan neraka. Sebaliknya, semua pelaku bid'ah yang tidak sesat akan diganjar dengan surga.

Jadi kata “كُلُّ” dalam hadits tersebut maknanya bukanlah “semua tanpa terkecuali”, tapi “al aghlabi” (sebagian besar) atau "al ba'dhi" (sebagian dari keseluruhan). Struktur kalimat ini selevel dengan firman Allah dalam ayat tentang angin yang menjadi ‘adzab bagi kaum ‘Ad:

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍۢ بِاَمْرِ رَبِّهَا (سورة الأحقاف: ٢٥
Artinya:
Angin itu menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya. (QS al-Ahqaf: 25).

Pada ayat di atas juga terdapat kata “كُلُّ”. Tapi kenyataannya, angin tersebut tidak menghancurkan segala sesuatu. Tidak menghancurkan langit, bumi dan semua makhluk. Angin tersebut hanya menghancurkan kaum ‘Ad dan harta benda mereka. Allah menggunakan kata: “كُلُّ”, tapi yang dimaksud adalah “sebagian” bukan semua atau segala.

Oleh karenanya, Imam asy-Syafi’i RA berpandangan:

اَلْبِدْعَةُ بِدْعَتَانِ مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ، فَمَا وَافَقَ السُّنَّةَ فَهُوَ مَحْمُوْدٌ وَمَا خَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمٌ” (رواه عنه الإمام البيهقي وغيره

Artinya:
Bid’ah itu ada dua macam: Bid’ah Mahmudah (terpuji) dan Bid’ah Madzmumah (tercela), jadi bid’ah yang sesuai dengan sunnah adalah terpuji dan bid’ah yang menyalahi sunnah adalah tercela.”
(Perkataan Imam asy-Syafi’i ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan lainnya).

Adapun yang biasanya dilakukan pada saat perayaan Maulid Nabi adalah hal-hal yang disyariatkan dan dianjurkan untuk dikerjakan, misalnya: bersilatur rahim, bersosial, bermasyarakat, bersedekah uang atau makanan, berdzikir bersama, membaca Al-Qur’an, membaca shalawat berjamaah, melantunkan puji-pujian kepada Rasulullah SAW, mengaji sejarah hidup Rasulullah, dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Semua itu adalah kebaikan-kebaikan yang dianjurkan di dalam Al-Qur’an dan Al Hadits. Apakah hal-hal yang jika dikerjakan sendiri-sendiri adalah kebaikan, kemudian jika dikerjakan berjamaah dalam satu rangkaian kegiatan yang diberi nama “Peringatan Maulid Nabi”, divonis menjadi kesesatan dan bid’ah yang menjerumuskan ke neraka? Aneh! Ajaran macam apa ini? Kok ngaku Ahlussunnah Waljamaah? Tapi kok terkesan anti berjamaah? Mau menolong agama atau mau nyolong agama? Ini betul-betul fitnah akhir zaman.

Oleh karena itu kalau kita memang awam maka jalan yang terbaik adalah mengikuti ulama terdahulu saja yang kapasitas serta kapabilitas ilmunya nyata-nyata dapat dipertanggungjawabkan, daripada mengikuti 'ulama-ulama'an' yang belum teruji kemampuan ilmunya dan cenderung meresahkan atau bahkan mengacaukan umat beragama.

Demikian uraian tentang Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita, anak cucu kita, keluarga kita dan orang2 yang berada dalam tanggungan amanah kita, serta tidak terhasud oleh pemahaman yang salah sebagai fitnah akhir zaman. Amin Ya Robbal 'Alamin.

Share:

Saturday, July 17, 2021

Maksud dan Hukum Amalan Do'a Dengan Simbol Isyarat

Inilah Maksud dan Hukum Amalan Do'a Dengan Simbol Isyarat, Kategori Amalan Keagamaan, Judul: Menelusuri Maksud Do'a Dengan Simbol Isyarat, tags: #doa #amalan #dalil #hukum #agama #doa_simbolik #media_doa

Maksud dan Hukum Amalan Do'a Dengan Simbol Isyarat

Kita sudah memaklumi bahwa doa adalah permohonan hamba kepada Allah. Doa merupakan ibadah yg diperintahkan langsung oleh Allah kepada seluruh umat Islam. Saking kuatnya perintah berdoa, maka orang yg sengaja tidak mau berdoa kepada Allah pantas disandangkan baginya gelar orang sombong.

Allah SWT berfirman dalam QS Al Mukmin ayat 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Artinya:
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku mereka akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (Al Mu'min, 60)

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:

سَلُوا اللَّهَ كُلَّ شَيءٍ حَتَّى الشِّسعَ

“Mintalah kepada Allah bahkan meminta tali sendal sekalipun”.
(HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/42)

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan:

وكان بعض السلف يسأل الله في صلاته كل حوائجه حتى ملح عجينه وعلف شاته

“Dahulu para salaf meminta kepada Allah dalam shalatnya, semua kebutuhannya sampai-sampai garam untuk adonannya dan tali kekang untuk kambingnya”.

Terkait dengan berdoa, ada pula doa secara simbolik atau yg disebut juga dgn ad-du’a' bil-isyaroh (doa dengan isyarat) atau istilah dari Al-Hafizh Ibn Hajar Al-‘Atsqalani dan Abu Al-Hasan Al-Mubarakfuri yaitu ad-du’a' bir-rumuz (berdoa dgn simbol).

Dan ternyata berdoa dgn cara ini memang ada landasan dasar amalan dalam Islam. Salah satu di antaranya adalah sebuah riwayat sahih dari Imam Al-Bukhari yg bersumber dari Abdullah Bin Zaid Al-Anshari berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى يُصَلِّي وَأَنَّهُ لَمَّا دَعَا أَوْ أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ،اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ

Artinya: Suatu kali, Nabi Saw keluar untuk melaksanakan salat (istisqa). Ketika beliau hendak berdoa (meminta hujan), beliau menghadap ke arah kiblat sambil memutar selendangnya. (H.R. Al-Bukhari).

Hadis tersebut mempunyai redaksi yang beragam namun memiliki kandungan yg sama. Intinya adalah bahwa maksud Nabi SAW ketika memutar bagian atas selendangnya ke arah bawah dan bagian bawah diputar ke arah atas, juga dgn selendang bagian kiri ke kanan dan bagian kanan ke kiri merupakan simbol atau isyarat agar keadaan berubah dari musim kemarau menjadi musim hujan.

Maksud lain dari perbuatan Nabi yg semacam itu adalah doa kepada Allah agar dikabulkan suatu permohonan, hanya saja cara berdoa beliau dengan menggunakan isyarat/simbol berupa membolak-balikan selendang.

Begitu juga dengan sebuah hadis sahih yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad Bin Hambal, bersumber dari Khallad Bin As-Saib Al-Anshari berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلى الله عَليه وسَلم كَانَ إِذَاسَأَلَ جَعَلَ بَاطِنَ كَفَّيْهِ إِلَيْهِ، وَإِذَا اسْتَعَاذَ جَعَلَ ظَاهِرَهُمَا إِلَيْهِ

Artinya:
Nabi Muhammad SAW ketika berdoa meminta kebaikan, beliau berdoa dengan telapak tangannya. Namun jika berdoa supaya terhindar dari keburukan, beliau berdoa dengan punggung tangannya. (H.R. Ahmad ibn Hambal).

Sebagaimana hadis sebelumnya, hadis ini juga mengandung maksud berdoa dgn simbol/isyarat. Dalam hadis ini ditegaskan bahwa ketika berdoa meminta kebaikan, Nabi menggunakan telapak tangannya. Namun ketika berdoa meminta perlindungan dari keburukan beliau menggunakan punggung tangannya.

Ini menjelaskan bahwa mengangkat tangan sewaktu berdoa hanyalah sebatas simbol/isyarat semata, dgn tujuan memohon agar apa yg diinginkan di hati, diucapkan di lisan, juga disimbolkan oleh anggota tubuh. Tidak mustahil dengan simbol tersebut, doa yg dipanjatkan akan membangkitkan rasa khusyuk karena akan semakin dijiwai, dgn harapan lebih cepat diterima oleh Allah SWT. Inilah yg sering dipraktekkan aktor aktris di saat memerankan sandiwaranya. Haruskah para pendoa meninggalkan action ini?

Sedangkan dalil lain tentang berdoa pakai simbol isyarat adalah sebuah riwayat yg juga bersumber dari Imam Al-Bukhari di mana beliau menceritakan kisah Abu Hurairah yg mengadukan kelemahan hafalannya kepada Nabi SAW, lalu Nabi mendoakannya dgn perantara simbol sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَسْمَعُ مِنْكَ حَدِيثًا كَثِيرًا أَنْسَاهُ قَالَ ابْسُطْ رِدَاءَكَ فَبَسَطْتُهُ قَالَ فَغَرَفَ بِيَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ ضُمَّهُ فَضَمَمْتُهُ فَمَا نَسِيتُ شَيْئًا بَعْدَهُ

Artinya:
Abu Hurairah bercerita, ”Saya berkata kepada Rasulullah: Wahai Rasulallah, saya sering mendengarkan hadits engkau, tapi sayang banyak yang saya lupa”. Lalu Rasulullah menjawab, “Bentangkan sorbanmu!”. Saya pun membentangkannya. Lalu Rasul menggulungnya dengan kedua tangan beliau. Kemudian beliau berkata lagi, “Kumpulkan!”, saya pun mengumpulkannya. Setelah peristiwa tersebut saya tidak pernah lupa (terhadap apa yang beliau sampaikan). (H.R. Al-Bukhari)

Abu Hurairah di hadapan Nabi SAW adalah sebagai sahabat sekaligus santri beliau. Ia sangat tekun menghadiri pengajian Nabi. Hampir tak ada waktu terlewatkan, kecuali ia mengikuti pengajian Nabi.

وقد قال رسول الله صلى الله عليه و سلم في حديث يحدثه ( إِنَّهُ لَنْ يَبْسُطَ أَحَدٌ ثَوْبَهُ حَتَّى أَقْضِيْ مَقَالَتِيْ هَذِهِ ثُمَّ يَجْمَعُ إِلَيْهِ ثَوْبَهُ إِلاَّ وَعَى مَا أَقُوْلُ ) . فبسطت نمرة علي حتى إذا قضى رسول الله صلى الله عليه و سلم مقالته جمعتها إلى صدري فما نسيت من مقالة رسول الله صلى الله عليه و سلم تلك من شيء (أخرجه البخاري في صحيحه)

Artinya:
“Rasulullah pernah menegaskan dalam suatu hadits yg beliau sabdakan, ‘Orang yang menggelar pakaiannya sampai aku selesai menyampaikan pengajianku ini kemudian ia ikat pakaiannya itu, pasti tidak akan lupa terhadap apa yang aku katakan.” Mendengar hal itu, Aku langsung menggelar selimutku sampai akhir pengajian Nabi. Ketika berakhir, aku pun segera melekatkannya di dadaku. Sejak itu, aku tak pernah lupa hadis Nabi sedikitpun.” (HR. Al-Bukhari).

Dalil lainnya tentang doa simbolik/isyarat sebagaimana berikut:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

Artinya;
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namiimah.” Kemudian Beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?” Beliau menjawab,”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.”

Akan tetapi, perlu digarisbawahi juga bahwa tidak semua tradisi bisa dianggap sebagai doa simbolik. Sekurang-kurangnya ada dua syarat mutlak yg harus dipenuhi agar sebuah tradisi dapat dianggap sebagai doa simbolik;

Pertama, tradisi atau amal perbuatan tersebut mengandung maksud doa dan harapan kebaikan dari Allah SWT.

Kedua, tidak ada unsur-unsur yg bertentangan dgn kaidah-kaidah syariat agama Islam seperti menyekutukan Allah, meyakini bahwa ada benda atau media tertentu selain Allah, yg diyakini bisa mendatangkan manfaat atau menangkal mudharat, menyembelih dgn menyebut nama selain Allah, dan semacamnya. Selama kedua unsur tersebut terpenuhi, maka ia pantas dianggap sebagai doa simbolik atau isyarat.

Karena sejatinya, yang bisa memberi manfaat dan menghindarkan madharat hanyalah Allah saja, sebagaimana dalam firman-Nya berikut ini:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ

Artinya:
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?” Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. [QS. az-Zumar, 39: 38]

Dengan demikian disimpulkan bahwa hukum berdoa menggunakan simbol benda tertentu adalah boleh sebagai media pedorong kekhusyu'an di dalam berdoa. Di samping itu media yg dipakai di dalam berdoa berperan sebagai penyelaras atau pengokoh antara ucapan (doa) dan tindakan (aksi). Adapun pembatas antara kebolehan dan kesyirikan bermuara pada pijakan keyakinan yg sangat jelas.

Dengan kata lain, berdoa menggunakan simbol2 ini dihukumi boleh dgn ketentuan di atas, selama meyakini simbol sebagai pengokoh doa. Dan syirik apabila meyakini simbol atau bahkan doa itu sendiri sebagai sekutu Allah yang mengabulkan suatu hajat. Semoga kita bisa membedakan dua keyakinan yg tampak jelas berbeda ini.

Demikian ulasan tentang maksud dan hukum doa simbolik atau berdoa menggunakan media tertentu berupa alat atau barang. Semoga tulisan ini dapat menjadi acuan pengambilan dalil hukum dalam pengamalannya di tengah masyarakat. Selanjutnya diharapkan dapat memberi keyakinan dalam ibadah, serta dapat menjadi jalan terkabulnya hajat dgn cepat berkat ittiba' dan pengamalan yg benar.
Share:

Thursday, June 3, 2021

Kenapa Istri Harus Lebih Dimuliakan Dari Pada Bos?

Kenapa Istri Harus Lebih Dimuliakan Dari Pada Bos? Keterangan dari video berikut akan menjelaskan hukum serta dalil mengenai tugas kewajiban istri di dalam keluarga, masyarakat dan soal agama.  

Sosial masyarakat Istri Lebih Dimuliakan Dari Pada Bos


Inilah beberapa alasan atau dalilnya



Alasan lainnya:


Dalil lainnya:


Selamat menonton.

Semoga jadi penyebab semakin banyaknya istri solehah di muka bumi, mendatangkan kesejukan di hati masyarakat, memberikan ketentraman di dalam bersosial bermasyarakat. Aaamiiin. YRA.

Semoga bermanfaat.


Share:

Tuesday, May 4, 2021

Hukum, Dalil dan Tata Cara Amalan Shalat Witir

Inilah Hukum, Dalil dan Tata Cara Amalan Shalat Witir Judul: Hukum, Dalil dan Tata Cara Shalat Witir, Label Dalil Agama, Amalan Keagamaan, Tags: #amalan #dalil #hukum #shalat_witir, #jumlah_rakaat, #letak_salam


Hukum, Dalil dan Tata Cara Amalan Shalat Witir

|| Definisi Shalat Witir

Sesuai namanya (وِتْرٌ) berarti ganjil. Maka Shalat Witir dapat didefinisikan sebagai shalat dengn jumlah rakaat ganjil. Boleh satu, tiga, lima, tujuh, sembikan atau sebelas rakaat.

|| Hukum Shalat Witir

Hukum Shalat Witir adalah sunnah.

Dalilnya:

Ibnu Umar berkata:

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؛ قَالَ اجْعَلُوْا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْراً. متفق عليه

Dari Nabi s.a.w , beliau bersabda: “Jadikanlah akhir sholat kalian di malam hari dengan ganjil, yakni: Witir”. (HR. Imam Bukhari & Muslim)

Ali bin Abi Thâlib r.a, berkata:

الْوِتْرُ لَيْسَ بِحَتْمٍ كَهَيْئَةِ الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ وَلَكِنْ سُنَّةٌ سَنَّهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Sholat Witir tidak wajib sebagaimana kondisi sholat wajib, namun ia adalah sunnah yang disunnahkan Rasulullah s.a.w.

|| Tata Cara Sholat Witir

Terkait waktu pelaksanaannya,

Abu Bushrah al-Ghifaari berkata:

قال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :” إِنَّ اللَّهَ زَادَكُمْ صَلَاةً فَحَافِظُوا عَلَيْهَا ، وَهِيَ الْوَتْرُ ؛ فَصَلُّوْهَا فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلىَ صَلاَةِ الْفَجْرِ”. أخرجه أحمد.

Sesungguhnya Allah telah menambah utk kalian satu sholat, maka jagalah sholat tersebut. Sholat itu adalah Witir. Maka sholatlah di antara sholat Isya` sampai shalat Fajar, yakni: Shubuh (HR. Imam Ahmad)

Rasulullah s.a.w bersabda:

مَنْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُوْمَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ ؛ فَلْيُوْتِرْ أَوَّلَهُ ، وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُوْمَ آخِرَهُ؛ فَلْيُوْتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ ؛ فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُوْدَةٌ ، وَذَلِكَ أَفْضَلُ. أخرجه مسلم.

Barang siapa yang khawatir tidak bangun di akhir malam, maka witrirlah di awalnya. Dan barang siapa yakin akan bangun di akhir malam, maka witirlah di akhir malam; karena shalat di akhir malam disaksikan dan itu lebih utama. (HR. Imam Muslim)

Terkait jumlah rakaatnya,

Rasulullah s.a.w bersabda:

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ ؛ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوْتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى .

Sholat malam dua raka’at dua raka’at; apabila salah seorang di antara kalian khawatir Subuh, maka ia sholat satu raka’at sebagai witir bagi shalat yang telah dilaksanakannya.

Ibnu ‘Umar, beliau radhiyallahu anhu berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْصِلُ بَيْنَ الْوَتْرِ وَالشَّفْعِ بِتَسْلِيمَةٍ وَيُسْمِعُنَاهَا

Dahulu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam memisah antara yang ganjil dan genap dengan salam, dan beliau perdengarkan (salam) kepada kami.

Ibnu ‘Umar mengamalkan:

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَةِ وَالرَّكْعَتَيْنِ فِي الْوِتْرِ حَتَّى يَأْمُرَ بِبَعْضِ حَاجَتِهِ

Dahulu, ‘Abdullah bin ‘Umar mengucapkan salam antara satu raka’at dan dua raka’at dalam witir, hingga memerintahkan orang mangambilkan kebutuhannya.

Abu Hurairah berkata:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :” لاَ تُوْتِرُوْا بِثَلاَثٍ تُشَبِّهُوْا بِصَلاَةِ الْمَغْرِبِ ، وَلَكِنْ أَوْتِرُوْا بِخَمْسٍ ، أَوْ بِسَبْعٍِ ، أَوْ بِتِسْعٍ ، أَوْ بِإِحْدَى عَشَرَةَ”. أخرجه الحاكم.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam bersabda: “Janganlah berwitir dengan tiga rakaat menyerupai shalat Maghrib, namun berwitirlah dengan lima raka’at, tujuh, sembilan atau sebelas raka’at”. (HR. Hakim)

Aisyah r.a pernah berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَة ؛ يُوْتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ ، لاَ يَجْلِسُ إِلاَّ فِيْ آخِرِهَا. أخرجه مسلم.

Rasulullah s.a.w pernah shalat malam tiga belas raka’at; berwitir darinya lima raka’at. Beliau tidak duduk kecuali di akhirnya.(HR. Muslim)

Aisyah r.a berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ أخرجه مسلم.

Dahulu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam sholat antara setelah selesai sholat Isya`, yaitu yang disebut oleh orang-orang dengan – al-‘atamah – sampai fajar sebelas rakaat dengan salam setiap dua raka’at dan berwitir satu raka’at. (HR. Muslim)

‘Aisyah r.a pernah berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوْتَرَ بِتِسْعِ رَكَعَاتٍ ؛ لَمْ يَقْعُدْ إِلاَّ فِيْ الثَّامِنَةِ ، فَيَحْمَدُ اللهَ ، وَيَذْكُرُهُ ، وَيَدْعُوْ ، ثُمَّ يَنْهَضُ وَلَا يُسَلِّم ، ثُمَّ يُصَلِّي التَّاسٍِعَةَ ، فَيَجْلِسُ ، فَيَذْكُرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ، وَيَدْعُوْ ، ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيْمَةً يُسْمِعُنَا ، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ ، فَلَمَّا كَبُرَ وَضَعُفَ ؛ أَوْتَرَ بِسَبْعِ رَكَعَاتٍ ، لَا يَقْعُدُ إِلاَّ فِيْ السَّادِسَةِ ثُمَّ يَنْهَضُ وِلاَ يُسَلِّمُ ، فَيُصَلِّي السَّابِعَةَ ، ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيْمَةً ، ثَُّ يُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ. أخرجه مسلم والنسائي.

Apabila Rasulullah s.a.w berwitir sembilan raka’at, beliau tidak duduk kecuali di raka’at kedelapan, lalu memuji Allah, mengingat dan berdoa, kemudian bangkit tanpa salam; kemudian shalat raka’at kesembilan, lalu duduk dan berdzikir kepada Allah dan berdoa; kemudian salam satu kali. Beliau memperdengarkan salamnya kepada kami. Kemudian sholat dua raka’at dalam keadaan duduk. Ketika sudah menua dan lemah, beliau berwitir dengan tujuh raka’at, tidak duduk kecuali pada raka’at keenam kemudian bangkit tanpa salam, lalu shalat raka’at ketujuh kemudian salam; kemudian shalat dua rakaat dalam keadaan duduk.

Rasulullah s.a.w bersabda:

الْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلَاثٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ

Sholat Witir haq setiap muslim. Barang siapa yang ingin berwitir dengan lima raka’at, maka kerjakanlah. Yang ingin berwitir tiga raka’at, maka kerjkanlah; dan yang ingin berwitir satu raka’at, maka kerjakanlah.

Terkait surah yg dibaca,

Ubai bin Ka’ab yang berbunyi:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَقْرَأُ مِنَ الْوِتْرِ بِـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى} ، وَفِيْ الرَّكَعَةِ الثَّانِيَةِ بِـ{قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ} ، وَفِيْ الثَّالِثَةِ بِـ {قُلْ هُوَ اللهُ أَحَد}، وَلاَ يُسَلِّمُ إِلَّا فِيْ آخِرِهِنَّ”. أخرجه النسائي.

Dahulu, Rasulullah s.a.w membaca dari shalat witirnya surat al-A’la, dan pada raka’at kedua membaca surat al-Kaafirun, dan rakaat ketiga membaca Qul Huwallahu Ahad.

|| Kesimpulan

- Hukum shalat Witir adalah sunnah.
- Waktunya antara sesudah shalat Isya' hingga waktu Subuh.
- Jumlahnya adalah ganjil, 1-11 rakaat.
- Salam boleh perdua rakaat atau di rakaat akhir, selama tidak menyerupai shalat Maghrib.

Semoga shalat malam kita di malam-malam Ramadhan ini, utamanya shalat Witir, diterima dan diridhoi oleh Allah SWT, dan kita mendapatkan pahala amal ibadah Lailatul Qadar sebagaimana harapan seluruh umat Islam.

Share:

Tuesday, March 23, 2021

MINTA BAROKAH ULAMA, AMALAN SUNNAH ATAU SYIRIK?

MINTA BAROKAH ULAMA, AMALAN SUNNAH ATAU SYIRIK, BEGINI PENJELASANNYA

MINTA BAROKAH ULAMA, AMALAN SUNNAH ATAU SYIRIK?


Minta barokah (baca:berkah) dari ulama masih sering menjadi perdebatan antar jamaah madzhab tertentu dengan lainnya. Kendati hal ini merupakan masalah khilafiyah sejak dulu kala, akan tetapi tetap saja ada yg suka 'usil' mensyirikkan orang lain yg meyakininya sebagai amalan sunnah.


Entahlah, apa tujuan dibalik keusilan mereka? Tidakkah sama antara usil dengan menggoda? Tidakkah sifat menggoda itu ciri khasnya syaitan? Entahlah! Namun yg jelas, apapun yg kita amalkan akan sah secara syariat apabila berdasarkan dalil yg dinilai shahih oleh ulama' fiqih. Selanjutnya mengenai diterima atau ditolaknya amalan, keduanya adalah hak mutlak Allah swt., bukan hak orang yg menilai. Karena, orang yg memberi penilaian terhadap amalan orang lain tak kan pernah punya hak memberi pahala kepada dirinya sendiri, apalagi kepada orang yg dinilainya.


Demi mengembalikan keyakinan atau memantapkan niat meminta barokah dari ulama atau orang alim, atau orang shaleh, maka mari kita cermati baik-baik sejumlah dalil tentang tabarruk sekaligus tawasul berikut ini:


Dalil Al Quran:

Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surah An Nisaa' ayat: 64


ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﺇِﺫْ ﻇَﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻬُﻢْ ﺟَﺎﺀُﻭﻙَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔَﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔَﺮَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﻟَﻮَﺟَﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَﺗَﻮَّﺍﺑًﺎ ﺭَﺣِﻴﻤًﺎ ‏


“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa’ , 64).


Firman Allah dalam Al  Qur’an Surah Al Maidah ayat 35


ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻮَﺳِﻴﻠَﺔَ

ﻭَﺟَﺎﻫِﺪُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ

.

“ Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan carilah sebuah perantara untuk menuju kepada Alloh, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan .” (QS. Al Maidah : 35)


Kemudian mari kita resapi maksud 3 ayat berikut:

- Allah SWT berfirman dalam QS Al Baqarah : 154


وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ


Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

(QS. Al Baqarah ,154)


- Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran : 169

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ


"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki," (QS Ali Imran ,169)


Dalil ayat2 tersebut memberikan kesimpulan bahwa ketika kita punya hajat, misalnya ingin diampuni oleh Allah, atau dipertemukan jodoh, atau ingin dikaruniai anak, atau dimurahkan rizki, dll. maka sunnah kita soan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ulama kompeten, dan orang-orang shaleh, utk minta barokah doa dari beliau-beliau.


Dalil ayat2 di atas juga memberikan pemahaman bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, wali-wali Allah, orang-orang shaleh yg notabene wafat di jalan Allah, mereka tetap hidup di alam mereka dgn senantiasa mendapat rizki khusus dari Allah, diantaranya membimbing atau mendoakan orang lain sesuai kadar dan batasan wilayahnya.


Anugrah khusus bagi para fisabilillah itulah yg selalu diharapkan berkahnya oleh orang-orang awam, seperti halnya admin ini. Maka tak heran kalau setiap saat ada ribuan bahkan jutaan penziarah 'menyerbu' makam beliau utk mendapatkan barokah, doa terkabulnya hajat, bimbingan spiritual khusus, dll.


Apakah ini sesuai logika? Iya atau tidaknya, silahkan temukan sendiri jawabannya di mana saja. Entah di sudut2 benak atau di relung2 kalbu. Namun kenyataan, ada banyak orang awam yg berdoa utk terkabulnya 1 hajat selama 10 tahun sering 'dikalahkan' oleh 1 kali doanya orang wali utk terkabulnya 10 hajat.


Dalil Hadits.


Riwayat dari Aisyah Istri Rasulullah


ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮْ ﺍﻟﻨُّﻌْﻤَﺎﻥِ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺳَﻌِﻴْﺪُ ﺑْﻦُ ﺯَﻳْﺪٍ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﻤْﺮُﻭ ﺑْﻦُ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﺍﻟﻨُّﻜْﺮِﻱ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﻭْﺱُ ﺑْﻦُ ﻋَﺒْﺪِﺍﻟﻠﻪِ ﻗُﺤِﻂَ ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳْﻨَﺔِ ﻗَﺤْﻄﺎً ﺷَﺪِﻳْﺪﺍً، ﻓَﺸَﻜَﻮْﺍ ﺇِﻟَﻰ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭْﺍ ﻗَﺒْﺮَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ ﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓَﺎﺟْﻌَﻠُﻮْﺍ ﻣِﻨْﻪُ ﻛِﻮًﻯ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﺎ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺳَﻘْﻒٌ . ﻗَﺎﻝَﻓَﻔَﻌَﻠُﻮْﺍ ﻓَﻤُﻄِﺮْﻧَﺎ ﻣَﻄَﺮﺍً ﺣَﺘَّﻰ ﻧَﺒَﺖَ ﺍﻟْﻌُﺸْﺐُ ﻭَﺳَﻤِﻨَﺖِ ﺍﻟْﺈِﺑِﻞُ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻔَﺘَّﻘَﺖْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﺤْﻢِ ﻓَﺴُﻤِّﻰَ ﻋَﺎﻡَ
ﺍﻟْﻔَﺘْﻖِ ‏- ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ

“Dari Aus bin Abdullah: “Suatu hari kota Madinah mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madinah ke Aisyah (janda Rasulullah saw) mengadu

tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata:

.“Lihatlah kubur Nabi Muhammad lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung." Lantas mereka pun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk”. (HR. Imam Darimi). 


Dalil Madzhab


Al-Imam al-Syafi’i,Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris al-Syafi’i(150-204 H/767-819 M), mujtahid besar, pakar hadits dan pendiri madzhab Syafi’i yang diikuti oleh mayoritas kaum Muslimin di dunia, juga mengakui bolehnya ber-tabaruk dengan para nabi dan wali sesudah meninggal. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan pernyataan beliau berikut ini:


ﻋَﻦْ ﻋَﻠِﻲ ﺑْﻦِ ﻣَﻴْﻤُﻮْﻥٍ ﻗَﺎﻝَ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲَّ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻳَﻘُﻮْﻝُ: ﺇِﻧِّﻲْ َﻷَﺗَﺒَﺮَّﻙُ ﺑِﺄَﺑِﻲْ ﺣَﻨِﻴْﻔَﺔَﻭَﺃَﺟِﻲْﺀُ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﺒْﺮِﻩِ ﻛُﻞَّ ﻳَﻮْﻡٍ ﻳَﻌْﻨِﻲْ ﺯَﺍﺋِﺮًﺍ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻋَﺮَﺿَﺖْ ﻟِﻲْ ﺣَﺎﺟَﺔٌ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻭَﺃَﺗَﻴْﺖُ ﺇِﻟَﻰﻗَﺒْﺮِﻩِ ﻭَﺳَﺄَﻟْﺖُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟْﺤَﺎﺟَﺔَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻓَﻤَﺎ ﺗَﺒْﻌُﺪُ ﻋَﻨِّﻲْ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﻘْﻀَﻰ. ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ ﺍﻟﺒﻐﺪﺍﺩﻱﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺦ ﺑﻐﺪﺍﺩ ‏( 1/123 ‏) ﺑﺴﻨﺪ ﺻﺤﻴﺢ .


“Dari Ali bin Maimun, berkata: “Aku mendengar al-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku selalu bertabarruk dengan Abu Hanifah dan mendatangi makamnya dengan berziarah setiap hari. Apabila aku mempunyai hajat, maka aku menunaikan shalat dua rekaat, lalu aku datangi makam beliau dan aku memohon hajat itu kepada Allah di sisi makamnya, sehingga tidak lama kemudian hajatku segera terkabul”.


Ibnu Taymiyah dan Imam Muhammad bin Abdul Wahab memberikan pernyataan sbb;

"Tawassul itu adalah salah satu metode dalam berdoa dari sekian cara dalam berdo’a kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Sedang yang diminta dan diharapkan dapat mengabulkan do’a tiada lain adalah Allah .

Obyek yang dijadikan wasilah (perantara) hanya berperan sebagai mediator untuk mendekatkan diri kepada Allah . Siapapun yang meyakini di luar batasan ini berarti ia telah musyrik.

Orang yang bertawassul tidak boleh meyakini bahwa media yang dijadikan untuk bertawassul kepada Allah itu bisa memberi manfaat dan derita dengan sendirinya (independent) sebagaimana Allah, atau tanpa izin-Nya. Dan barangsiapa yang meyakini demikian niscaya ia musyrik.

Tawassul bukanlah suatu keharusan, dan terkabulnya do’a tidaklah harus dengan cara tawasul .Tawasul bukanlah ibadah wajib tapi juga bukan dilarang."


Syekh Ibnu Taimiyah memperbolehkan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata : “Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi:

.

ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻢ ﺷﺨﺼﺎ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻰ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﻭﺃﺗﻮﺳﻞ ﺇﻟﻴﻚ ﺑﻨﺒﻴﻚ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ

ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺇﻧﻰ ﺃﺗﻮﺟﻪ ﺑﻚ ﺇﻟﻰ ﺭﺑﻚ ﻓﻴﺠﻠﻰ ﺣﺎﺟﺘﻰ ﻟﻴﻘﻀﻴﻬﺎ ﻓﺸﻔﻌﻪ ﻓﻲّ ( ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺘﺮﻣﻴﺬﻯ

ﻭﺻﺤﺤﻪ ).


Rasulullah s.a.w. Mengajari seseorang berdoa: (artinya)

“Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dan bertwassul kepada-MU melalui Nabi-Mu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku syafa'at”. Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276).


Kunci utamanya, adalah niat.

Kita tidak boleh berniat diluar konteks Islam dimana perantara (washilah) dianggap paling hebat apalagi dianggap sebagai Tuhan. Karena hal ini berarti menduakan Allah (syirik).


Kunci Kedua, adalah doa.

Kita di anjurkan berdoa dgn memfokus meminta pada Allah dimana wasilah hanya jalan mempetcepat terkabulnya doa kepada Allah. Misalnya: "Ya Allah, aku mohon pertemukan dgn jodohku berkat washilah Syeikh ini"; Bukan: "Ya Syeikh, aku mohon pertemukan dgn jodohku berkat kewalian Syeikh ."

Jadi..dalam metode tawasul, tetaplah Allah sebagai tempat meminta pertolongan bukan obyek perantaranya. Semoga dgn ini maka cara beragama kita sesuai dgn kebenaran syariat Islam . aamiin


Share:

Friday, July 24, 2020

DALIL LARANGAN BAGI SESEORANG YANG MAU BERKURBAN

DALIL HUKUM LARANGAN BAGI SESEORANG YANG MAU BERKURBAN, KATEGORI HUKUM AGAMA, JUDUL LARANGAN BAGI SESEORANG YANG MAU BERQURBAN, TAG YUQM #HUKUM, #AGAMA, #LARANGAN, #PEQURBAN

DALIL LARANGAN BAGI SESEORANG YANG MAU BERKURBAN

To the point ya,
Inilah larangan bagi seseorang yg mau berkurban;

- DILARANG MUNCUKUR RAMBUT

Dalilnya:
Allah SWT berfirman:

وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه

Artinya:
..... dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan...
[Al-Baqarah/2 : 196]

Maka sehubungan dgn 1 Dzulhijjah 1441 H akan jatuh pada hari Rabu tanggal 22 Juli 2020, Sedgkan 10 Dzulhijjah atau Idul Adha 1441 H jatuh pada hari Jum'at, 31 Juli 2020.

Sebaiknya bagi yg sudah niat mau berkurban di tahun ini hendaknya ia menerapkan bersih-bersih diri sebelum tanggal 22 Juli 2020.

Itu berarti bahwa hari Selasa tanggal 21 Juli 2020 atau 29 Dzul Qa’dah 1441 H. adalah hari terakhir untuk memotong rambut dan kuku.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلاَ يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئً ا

Artinya:
Apabila telah masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dan salah seorang dari kalian telah berniat untuk berqurban, maka janganlah ia memotong rambutnya dan kulitnya sedikitpun.”
[HR. Muslim dari Ummu salamah ra]

- DILARANG MEMOTONG KUKU

Dalilnya:
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, dalam riwayat lain bersabda:

فَلاَ يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّىَ

Janganlah ia memotong rambutnya dan kukunya sedikitpun sampai ia menyembelih.”
[HR. Muslim dari Ummu Salamah ra]

Barangsiapa yang melanggar ketentuan ini karena lupa atau belum tahu hukumnya maka ia tidak berdosa, tidak pula membayar fidyah atau kaffarah baginya. Barangsiapa yg melanggarnya dengan sengaja maka hendaklah ia bertaubat kepada Allah ta’ala dan tidak ada kewajiban fidyah atau kaffarah atasnya.

Ibnu Qudamah –rahimahullah- berkata: “Jika telah ditetapkan dalam beberapa riwayat, maka ia tidak boleh mencukur rambut, dan memotong kuku. Dan jika ia melakukannya maka harus bertaubat kepada Allah –Ta’ala-, namun tidak ada fidyah baik karena sengaja atau lupa, ini merupakan hasil ijma’ para ulama “.
(al Mughni: 9/346)

Adapun landasan mengapa larangan ini harus dijauhi ialah karena rambut dan kuku pequrban akan menjadi cahaya baginya, kelak di akhirat.

Wallahu A’lam Bishshawab.
Demikianlah penjelasan tentang hal-hal yg dilarang bagi pequrban. Semoga penjelasan yg ringkas ini bisa menambah ilmu agama bagi kita dan berguna bagi diri pribadi, keluarga dan masyarakat luas. AAAMIIIN
Share:

DALIL DAN HAL TERKAIT PUASA AROFAH 2020

KATEGORI: DALIL
JUDUL: DALIL DAN HAL TERKAIT PUASA AROFAH 1441 H/2020 M
TAGS YUQM: DALIL, PUASA, ARAFAH


To the point ya!
Dalil bahwa Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa2 satu tahun yg lalu dan satu tahun yg akan datang, sebagaimana berikut:

Rasulullah  saw bersabda :

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

Artinya:
Puasa AROFAH (9 Dzulhijah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yg akan datang.

Berbeda dengn Puasa Asyura' (10 Muharram) yg akan menghapuskan dosa setahun yang lalu (saja).

(HR. Muslim).

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.

Artinya:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’, berpuasa tiga hari setiap bulannya, juga Senin dan Kamis pertama setiap bulan.
(HR. Abu Daud)

Terkait seputar puasa Arafah:
~ Puasa Arafah 9 Dzulhijah = 30 Juli 2020
di bulan Dzul Hijjah, yaitu:

- Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijah = 29 Juli 2020
~ Idul Adha 10 Dzulhijjah = 31 Juli 2020

- Sepuluh awal Dzul Hijjah
Tanggal 22 Juli hingga 30 Juli 2020 disunahkan puasa dan perbanyak amal shaleh kerena pahalanya akan dilipat gandakan.

- Puasa hari Tasyrik, khususnya mengenai hal hukumnya.

HARAM PUASA HARI TASRIK :

_10 Dzulhijjah = 31 Juli 2020
_11 Dzulhijjah = 1 Agustus 2020
_12 Dzulhijjah = 2 Agustus 2020
_13 Dzulhijjah = 3 Agustus 2020

Wallahu A’lam Bishshawab.
Demikianlah penjelasan tentang puasa Arafah. Semoga penjelasan yg ringkas ini bisa menambah ilmu agama bagi kita dan berguna bagi diri pribadi, keluarga dan masyarakat luas. AAAMIIIN

Share:

Saturday, May 9, 2020

DALIL TENTANG QUNUT WITIR DI BULAN RAMADHAN

KATEGORI: DALIL AGAMA
JUDUL: DALIL TENTANG QUNUT WITIR DI BULAN RAMADHAN
TAGS YUQM: DALIL, QUNUT, AMALAN, KEAGAMAAN



Inilah dalil tentang kesunnahan membaca Qunut pada shalat Witir di bulan Ramadhan, berdasarkan hadis-hadist Rasulullah ﷺ.

Hadits yg diangkat disini hanya yg kami jangkau saja, akan tetapi In Syaa Allah cukup berarti di dalam penerapan, cukup dijadikan dasar kita menjalankan ibadah, dan cocok dijadikan penentram hati,  tanpa khawatir bid'ah, karena ittiba' kepada Rasulullah, Sahabat atau Salafus Sholih terdekat kepada beliau.

Baiklah, mari kita telaah bersama, hadits2 tentang bacaan Qunut di dalam Shalat Witir pada bulan Ramadhan. Semoga dengan kita menela'ah, akan tercetus pilihan dan muncul gairah mengamalkannya atau meninggalkannya bukan karena siapa2 atau sebab apa2. tetapi berlandaskan tulus, ikhlas karena Allah, sebab Rasulullah ﷺ;

Hadits Pertama

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: " كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ إِلَى آخِرِهِ "

Dari Anas Bin Malik radhiyallahu anhu: Sering kali Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan qunut witir dari pertengahan bulan Ramadhan sampai akhir Ramadhan. (al-Baihaqiy Sunan al-Kubra hadist no: 4307).

Hadits Kedua
عَنْ مُحَمَّدٍ هُوَ ابْنُ سِيرِينَ، عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِهِ " أَنَّ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ أَمَّهُمْ، يَعْنِي فِي رَمَضَانَ، وَكَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Dari Muhammad bin Sirin, dari sebagian sahabatnya, bahwa Ubay bin Ka’ab mengimami mereka, yakni pada bulan Ramadhan, ia berqunut pada pertengahan terakhir bulan Ramadhan” (Abu Daud dalam Sunannya hadist no: 1428 dan al-Baihaqiy kitab Sunan al-Kubra hadist no: 4299)

Hadits Ketiga

عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ " أَنَّهُ " كَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Dari Al-Harits, dari ‘Ali radliyallahu ‘anh, bahwa ia berqunut pada pertengahan terakhir dari bulan Ramadhan” (al-Baihaqiy kitab Sunan al-Kubra hadist no: 4301).

Hadist-hadits di atas menyebutkan bahwa Qunut Shalat Witir dimulai pada pertengahan bulan Ramadhan. Dalam riwayat Ibn Abi Syaibah ditegaskan yang di maksud pertengahan bulan Ramadhan adalah malam ke-16:

Hadits Keempat

عَنِ الْحَسَنِ، أَنَّ عُمَرَ، حَيْثُ «أَمَرَ أُبَيًّا أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ فِي رَمَضَانَ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَقْنُتَ بِهِمْ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي، لَيْلَةَ سِتَّ عَشْرَةَ» قَالَ: وَكَانَ الْحَسَنُ يَقُولُ: «إِذَا كَانَ إِمَامًا قَنَتَ فِي النِّصْفِ، وَإِذَا لَمْ يَكُنْ إِمَامًا قَنَتَ الشَّهْرَ كُلَّهُ»

Diriwayatkan dari al-Hasan: Sesungguhnya Umar Bin Khatthab memerintahkan Ubay Bin Kaab mengimami para jamaah shalat di bulan Ramadhan untuk melakukan qunut ketika pertengahan tersisa bulan Ramadhan tepatnya malam ke-16. Al-Hasan mengatakan: Apabila Umar Bin Khatthab shalat menjadi imam beliau melakukan qunut pada pertengahan bulan Ramadhan. Bila tidak menjadi imam (shalat sendiri) beliau melakukan qunut sebulan penuh.” (kitab Mushannaf Ibn Abi Syaibah hadist no: 6941).

Hadits Kelima

Imam Abu Daud bertanya kepada Imam Ahmad Bin Hambal:

قال أَبُو دَاوُدَ، قُلْتُ لِأَحْمَدَ: الْقُنُوتُ فِي الْوِتْرِ السَّنَةُ كُلُّهَا؟، قَالَ: «إِنْ شَاءَ» قُلْتُ: فَمَا تَخْتَارُ، قَالَ: «أَمَّا أَنَا فَلَا أَقْنُتُ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْبَاقِي إِلَّا أَنْ أُصَلِّيَ خَلْفَ إِمَامٍ يَقْنُتُ فَأَقْنُتُ مَعَهُ» قُلْتُ: إِذَا كَانَ يَقْنُتُ النِّصْفَ الْآخَرِ مَتَى يَبْتَدِئُ؟، قَالَ: «إِذَا مَضَى خَمْسَ عَشْرَةَ لَيْلَةً سَادِسَ عَشْرَةَ»

Abu Daud bertanya kepada Imam Ahmad: Apakah qunut witir dilakukan sepanjang tahun (bulan Ramadhan dan bulan lainnya)? Imam Ahmad menjawab: Terserah yang ia kehendaki. Abu Daud bertanya lagi: Pendapat yang kau pilih bagaimana? Ahmad Bin Hambal menjawab: Adapun pendapat yang aku pilih, aku tak melakukan qunut witir kecuali pada pertengahan bulan Ramadhan yang tersisa dan kecuali aku shalat di belakang imam yang yang melakukan qunut, maka aku mengikuti imam itu untuk qunut. Abu Daud lagi-lagi bertanya: Bila imam ingin melakukan qunut witir pada pertengahan bulan Ramadhan kapan waktu yang ideal ia mulai qunutnya? Ahmad Bin Hambal menjawab: kalau sudah berlalu 15 hari bulan Ramadhan tepatnya malam 16 Ramadhan.”

Sumber:
Kitab Qiyamul Lail Wa Qiyam Ramadhan Wal Witr karya Imam Muhammad Bin Nashr Al-Marwaziy Juz 1 halaman: 315)

والله اعلم بالصواب

Share:

Friday, February 21, 2020

Pro-Kontra Dalil Tentang Upah Bagi Da'i, Penceramah, dan Guru Agama

Pro-Kontra Dalil Tentang Upah Bagi Da'i, Penceramah, dan Guru Agama, Kategori: Pendidikan Agama Sosial Kemasyarakatan, Judul Pro-Kontra Tentang Hukum Upah Bagi Da'i, Penceramah, dan Pengajar / Guru Agama, Tags yuqm: #pendidikan, keaagamaan, sosial, masyarakat
Share:

Sunday, October 13, 2019

Inilah Dalil Bahwa Mengirim Al Fatihah Sampai Ke Mayit

Kategori: Dalil Agama
Judul: Dalil Bahwa Mengirim Al Fatihah Sampai Ke Mayit
Tags yuqm: #dalil #agama, #sosial, #masyarakat


Inilah sejumlah dalil tentang mengirim pahala Al Fatihah dll sampai kepada mayit. Dalil yg ada disini tidak terfokus kepada madzhab AsSyafi'i saja akan tetapi tertuju kepada yg berpandangan sama, walaupun berbeda madzhab.

Ini diharapkan dapat memberikan keyakinan terhadap yg masih ragu atau sebagai pilihan bagi yg ingin ber-talfiq lintas madzhab karena suatu alasan syar'i atau alasan lain.

Mudah-mudahan ini menjadi sarana ibadah kita bukan malah menjadi fitnah menuntut ilmu yg tak diridhoi Allah. Wal'iyaadzu billah min dzaalik.

Selanjutnya mari kita cerna bersama, lalu kita amalkan sesuai keyakinan di hati. Semoga Allah memberikan kemantapan yg murni dalam mengamalkan ibadah, liridhoillaahi ta'aalaa. Aamiin.


ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى
ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓﻨﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨

Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.”
Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh tujuh hari akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.” (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)


ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻃﻌﺎﻡ، ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ ،


ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ

Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib:

Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini..!”, lalu beliau mengulurkan tangannya dan makan, maka orang–orang pun mengulurkan tangannya masing–masing dan makan. ( Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110 )


ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﻴﺮ ﻗﺎﻝ : ﻳﻔﺘﻦ ﺭﺟﻼﻥ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻣﻨﺎﻓﻖ , ﻓﺎﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺳﺒﻌﺎ ﻭﺍﻣﺎﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺻﺒﺎﺣﺎ

Dari Ubaid bin Umair ia berkata: “Dua orang yakni seorang mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia difitnah selama tujuh hari, sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh hari.”


ﻗﺎﻝ ﻃﺎﻭﻭﺱ : ﺍﻥ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺳﺒﻌﺎ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﺴﺘﺤﺒﻮﻥ ﺍﻥ ﻳﻄﻌﻤﻮﺍ ﻋﻨﻬﻢ ﺗﻠﻚ ﺍﻻﻳﺎﻡ

Imam Thawus berkata: “Sungguh orang-orang yang telah meninggal dunia difitnah dalam kuburan mereka selama tujuh hari, maka mereka (sahabat) gemar menghidangkan makanan sebagai shadaqah untuk mereka yang telah meninggal dunia, pada hari-hari tersebut.” ( Imam As Suyuthi, Al-Hawi li al-Fatawi, tafsir Ibn Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al Syafi’i) 774 H, ayat 39 surah an Najm (IV/236: )


ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ

Adapun do'a, sedekah, termasuk bacaan Alquran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai, Menurut Imam Syafi’i. (Alqaul Alqadim).

Pada waktu beliau masih di Madinah dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan Imam Hanafi, bahwa bacaan al-Quran tidak sampai ke mayit.

Setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan mengatakan bacaan Alquran yang dihadiahkan ke mayit itu sampai, dengan ditambah doa :“Allahumma awshil.…dst.”, lalu murid beliau Imam Ahmad dan kelompok murid2 Imam Syafi’i yang lain berfatwa bahwa pahala bacaan Alquran sampai ke mayit.


ﺍَﻣَّﺎ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺔُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻓَـِﺎﻧَّﻪُ ﻳَﻨْـﺘَـﻔِﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺎﺗِّـﻔَﺎﻕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ. ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَﺕْ ﺑِﺬٰﻟِﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﺣَﺎ ﺩِﻳْﺚُ ﺻَﺤِﻴْﺤَﺔٌ ﻣِﺜْﻞُ ﻗَﻮْﻝِ ﺳَﻌْﺪٍ ( ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍِﻥَّ ﺍُﻣِّﻲْ ﺍُﻓْﺘـُﻠِﺘـَﺖْ ﻧَﻔْﺴُﻬَﺎ ﻭَﺍَﺭَﺍﻫَﺎ ﻟَﻮْ ﺗَـﻜَﻠَّﻤَﺖْ ﺗَﺼَﺪَّﻗَﺖْ ﻓَﻬَﻞْ ﻳَﻨْـﻔَـﻌُﻬَﺎ ﺍَﻥْ ﺍَﺗَـﺼَﺪَّﻕَ ﻋَﻨْﻬَﺎ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻧَـﻌَﻢْ , ﻭَﻛَﺬٰﻟِﻚَ ﻳَـﻨْـﻔَـﻌُﻪُ ﺍﻟْﺤَﺞُّ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍْﻻُ ﺿْﺤِﻴَﺔُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟْﻌِﺘْﻖُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِـْﻐﻒُﺭﺍَ ﻟَﻪُ ﺑِﻼَ ﻧِﺰﺍَﻉٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ .

“Adapun sedekah untuk mayit, maka si mayit bisa mengambil manfaat dari sedekah itu berdasarkan kesepakatan umat Islam, semua itu terkandung dalam beberapa hadits shahih dari Nabi Saw. seperti perkataan sahabat Sa’ad: “Ya Rasulallah, sesungguhnya ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah untuknya?” maka Beliau menjawab “Ya”, begitu juga bermanfaat bagi mayit: haji, qurban, memerdekakan budak, do’a dan istighfar kepadanya." (Al Imam Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad ibnu Abdul Halim, almasyhur bi Ibni Taimiyah Al Hambali, Majmu’ al-Fatawa: XXIV/314-315, tanpa perselisihan pendapat antar Imam.)


ﻓَﺎِﺫَﺍ ﺍُﻫْﺪِﻱَ ﻟِﻤَﻴِّﺖٍ ﺛَﻮَﺍﺏُ ﺻِﻴﺎَﻡٍ ﺍَﻭْ ﺻَﻼَﺓٍ ﺍَﻭْ ﻗِﺮَﺋَﺔٍ ﺟَﺎﺯَ ﺫَﻟِﻚَ

Artinya: “jika saja dihadiahkan kepada mayit pahala puasa, pahala shalat atau pahala bacaan (al-Qur’an / kalimah thayyibah) maka hukumnya diperbolehkan”. ( Ibnu Taimiyah , Majmu’ al-Fatawa: XXIV/322)


ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻤْﻜُﺚَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺪُّﻓْﻦِ ﺳَﺎﻋَـﺔً ﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُ لَهَُ. ﻧَـﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ ﻗَﺎﻟﻮُﺍ: ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻘْﺮَﺃَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺷَﻴْﺊٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃَﻥِ ﻭَﺍِﻥْ خَتَمُوْا اْلقُرْآنَ كَانَ اَفْضَلَ ) المجموع جز 5 ص 258(

“Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan ampunan kepadanya”, kesunnahan ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan para pengikutnya, dan mengatakan sunnah dibacakan beberapa ayat Al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama lagi jika sampai mengkhatamkan Al-Qur’an”. ( Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, Asy-Syafi’i , Al - Imam Nawawi )


ﻭَﻳُـﺴْـﺘَﺤَﺐُّ ﻟِﻠﺰَّﺍﺋِﺮِ ﺍَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺰُﻭْﺭُﻩُ ﻭَﻟِﺠَﻤِﻴْﻊِ ﺍَﻫْﻞِ ﺍْﻟﻤَﻘْﺒَﺮَﺓِ. ﻭَﺍْﻻَﻓْﻀَﻞُ ﺍَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﺑِﻤَﺎ ﺛَﺒـَﺖَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَﻘْﺮَﺃَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃٰﻥِ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴَّﺮَ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﻘِﺒَﻬَﺎ ﻭَﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ. (ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺟﺰ 5 ص 258 )

“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca Al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya. ( Imam AsySyafi’i, kitab al-Um, disepakati oleh para pengikutnya, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)

Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab Hambali mengemukakan pendapatnya dan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal


ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻻَ ﺑَﺄْﺱَ ﺑِﺎﻟْﻘِﺮﺍَﺀَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ﺍَﻧَّـﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﺍِﺫﺍَ ﺩَﺧَﻠْﺘﻢُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮَ ﺍِﻗْﺮَﺋُﻮْﺍ ﺍَﻳـَﺔَ ﺍْﻟﻜُـْﺮﺳِﻰِّ ﺛَﻼَﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪ ُﺍَﺣَﺪٌ ﺛُﻢَّ ﻗُﻞْ ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍِﻥَّ ﻓَﻀْﻠَﻪُ ِﻷَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ .

Al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa membaca (ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal bahwasanya beliau berkata: Jika hendak masuk kuburan atau makam, bacalah Ayat Kursi dan Qul Huwa Allahu Ahad sebanyak tiga kali kemudian iringilah dengan do’a: Ya Allah keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli kubur. (Al-Mughny II/566)


ﻭَﺫَﻫَﺐَ ﺍَﺣْﻤَﺪُ ْﺑﻦُ ﺣَﻨْﺒَﻞٍ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓـِﻌﻰ ﺍِﻟﻰَ ﺍَﻧـَّﻪُ ﻳَـﺼِﻞ

Imam Ahmad ibnu Hambal dan sekelompok ulama' AsySyafiiy menyatakan bahwa hal itu sampai kepada mayit. ( Al Adzkar )

Sumber Inspirasi: Fb_Pecihitam

Share:

Tuesday, September 17, 2019

10 Dalil Tentang Mengirim Pahala Sodaqoh Kepada Orang Meninggal.

Kategori: Dalil Agama
Judul: 10 Dalil Tentang Mengirim Pahala Sodaqoh Kepada Orang Meninggal.
tags yuqm: dalil, agama, sosial, masyarakat

10 Dalil Tentang Mengirim Pahala Sodaqoh Kepada Orang Meninggal.

Inilah 10 dalil tentang diperbolehkannya mengirim atau menghadiahkan pahala amal ibadah atau sodaqoh kepada orang yg sudah meninggal.

Berkirim PAHALA adalah boleh dan cukup diniatkan saja sebelum beramal, atau dilafalkan dengan ucapan:

الى حضرة النبي.... الخ
وابائنا وأمهاتنا ....الخ

Hal seperti itu dinamakan ISYROK ATS-TSAWAB atau IHDA' ATS-TSAWAB/ BERBAGI PAHALA/KIRIM PAHALA. Hal itu hukumnya Boleh dan sesuai Syari'at. Berikut ini dalil² nya Dari hadits dan atsar:

1- Nabi kirm pahala kurban untuk ummatnya (hadits shahih Muslim 1967)

 ﺛﻢ ﺃﺧﺬﻫﺎ، ﻭﺃﺧﺬ اﻟﻜﺒﺶ ﻓﺄﺿﺠﻌﻪ، ﺛﻢ ﺫﺑﺤﻪ، ﺛﻢ ﻗﺎﻝ: «ﺑﺎﺳﻢ اﻟﻠﻪ، اﻟﻠﻬﻢ ﺗﻘﺒﻞ ﻣﻦ ﻣﺤﻤﺪ، ﻭﺁﻝ ﻣﺤﻤﺪ، ﻭ*ﻣﻦ ﺃﻣﺔ ﻣﺤﻤﺪ*، ﺛﻢ ﺿﺤﻰ ﺑﻪ»

"Kemudian beliau mengucapkan: "Dengan nama Allah, ya Allah, terimalah ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan ummat Muhammad." Kemudian beliau berkurban dengannya."

Imam Syaukani dalam NAILUL AUTHOR menyebutkan:

"ﻭاﻟﺤﺪﻳﺜﺎﻥ ﻳﺪﻻﻥ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﺮﺟﻞ ﺃﻥ ﻳﻀﺤﻲ ﻋﻨﻪ ﻭﻋﻦ ﺃﺗﺒﺎﻋﻪ ﻭﺃﻫﻠﻪ *ﻭﻳﺸﺮﻛﻬﻢ ﻣﻌﻪ ﻓﻲ اﻟﺜﻮاﺏ* "

Bahwa hadits tadi menunjukkan bolehnya ISYROK TSAWAB/ BERBAGI PAHALA/KIRIM PAHALA.

Sumber:
[NAILUL AUTHOR SYARAH MUNTAQOL AKHBAR]

2- Nabi kirim pahala sedekah untuk Siti Khadijah.


ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ، ﻗﺎﻟﺖ: «ﻣﺎ ﻏﺮﺕ ﻋﻠﻰ اﻣﺮﺃﺓ ﻣﺎ ﻏﺮﺕ ﻋﻠﻰ ﺧﺪﻳﺠﺔ، ﻭﻟﻘﺪ ﻫﻠﻜﺖ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺘﺰﻭﺟﻨﻲ ﺑﺜﻼﺙ ﺳﻨﻴﻦ، ﻟﻤﺎ ﻛﻨﺖ ﺃﺳﻤﻌﻪ ﻳﺬﻛﺮﻫﺎ، ﻭﻟﻘﺪ ﺃﻣﺮﻩ ﺭﺑﻪ ﺃﻥ ﻳﺒﺸﺮﻫﺎ ﺑﺒﻴﺖ ﻓﻲ اﻟﺠﻨﺔ ﻣﻦ ﻗﺼﺐ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ *ﻟﻴﺬﺑﺢ اﻟﺸﺎﺓ ﺛﻢ ﻳﻬﺪﻱ ﻓﻲ ﺧﻠﺘﻬﺎ ﻣﻨﻬﺎ*»
(ﺷرح ) ﻭﻛﺎﻥ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻔﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﻭﻓﺎء ﻟﻬﺎ ﻭﺣﻔﻈﺎ ﻟﻌﻬﺪﻫﺎ

"Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyembelih seekor kambing, maka beliau suka menghadiahkannya kepada para sahabat-sahabatnya Khadijah."

Sumber:
(Hadits Shahih Bukhori no 6004)

3- Nabi mengajari membagi dan kirim pahala sedekah untuk kedua orang tua.

ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺷﻌﻴﺐ، ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ، ﻋﻦ ﺟﺪﻩ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻷﺑﻲ: " ﺇﺫا ﺃﺭﺩﺕ ﺃﻥ ﺗﺘﺼﺪﻕ ﺻﺪﻗﺔ ﻓﺎﺟﻌﻠﻬﺎ ﻋﻦ ﺃﺑﻮﻳﻚ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻠﺤﻘﻬﻤﺎ، ﻭﻻ ﻳﻨﺘﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﺮﻙ ﺷﻴﺌﺎ "

"Jika kamu hendak bersedekah maka jadikanlah (pahala) nya untuk kedua orang tuamu,  sesungguhnya ia sampai kepada mereka dan tidak sedikitpun pahalamu berkurang".

Sumber:
(Hadits no 7533 Riwayat Albaihaqi)
(Kitab Syu'abul Iman)

4- Bacaan Kalimat² Thayyibah semisal Tahlil,  Takbir,  Tasbih dan bacaan Quran adalah sama dengan sodaqoh.  Membaca kalimat thayyibah sama dengan bersedekah.

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺫﺭ، ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: «ﻳﺼﺒﺢ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺳﻼﻣﻰ ﻣﻦ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺻﺪﻗﺔ، ﻓﻜﻞ ﺗﺴﺒﻴﺤﺔ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻛﻞ ﺗﺤﻤﻴﺪﺓ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻛﻞ ﺗﻬﻠﻴﻠﺔ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻛﻞ ﺗﻜﺒﻴﺮﺓ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﺃﻣﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻧﻬﻲ ﻋﻦ اﻟﻤﻨﻜﺮ ﺻﺪﻗﺔ، ﻭﻳﺠﺰﺉ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺭﻛﻌﺘﺎﻥ ﻳﺮﻛﻌﻬﻤﺎ ﻣﻦ اﻟﻀﺤﻰ»

"Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma'ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha."
Pahala sodaqoh bisa dibagikan atau dikirimkan, begitu juga PAHALA bacaan kalimat thayyibah,  termasuk mengirim pahala Al Fatihah.

Sumber:
(Hadits no 720 Shahih Muslim)

5- Nabi membaca kalimat thayyibah di kuburan Sa'ad bin Mu'adz sehingga Allah menyelamatkannya Dari himpitan kubur/ضغطة القبر.

ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ اﻷﻧﺼﺎﺭﻱ، ﻗﺎﻝ: ﺧﺮﺟﻨﺎ ﻣﻊ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻮﻣﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﺣﻴﻦ ﺗﻮﻓﻲ، ﻗﺎﻝ: ﻓﻠﻤﺎ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻭﺿﻊ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ ﻭﺳﻮﻱ ﻋﻠﻴﻪ، ﺳﺒﺢ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻓﺴﺒﺤﻨﺎ ﻃﻮﻳﻼ، ﺛﻢ ﻛﺒﺮ ﻓﻜﺒﺮﻧﺎ، ﻓﻘﻴﻞ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ، ﻟﻢ ﺳﺒﺤﺖ؟ ﺛﻢ ﻛﺒﺮﺕ؟ ﻗﺎﻝ: " ﻟﻘﺪ ﺗﻀﺎﻳﻖ ﻋﻠﻰ ﻫﺬا اﻟﻌﺒﺪ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﻗﺒﺮﻩ ﺣﺘﻰ ﻓﺮﺟﻪ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ "

"Ada yang bertanya, wahai Rasulullah! kenapa anda bertasbih lalu bertakbir? Beliau bersabda: "Sungguh kuburan laki-laki sholeh ini sempit hingga kemudian Allah azza wa jalla meluaskan untuknya ".

Ini contoh dari Nabi SAW berkirim PAHALA bacaan kalimat thayyibah yg menjadi penyebab Sahabat Sa'ad bim Mu'adz terbebas Dari siksa kubur.

Sumber:
(Hadits no 14873 riwayat Imam Ahmad dalam Almusnad)

6- Siti Aisyah kirim pahala memerdekakan banyak budak untuk saudaranya yg bernama Abdurrohman.

ﻋﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ:
ﺗﻮﻓﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻓﻲ ﻧﻮﻡ ﻧﺎﻣﻪ
*ﻓﺄﻋﺘﻘﺖ* ﻋﻨﻪ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺯﻭﺝ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﻗﺎﺑﺎ ﻛﺜﻴﺮﺓ
ﻗﺎﻝ ﻣﺎﻟﻚ: «ﻭﻫﺬا ﺃﺣﺐ ﻣﺎ ﺳﻤﻌﺖ ﺇﻟﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ»
رواه *مالك* في *الموطاء*
ﺑﺎﺏ ﻋﺘﻖ اﻟﺤﻲ ﻋﻦ اﻟﻤﻴﺖ

*Aisyah*, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membebaskan budak yang banyak untuk saudaranya,  yaitu Abdurrahman*."
Imam Malik berkata; "Dalam hal ini pendapat inilah yang paling saya suka untuk didengar."

Sumber:
(Hadits riwayat imam Malik)
(kitab Al Muwaththa')

7- Sayyidina Hasan dan Husain memerdekakan budak, kirim pahalanya untuk orang tuanya,  Yakni Sayyidina Ali.

ﺣﺪﺛﻨﺎ اﻟﻔﻀﻞ ﺑﻦ ﺩﻛﻴﻦ، ﻋﻦ اﻟﺤﺴﻦ ﺑﻦ ﺻﺎﻟﺢ، ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻄﺎء، ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺟﻌﻔﺮ، ﺃﻥ اﻟﺤﺴﻦ، ﻭاﻟﺤﺴﻴﻦ «ﻛﺎﻧﺎ ﻳﻌﺘﻘﺎﻥ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻪ»
رواه ابن أبي شيبة في *المصنف*

Bahwasanya Hasan Dan Husain memerdekakan budak dan pahalanya dikirimkan untuk Sayyidina Ali.

Sumber:
(Mushonnaf Ibn Abi Syaibah no hadits 12088)

8- Sahabat Anshor membaca Quran di kuburan untuk ahli kubur di sana

ﻭﺫﻛﺮ اﻟﺨﻼﻝ ﻋﻦ اﻟﺸﻌﺒﻲ ﻗﺎﻝ: ﻛﺎﻧﺖ اﻷﻧﺼﺎﺭ ﺇﺫا ﻣﺎﺕ ﻟﻬﻢ اﻟﻤﻴﺖ اﺧﺘﻠﻔﻮا ﺇﻟﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﻳﻘﺮءﻭﻥ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﻘﺮﺁﻥ

Imam Al-khollal Al-hanbali (W. 331-H) Menyebutkan Dari Sya'bi bahwa sahabat anshar jika ada yg baru meninggal di antara mereka maka mereka bergantian untuk membacakan al-Quran di atas kuburnya.

Sumber:
(Disebutkan oleh Ibn Qoyyim Aljauziyyah W 751 H dalam kitabnya ARRUH 1/11)

9- Imam Ahmad bin Hanbal penghafal sejuta hadits juga menganjurkan baca Al Quran di kuburan

ﻋﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻗﺎﻝ ﺇﺫا ﺩﺧﻠﺘﻢ اﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻓﺎﻗﺮﺅﻭا ﺑﻔﺎﺗﺤﺔ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭاﻟﻤﻌﻮﺫﺗﻴﻦ ﻭ {ﻗﻞ ﻫﻮ اﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪ} ﻭاﺟﻌﻠﻮا ﺫﻟﻚ ﻷﻫﻞ اﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻴﻬﻢ

Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
Jika kalian masuk ke pekuburan maka bacalah Surat Alfatihah,  Al-ikhlash dan Al-mu'awwidzatain dan kirimkan pahalanya untuk ahli kubur.  Sesungguhnya pahala itu sampai kepada mereka.

Sumber:
(Imam Al Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin 4/492 cet Dar Ma'rifah)

10- Nabi memerintahkan agar menyegerakan penguburan janazah dan dibacakan Alfatihah di sisi kepalanya dan dibacakan akhir Surat baqarah di sisi kakinya.

ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ:
ﺳﻤﻌﺖ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ:
" ﺇﺫا ﻣﺎﺕ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻼ ﺗﺤﺒﺴﻮﻩ ﻭﺃﺳﺮﻋﻮا ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﻭﻟﻴﻘﺮﺃ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺳﻪ ﻓﺎﺗﺤﺔ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﻋﻨﺪ ﺭﺟﻠﻴﻪ ﺑﺨﺎﺗﻤﺔ اﻟﺒﻘﺮﺓ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ "

Jika telah meninggal Salah satu di antara kalian maka janganlah ditunda² dan segerakanlah penguburannya dan hendaklah dibaca di sisi kepalanya surat Alfatihah dan di sisi kakinya dua ayat akhir Surat Al Baqarah.

Diriwayatkan dalam Sunan Baihaqi bahwa Ibn Umar RA mengamalkan ini dan berwasiat agar dibacakan awal dan akhir Surat Al Baqarah saat beliau dimakamkan.

Sumber:
(Hadits no 8854 riwayat Albaihaqi dalam kitab Syu'abul Iman).

Itulah 10 dalil tentang diperbolehkannya mengirim atau menghadiahkan pahala amal ibadah kepada orang yg sudah meninggal. Semoga dalil hadits dan atsar di atas cukup menjadi pegangan bagi yg mengamalkannya.

Kemudian bagi yg tidak mengamalkannya karena mengambil dalil lainnya sebagai pegangan, semoga menjadikan Islam seumpama taman yg dihiasi bunga berbagai warna keindahan dan kesejukan.

AAMIIN YAA ROBB

Share: