Berbagi: khutbah, dalil, hukum, amalan, sosial, agama

yuqm.blogspot.com

Tuesday, March 23, 2021

MINTA BAROKAH ULAMA, AMALAN SUNNAH ATAU SYIRIK?

MINTA BAROKAH ULAMA, AMALAN SUNNAH ATAU SYIRIK, BEGINI PENJELASANNYA

MINTA BAROKAH ULAMA, AMALAN SUNNAH ATAU SYIRIK?


Minta barokah (baca:berkah) dari ulama masih sering menjadi perdebatan antar jamaah madzhab tertentu dengan lainnya. Kendati hal ini merupakan masalah khilafiyah sejak dulu kala, akan tetapi tetap saja ada yg suka 'usil' mensyirikkan orang lain yg meyakininya sebagai amalan sunnah.


Entahlah, apa tujuan dibalik keusilan mereka? Tidakkah sama antara usil dengan menggoda? Tidakkah sifat menggoda itu ciri khasnya syaitan? Entahlah! Namun yg jelas, apapun yg kita amalkan akan sah secara syariat apabila berdasarkan dalil yg dinilai shahih oleh ulama' fiqih. Selanjutnya mengenai diterima atau ditolaknya amalan, keduanya adalah hak mutlak Allah swt., bukan hak orang yg menilai. Karena, orang yg memberi penilaian terhadap amalan orang lain tak kan pernah punya hak memberi pahala kepada dirinya sendiri, apalagi kepada orang yg dinilainya.


Demi mengembalikan keyakinan atau memantapkan niat meminta barokah dari ulama atau orang alim, atau orang shaleh, maka mari kita cermati baik-baik sejumlah dalil tentang tabarruk sekaligus tawasul berikut ini:


Dalil Al Quran:

Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surah An Nisaa' ayat: 64


ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﺇِﺫْ ﻇَﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻬُﻢْ ﺟَﺎﺀُﻭﻙَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔَﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔَﺮَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﻟَﻮَﺟَﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَﺗَﻮَّﺍﺑًﺎ ﺭَﺣِﻴﻤًﺎ ‏


“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa’ , 64).


Firman Allah dalam Al  Qur’an Surah Al Maidah ayat 35


ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻮَﺳِﻴﻠَﺔَ

ﻭَﺟَﺎﻫِﺪُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ

.

“ Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan carilah sebuah perantara untuk menuju kepada Alloh, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan .” (QS. Al Maidah : 35)


Kemudian mari kita resapi maksud 3 ayat berikut:

- Allah SWT berfirman dalam QS Al Baqarah : 154


وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ


Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

(QS. Al Baqarah ,154)


- Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran : 169

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ


"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki," (QS Ali Imran ,169)


Dalil ayat2 tersebut memberikan kesimpulan bahwa ketika kita punya hajat, misalnya ingin diampuni oleh Allah, atau dipertemukan jodoh, atau ingin dikaruniai anak, atau dimurahkan rizki, dll. maka sunnah kita soan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ulama kompeten, dan orang-orang shaleh, utk minta barokah doa dari beliau-beliau.


Dalil ayat2 di atas juga memberikan pemahaman bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, wali-wali Allah, orang-orang shaleh yg notabene wafat di jalan Allah, mereka tetap hidup di alam mereka dgn senantiasa mendapat rizki khusus dari Allah, diantaranya membimbing atau mendoakan orang lain sesuai kadar dan batasan wilayahnya.


Anugrah khusus bagi para fisabilillah itulah yg selalu diharapkan berkahnya oleh orang-orang awam, seperti halnya admin ini. Maka tak heran kalau setiap saat ada ribuan bahkan jutaan penziarah 'menyerbu' makam beliau utk mendapatkan barokah, doa terkabulnya hajat, bimbingan spiritual khusus, dll.


Apakah ini sesuai logika? Iya atau tidaknya, silahkan temukan sendiri jawabannya di mana saja. Entah di sudut2 benak atau di relung2 kalbu. Namun kenyataan, ada banyak orang awam yg berdoa utk terkabulnya 1 hajat selama 10 tahun sering 'dikalahkan' oleh 1 kali doanya orang wali utk terkabulnya 10 hajat.


Dalil Hadits.


Riwayat dari Aisyah Istri Rasulullah


ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮْ ﺍﻟﻨُّﻌْﻤَﺎﻥِ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺳَﻌِﻴْﺪُ ﺑْﻦُ ﺯَﻳْﺪٍ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﻤْﺮُﻭ ﺑْﻦُ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﺍﻟﻨُّﻜْﺮِﻱ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﻭْﺱُ ﺑْﻦُ ﻋَﺒْﺪِﺍﻟﻠﻪِ ﻗُﺤِﻂَ ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳْﻨَﺔِ ﻗَﺤْﻄﺎً ﺷَﺪِﻳْﺪﺍً، ﻓَﺸَﻜَﻮْﺍ ﺇِﻟَﻰ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭْﺍ ﻗَﺒْﺮَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ ﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓَﺎﺟْﻌَﻠُﻮْﺍ ﻣِﻨْﻪُ ﻛِﻮًﻯ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﺎ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺳَﻘْﻒٌ . ﻗَﺎﻝَﻓَﻔَﻌَﻠُﻮْﺍ ﻓَﻤُﻄِﺮْﻧَﺎ ﻣَﻄَﺮﺍً ﺣَﺘَّﻰ ﻧَﺒَﺖَ ﺍﻟْﻌُﺸْﺐُ ﻭَﺳَﻤِﻨَﺖِ ﺍﻟْﺈِﺑِﻞُ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻔَﺘَّﻘَﺖْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﺤْﻢِ ﻓَﺴُﻤِّﻰَ ﻋَﺎﻡَ
ﺍﻟْﻔَﺘْﻖِ ‏- ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ

“Dari Aus bin Abdullah: “Suatu hari kota Madinah mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madinah ke Aisyah (janda Rasulullah saw) mengadu

tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata:

.“Lihatlah kubur Nabi Muhammad lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung." Lantas mereka pun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk”. (HR. Imam Darimi). 


Dalil Madzhab


Al-Imam al-Syafi’i,Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris al-Syafi’i(150-204 H/767-819 M), mujtahid besar, pakar hadits dan pendiri madzhab Syafi’i yang diikuti oleh mayoritas kaum Muslimin di dunia, juga mengakui bolehnya ber-tabaruk dengan para nabi dan wali sesudah meninggal. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan pernyataan beliau berikut ini:


ﻋَﻦْ ﻋَﻠِﻲ ﺑْﻦِ ﻣَﻴْﻤُﻮْﻥٍ ﻗَﺎﻝَ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲَّ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻳَﻘُﻮْﻝُ: ﺇِﻧِّﻲْ َﻷَﺗَﺒَﺮَّﻙُ ﺑِﺄَﺑِﻲْ ﺣَﻨِﻴْﻔَﺔَﻭَﺃَﺟِﻲْﺀُ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﺒْﺮِﻩِ ﻛُﻞَّ ﻳَﻮْﻡٍ ﻳَﻌْﻨِﻲْ ﺯَﺍﺋِﺮًﺍ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻋَﺮَﺿَﺖْ ﻟِﻲْ ﺣَﺎﺟَﺔٌ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻭَﺃَﺗَﻴْﺖُ ﺇِﻟَﻰﻗَﺒْﺮِﻩِ ﻭَﺳَﺄَﻟْﺖُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟْﺤَﺎﺟَﺔَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻓَﻤَﺎ ﺗَﺒْﻌُﺪُ ﻋَﻨِّﻲْ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﻘْﻀَﻰ. ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ ﺍﻟﺒﻐﺪﺍﺩﻱﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺦ ﺑﻐﺪﺍﺩ ‏( 1/123 ‏) ﺑﺴﻨﺪ ﺻﺤﻴﺢ .


“Dari Ali bin Maimun, berkata: “Aku mendengar al-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku selalu bertabarruk dengan Abu Hanifah dan mendatangi makamnya dengan berziarah setiap hari. Apabila aku mempunyai hajat, maka aku menunaikan shalat dua rekaat, lalu aku datangi makam beliau dan aku memohon hajat itu kepada Allah di sisi makamnya, sehingga tidak lama kemudian hajatku segera terkabul”.


Ibnu Taymiyah dan Imam Muhammad bin Abdul Wahab memberikan pernyataan sbb;

"Tawassul itu adalah salah satu metode dalam berdoa dari sekian cara dalam berdo’a kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Sedang yang diminta dan diharapkan dapat mengabulkan do’a tiada lain adalah Allah .

Obyek yang dijadikan wasilah (perantara) hanya berperan sebagai mediator untuk mendekatkan diri kepada Allah . Siapapun yang meyakini di luar batasan ini berarti ia telah musyrik.

Orang yang bertawassul tidak boleh meyakini bahwa media yang dijadikan untuk bertawassul kepada Allah itu bisa memberi manfaat dan derita dengan sendirinya (independent) sebagaimana Allah, atau tanpa izin-Nya. Dan barangsiapa yang meyakini demikian niscaya ia musyrik.

Tawassul bukanlah suatu keharusan, dan terkabulnya do’a tidaklah harus dengan cara tawasul .Tawasul bukanlah ibadah wajib tapi juga bukan dilarang."


Syekh Ibnu Taimiyah memperbolehkan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata : “Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi:

.

ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻢ ﺷﺨﺼﺎ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻰ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﻭﺃﺗﻮﺳﻞ ﺇﻟﻴﻚ ﺑﻨﺒﻴﻚ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ

ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺇﻧﻰ ﺃﺗﻮﺟﻪ ﺑﻚ ﺇﻟﻰ ﺭﺑﻚ ﻓﻴﺠﻠﻰ ﺣﺎﺟﺘﻰ ﻟﻴﻘﻀﻴﻬﺎ ﻓﺸﻔﻌﻪ ﻓﻲّ ( ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺘﺮﻣﻴﺬﻯ

ﻭﺻﺤﺤﻪ ).


Rasulullah s.a.w. Mengajari seseorang berdoa: (artinya)

“Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dan bertwassul kepada-MU melalui Nabi-Mu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku syafa'at”. Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276).


Kunci utamanya, adalah niat.

Kita tidak boleh berniat diluar konteks Islam dimana perantara (washilah) dianggap paling hebat apalagi dianggap sebagai Tuhan. Karena hal ini berarti menduakan Allah (syirik).


Kunci Kedua, adalah doa.

Kita di anjurkan berdoa dgn memfokus meminta pada Allah dimana wasilah hanya jalan mempetcepat terkabulnya doa kepada Allah. Misalnya: "Ya Allah, aku mohon pertemukan dgn jodohku berkat washilah Syeikh ini"; Bukan: "Ya Syeikh, aku mohon pertemukan dgn jodohku berkat kewalian Syeikh ."

Jadi..dalam metode tawasul, tetaplah Allah sebagai tempat meminta pertolongan bukan obyek perantaranya. Semoga dgn ini maka cara beragama kita sesuai dgn kebenaran syariat Islam . aamiin


Share:

0 comments:

Post a Comment