Berbagi: khutbah, dalil, hukum, amalan, sosial, agama

yuqm.blogspot.com

  • Welcom to menu 1

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcom to menu 2

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcome to Menu 3

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

Friday, October 22, 2021

Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Judul: Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Label: Dalil Agama
Tags: #dalil #sunnah #bid'ah #maulid



Video Maulid Nabi

Sebelum dikemukakan dalil tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, akan dikemukakan terlebih dahulu pengertian dan sejarahnya, supaya tulisan ini dapat menjadi sumbangan referensi ilmu, khususnya tentang kegiatan keagamaan di tengah-tengah masyarakat.

| Pengertian Maulid Nabi


Kata "maulid" berasal dari bahasa Arab: مولد (mawlidun) artinya: Tempat / waktu lahir. Padanan katanya adalah: مبلاد (miilaadun). Pengertian "Maulid Nabi" adalah: Hari lahir atau kelahiran Nabi. Maksud "Maulid Nabi" adalah: Perayaan atau Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW,

Perayaan Maulid Nabi dilaksanakan serentak sesuai kalender pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriyah. Tetapi Perayaan atau Peringatan Maulid Nabi secara personal atau kelompok dilaksanakan sepanjang bulan Rabiul Awal setiap tahun.

Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansial, peringatan ini dilaksanan sebagai ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

| Sejarah Maulid Nabi

Mayoritas ahli sejarah, seperti: Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi, Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Katsir, dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar.

Sultan Al-Muzhaffar (549-630 H. / 1154-1233 M.) adalah seorang raja yang mujahid, berilmu dan bertakwa. Beliau adalah penguasa Irbil, salah satu wilayah di Irak.

Dijelaskan oleh Sibth, cucu Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dari berbagai kalangan, termasuk ulama dari berbagai disiplin ilmu. Tiga hari sebelum hari pelaksanaan peringatan Maulid Nabi tersebut, beliau telah melakukan segala macam persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan pada perayaan Maulid Nabi tersebut.

Namun demikian masih terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa orang pertama mengadakan Peringatan Maulid Nabi adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138 - 4 Maret 1193). Beliau adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr.

Dikisahkan bahwa Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang mulai padam. Pada perayaan tersebut kembali diserukan untuk membangkitkan semangat berjihad dalam membela Islam. Masa itu disebut Masa Perang Salib sebagai sebutan bagi perang agama di Asia Barat dan Eropa antara abad ke-11 sampai abad ke-17 Masehi).

| Dalil Maulid Nabi

Dalil 1
Allah SWT berfirman:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى ٱسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ قَالُوا۟ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS. Ash-Shaf, ayat 6).

Ayat ini diambil sebagai dalil peringatan maulid Nabi Muhammad SAW karena Nabi Isa AS menyampaikan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang akan datang sesudahnya. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW tentu harus lebih bergembira lagi dengan kelahiran beliau karena sebagai rahmat semesta alam.

Dalil 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ (رواه مسلم وغيره

Artinya:
Barangsiapa merintis perkara baru yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa berkurang pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim dan lainnya).

Hadits ini diambil sebagai dalil peringatan maulid Nabi karena perkara baru ini tidak ada pada masa Nabi tetapi termasuk perkara baik dan sesuai (tidak menyalahi) hadits lain.

Al Hafizh As-Suyuthi ketika ditanya tentang peringatan Maulid Nabi, beliau menjawab:

أَصْلُ عَمَلِ الْمَوِلِدِ الَّذِيْ هُوَ اجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ القُرْءَانِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ وَمَا وَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ، ثُمَّ يُمَدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذلِكَ هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ

“Pada dasarnya, peringatan Maulid Nabi berupa berkumpulnya orang membaca Al-Qur`an, meriwayatkan hadits-hadits tentang sejarah Nabi dan tanda-tanda yang mengiringi kelahirannya, kemudian disajikan hidangan lalu dimakan dan bubar setelahnya tanpa ada tambahan-tambahan lain, adalah termasuk bid’ah hasanah (perkara yang baik, meskipun tidak pernah dilakukan pada masa Nabi). Pelakunya akan memperoleh pahala, karena itu merupakan perbuatan mengagungkan Nabi dan menampakkan rasa gembira dan suka cita terhadap kelahiran Nabi yang mulia” (Disebutkan dalam kitab Husnul Maqshid fi ‘Amalil Maulid).

Dalil 3
Abdullah bin Mas’ud RA berkata:

مَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ قَبِيْحًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ قَبِيْحٌ (قال الحافظ ابن حجر: هذا موقوفٌ حسَنٌ)

“Sesuatu yang dinilai dan disepakati sebagai perkara yang baik oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah baik, dan sesuatu yang dinilai dan disepakati sebagai perkara buruk oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah buruk” (Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini adalah hadits mauquf yang hasan”).

Hadits ini diambil sebagai dalil peringatan maulid Nabi Muhammad SAW karena ulama dari berbagai disiplin ilmu yang hadir pada peringatan maulid Nabi yang pertama kali diadakan Sultan Al-Muzhaffar, mereka menilai baik bahkan memujinya dan tidak mengingkarinya.

Para ulama sepeninggal raja al-Muzhaffar juga tidak ada yang mengingkari peringatan maulid. Diantaranya yaitu: Al-Hafizh Ibnu Dihyah, Al-Hafizh Al-‘Iraqi, Al-Hafizh Ibnu Hajar, Al-Hafizh As-Suyuthi dan lainnya.

Hingga kemudian pada sekitar abad ke-18, muncul sekelompok orang yang mengingkari peringatan Maulid Nabi dengan keras. Mereka mengingkari suatu kegiatan yang dinilai baik oleh ummat Islam dari masa ke masa selama berabad-abad.

Mereka menganggap bahwa Peringatan Maulid adalah bid’ah sesat. Mereka berdalih dengan sebuah hadits yang mereka tempatkan tidak pada tempatnya, yakni hadits:

كُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ. وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ. وكُلُّ ضَلَالَةٍ فِى النَّارِ

Artinya:
Semua perkara baru (yang tidak pernah dilakukan pada masa Nabi) adalah bid’ah. Semua bid'ah adalah sesat. Semua kesesatan adalah di neraka.

Hadits ini memang shahih. Akan tetapi maksudnya bukan seperti anggapan atau doktrin mereka. Para ulama menjelaskan maksud hadits tersebut adalah bahwa setiap perkara baru di dalam agama yang dilakukan sepeninggal Nabi SAW adalah bid’ah. Semua pelaku bid'ah yang sesat akan diganjar dengan neraka. Sebaliknya, semua pelaku bid'ah yang tidak sesat akan diganjar dengan surga.

Jadi kata “كُلُّ” dalam hadits tersebut maknanya bukanlah “semua tanpa terkecuali”, tapi “al aghlabi” (sebagian besar) atau "al ba'dhi" (sebagian dari keseluruhan). Struktur kalimat ini selevel dengan firman Allah dalam ayat tentang angin yang menjadi ‘adzab bagi kaum ‘Ad:

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍۢ بِاَمْرِ رَبِّهَا (سورة الأحقاف: ٢٥
Artinya:
Angin itu menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya. (QS al-Ahqaf: 25).

Pada ayat di atas juga terdapat kata “كُلُّ”. Tapi kenyataannya, angin tersebut tidak menghancurkan segala sesuatu. Tidak menghancurkan langit, bumi dan semua makhluk. Angin tersebut hanya menghancurkan kaum ‘Ad dan harta benda mereka. Allah menggunakan kata: “كُلُّ”, tapi yang dimaksud adalah “sebagian” bukan semua atau segala.

Oleh karenanya, Imam asy-Syafi’i RA berpandangan:

اَلْبِدْعَةُ بِدْعَتَانِ مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ، فَمَا وَافَقَ السُّنَّةَ فَهُوَ مَحْمُوْدٌ وَمَا خَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمٌ” (رواه عنه الإمام البيهقي وغيره

Artinya:
Bid’ah itu ada dua macam: Bid’ah Mahmudah (terpuji) dan Bid’ah Madzmumah (tercela), jadi bid’ah yang sesuai dengan sunnah adalah terpuji dan bid’ah yang menyalahi sunnah adalah tercela.”
(Perkataan Imam asy-Syafi’i ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan lainnya).

Adapun yang biasanya dilakukan pada saat perayaan Maulid Nabi adalah hal-hal yang disyariatkan dan dianjurkan untuk dikerjakan, misalnya: bersilatur rahim, bersosial, bermasyarakat, bersedekah uang atau makanan, berdzikir bersama, membaca Al-Qur’an, membaca shalawat berjamaah, melantunkan puji-pujian kepada Rasulullah SAW, mengaji sejarah hidup Rasulullah, dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Semua itu adalah kebaikan-kebaikan yang dianjurkan di dalam Al-Qur’an dan Al Hadits. Apakah hal-hal yang jika dikerjakan sendiri-sendiri adalah kebaikan, kemudian jika dikerjakan berjamaah dalam satu rangkaian kegiatan yang diberi nama “Peringatan Maulid Nabi”, divonis menjadi kesesatan dan bid’ah yang menjerumuskan ke neraka? Aneh! Ajaran macam apa ini? Kok ngaku Ahlussunnah Waljamaah? Tapi kok terkesan anti berjamaah? Mau menolong agama atau mau nyolong agama? Ini betul-betul fitnah akhir zaman.

Oleh karena itu kalau kita memang awam maka jalan yang terbaik adalah mengikuti ulama terdahulu saja yang kapasitas serta kapabilitas ilmunya nyata-nyata dapat dipertanggungjawabkan, daripada mengikuti 'ulama-ulama'an' yang belum teruji kemampuan ilmunya dan cenderung meresahkan atau bahkan mengacaukan umat beragama.

Demikian uraian tentang Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita, anak cucu kita, keluarga kita dan orang2 yang berada dalam tanggungan amanah kita, serta tidak terhasud oleh pemahaman yang salah sebagai fitnah akhir zaman. Amin Ya Robbal 'Alamin.

Share:

Thursday, October 21, 2021

Khutbah Jumat: Melestarikan Peringatan Maulid Nabi

Judul: Melestarikan Peringatan Maulid Nabi 
Kategori: Khutbah Jumat 
Durasi: 6 menit



Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى ٱسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ قَالُوا۟ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh berkah ini, kami berwasiat kepada diri kami pribadi dan kita semua untuk terus berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melakukan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Saat ini kita berada di bulan yang mulia, karena di bulan ini terdapat moment mulia yaitu hari kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada tanggal 12 bulan Rabiul Awal. Pada bulan kelahiran Nabi ini kaum muslimin di penjuru dunia semarak memperingati maulid Nabi Muhammad SAW sebagai hari besar Islam atau sebagai kegiatan rutin menggalang pahala ibadah secara berjamaah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Peringatan maulid Nabi pertama kali dilakukan di awal abad ke enam hijriyah oleh Sultan Al-Muzhaffar (549-630 H. / 1154-1233 M.). Beliau adalah seorang raja yang mujahid, berilmu dan bertakwa. Beliau adalah penguasa Irbil, salah satu wilayah di Irak.

Dijelaskan oleh Sibth, cucu Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dari berbagai kalangan, termasuk ulama dari berbagai disiplin ilmu. Tiga hari sebelum hari pelaksanaan peringatan Maulid Nabi tersebut, beliau telah melakukan segala macam persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan pada perayaan Maulid Nabi tersebut. Seluruh hadirin sangat antusias dan senang mengikuti acara peringatan Maulid Nabi yang digelar pertama kali di dalam catatan sejarah peradaban Islam tersebut.

Sejak saat itulah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW terus digalakkan sampai sekarang. Gagasan Sultan Al-Muzhaffar ini memang perlu diapresiasi karena berkaitan erat dengan sabda Rasulullah SAW sebagaimana berikut:

:قال رسول الله صلعم
مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ (رواه مسلم وغيره


Artinya:
Barangsiapa merintis perkara baru yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan setelahnya tidak kurang dari pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim dan lainnya)

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sangat identik dengan pengajian, baik terbuka maupun tertutup. Hal ini dimanfaatkan para ulama dan muballigh untuk mengingatkan pada kebaikan, merekatkan persaudaraan, menjalin ukhuwah islamiyah, serta menjaga perdamaian.

Kegiatan ini bersesuaian dengan firman Allah SWT dalam Al Qur'an sebagai berikut:

۞ لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

Artinya:
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.
(QS An-Nisaa' ayat 114)

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Dalam kegiatan peringatan Maulid Nabi juga tidak terlepas dari shalawat berjamaah. Variasi judul dan irama shalawat sangat beragam. Namun isi shalawat terbingkai dalam nuansa sejarah kehidupan Rasulullah, pujian atas kemulian jiwa dan akhlak beliau, anjuran mengikuti sunnah beliau, hingga harapan mendapat syafaat beliau di akhirat kelak.

Hal ini sangat sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur'an sebagai betikut:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Artinya:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-malaikat-Nya bershalawat atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu atas Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
(QS Al Ahzab, ayat 56)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Berdasarkan keterangan di atas, maka kegiatan peringatan Maulid Nabi perlu kita lestarikan, baik sebagai Hari Besar Islam, atau kegiatan tahunan, atau budaya reliji, atau format kebaikan lain dengan nuansa serupa.

Dengan ini pula, marilah kita lebih banyak lagi bershalawat dan lebih semangat lagi memperingati maulid Nabi agar keberadaannya tetap lestari dan dilestarikan oleh anak cucu keturunan kita nantinya. Akhirnya kita berharap semoga Allah merahmati kita, meridhoi langkah2 kita, dan menggolongkan kita sebagai ahli surga, berkat kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Aamiiin.

Demikianlah khutbah singkat ini kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
 
Khutbah 2

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ َالْإِحْتِرَام،ِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْن رَبَّنَاَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَ الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ . عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْ
كُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Share:

Thursday, September 23, 2021

Khutbah - Kebaikan dan Keburukan Pasti Ada Balasannya.

Judul: Kebaikan dan Keburukan Pasti Ada Balasannya.

Kategori: khutbah Jumat

Durasi: 7 menit 


Khutbah I

 اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ الْاِسْلَامِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرَام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا . وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Hadirin jamaah Shalat Jum’at rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan, baik yang kita sadari maupun tidak. Kita juga mesti bershalawat atas Rasulullah karena beliaulah perantara datangnya nikmat tersebut sehingga sampai kepada kita. Diantara nikmat yang perlu kita syukuri yaitu tamyiz, yakni kemampuan membedakan antara kebaikan dan keburukan. Selanjutnya marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Fushshilat Ayat 46:

مَنۡ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفۡسِہٖ وَ مَنۡ اَسَآءَ فَعَلَیۡہَا ؕ وَ مَا رَبُّکَ بِظَلَّامٍ لِّلۡعَبِیۡدِ

Artinya:

Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat keburukan maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).

 

Kemudian Allah SWT berfirman dalam surah Al An’am ayat 160 sebagai berikut:

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

Artinya:

Barangsiapa berbuat kebaikan niscaya ia mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan niscaya ia dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (tidak dizalimi).

 

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an surah Az-Zalzalah, ayat 7 dan 8 sebagai berikut:

 فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Artinya:

Barangsiapa berbuat kebaikan sebesar zarroh pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang berbuat keburukan sebesar zarroh pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.


Hadirin jamaah Shalat Jum’at rahimakumullah,

Dari ketiga ayat di atas dapat disimpulkan bahwa semua perilaku kita, ucapan kita, bahkan rahasia niat kita semua pasti akan dibalas oleh Allah SWT. Apabila perbuatan itu termasuk dalam kategori kebaikan maka pasti akan dibalas dengan kebaikan serupa atau pahala berlipat ganda. Akan tetapi apabila perbuatan itu termasuk dalam kategori keburukan maka pasti akan dibalas dengan keburukan serupa atau azab yang setimpal. Adapun balasan minimal atas kebaikan yaitu sepuluh kali lipat. Sedangkan balasan atas keburukan yaitu keburukan serupa atau azab yang setimpal, dan tidak lebih dari itu. Allah sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya. Dan Allah Maha Tahu kapan waktu yang tepat menurunkan balasan itu, apakah di dunia atau di akhirat, atau kedua-duanya, atau mungkin diampuni.

 

Adapun zarroh adalah bagian terkecil dari sesuatu. Di dalam Ilmu Fisika disebut atom. Allah SWT menegaskan bahwa tak satu pun perbuatan manusia, meskipun sekecil atom, lepas dari perhatian dan pengawasan Allah SWT. Perbuatan baik, betapapun kecilnya, pasti akan mendapat balasan. Demikian juga perbuatan jelek, betapapun kecilnya, pasti akan mendapat balasan.


Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Dalam hal membedakan antara kebaikan dan keburukan ini, Nawas bin Sam’an mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

Artinya:

“Kebaikan adalah dengan berakhlak yang mulia. Sedangkan kejelekan atau dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa. Ketika kejelekan tersebut dilakukan, tentu engkau tidak suka hal itu diungkap di tengah-tengah manusia.” (HR. Muslim No. 2553).

 

Hadits ini menerangkan bahwa ciri-ciri kejelekan adalah suatu perbuatan yang mempunyai kecenderungan untuk tidak diketahui orang lain dan atau berpotensi mendatangkan kegelisahan di hati. Sedangkan ciri-ciri kebaikan adalah suatu perbuatan mempunyai kecenderungan untuk diketahui orang lain dan atau berpotensi mendatangkan ketentraman di hati.

 

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari pergaulan sesama manusia. Dalam pergaulan itu, disadari atau tidak, kita sering melakukan sesuatu yang jelek dan tak terkendalikan sehingga menyakiti hati orang lain. Dalam hal ini Rasulullah SAW memberikan solusinya dengan sabda beliau sebagaimana berikut:

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ».

Artinya:

Dari Abu Dzar , ia berkata, Rasulullah —shallallahu ‘alaihi wa sallam— bersabda kepadaku: “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah kejelekan itu dengan kebaikan yang menghapusnya, dan perlakukanlah semua manusia dengan akhlak yang baik.” (HR At-Tirmidzi, ia berkata hasan shahih, Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

 

Hadits ini menerangkan bahwa diantara solusi untuk menghapus kejelekan yang pernah kita perbuat yaitu dengan perbuatan baik. Karena perbuatan yang baik itu sangat memungkinkan datangnya kemaafan dari orang yang pernah kita zalimi atau mendapat ampunan dari Allah karena ketakwaan yang kita lakukan semata-mata untuk diridhai-Nya.

 

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Dengan uraian di atas, marilah kita perbanyak lagi berbuat kebaikan demi menutup keburukan-keburukan yg pernah kita lakukan demi mengharap rahmat dan ridho Allah SWT. Dengan ini pula kita berharap semoga Allah selalu memberikan hidayah dan taufiq-Nya sehingga kita mampu mengisi sisa hidup ini dengan berbagai macam amal-amal saleh sekecil apa pun kesalehan itu. Selanjutnya kita berharap semoga selamat di dunia dan di akhirat. Amin, amin, ya rabbal alamin.

 جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah 2

 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ



Share:

Friday, September 3, 2021

Amalan Do'a Setelah Surah At-Tin, Biahkimil Hakimin

Ini Amalan Do'a Setelah Surah At-Tin, Biahkimil Hakimin

Amalan Do'a Setelah Surah At-Tin, Biahkimil Hakimin


Di dalam shalat berjamaah, seringkali kita dapati imam membacakan Surah At-Tin. Pada ayat terakhir terdapat kalimat: Bi Ahkimil Hakimin atau ayat lengkapnya sebagaimana Allah SWT berfirman:

اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ

(Alaysalloohu bi ahkamil haakimiin)

Artinya:
"Bukankah Allah adalah Dzat yang terbaik dalam membuat keputusan?"

Mendengar ayat tersebut, sontak sebagian makmum mengamalkan bacaan doa tertentu. Tapi sayang doanya tidak dibaca keras sekeras bacaan: Aaamiiin.

Sebagian makmum yg lain hanya diam saja sambil menunggu ruku' sang imam. Sementara yg lain lagi bertanya2 dalam hati: "Apa ya amalan doa yg dibaca jama'ah?"

Di dalam kitab Tuhfatul-Muhtaj, juz 2 halaman 102 disebutkan:

وَإِذَا قَرَأَ {أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ} [التين: ٨ ] سُنَّ لَهُ أَنْ يَقُولَ: بَلَى وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنْ الشَّاهِدِينَ (تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي (ج٢/ ص١٠٢)

“Jika membaca: ‘Alaysallaahu bi ahkamil haakimin’ maka disunnahkan membaca: ‘Balaa wa ana ‘alaa dzaalika minasy syaahidiin’ (Fatwa Al-‘Abbadi, Tuhfatu Al-Muhtaj, Juz 2 Hal. 102)

Disebutkan juga di dalam kitab At Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an, Halaman 121:

ومنها أنه يستحب له أن يقول ما رواه أبو هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم: أنه قال من قرأ والتين والزيتون فقال أليس الله بأحكم الحاكمين فليقل بلى وأنا على ذلك من الشاهدين (التبيان في آداب حملة القرآن (ص: ۱۲۱

“Di antaranya, disunnahkan membaca apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda: ‘Barangsiapa membaca ‘wattini wazzaitun’ kemudian membaca ‘alaisallaahu bi ahkamil hakimiin’ maka ucapkanlah: ‘bala wa ana ‘ala dzalika minasy syahidin” (Fatwa An-Nawawi, At Tibyan Fi Adabi Hamalati Al Qur’an Hlm. 121).

Berdasarkan keterangan dalil di atas diketahui bahwa pengamalan doa yg dibaca setelah akhir Surah At Tin adalah:

بَلىٰ وَاَنَا عَلىٰ ذٰلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ

(Balaa wa-m ana ‘alaa dzaalika minasy syaahidiin’)

Artinya:
“Tentu saja, dan saya termasuk dari orang yang bersaksi atas hal tersebut.”

Hukum membaca doa tersebut yaitu sunnah. Hanya saja, tidak harus dibaca keras. Tapi dibaca sirr atau cukup didengar telinga sendiri. Salah satu tujuannya yaitu agar tidak mengganggu jamaah lainnya.

Demikian artikel tentang dalil Do'a Setelah Surah At-Tin, Bi Ahkimil Hakimin. Semoga bermanfaat.

Baca juga: 


Share:

Wednesday, August 25, 2021

Khutbah - Menghormati Perbedaan Demi Persaudaraan dan Persatuan

Label: Khutbah Jum'at
Judul: Menghormati Perbedaan Demi Persaudaraan dan Persatuan
Tags: khutbah, keagamaan


Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ المُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ ، وَجَعَلَ الضِّياَقَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ , وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ , لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ , أَيُّهاَ اْلحَاضِرُوْنَ , اْلمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ, لَعلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Suatu hari Rasulullah ﷺ berpesan kepada para sahabatnya yang akan melakukan sebuah perjalanan:

لَا يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ الْعَصْرَ إِلَّا فِي بَنِي قُرَيْظَةَ

Artinya:
“Janganlah ada satu pun yang shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah.”

Ketika Nabi mengatakan hal itu, sebagian sahabat sudah menunaikan shalat Ashar. Pesan itu diingat betul oleh mereka, dan tidak ada masalah. Hingga di tengah perjalanan saat waktu Ashar mau habis, sedangkan mereka belum sampai di perkampungan Bani Quraidhah, barulah mereka berselisih pendapat.

Dengan pesan jelas Nabi tersebut sebagai dalil, sebagian dari mereka bersikukuh tidak shalat Ashar kecuali di perkampungan yang disebut Nabi itu. Sedangkan sebagian lain berpendapat bahwa yang dimaksud Nabi adalah agar mereka bergegas menuju perkampungan Bani Qurazhah, sementara shalat Ashar tetap harus dilaksanakan pada waktunya.

Dua perbedaan pendapat ini sebenarnya berpangkal pada dua sudut pandang yang berbeda. Yang pertama mengacu pada bunyi lahiriah sabda Nabi, adapun yang kedua mengacu pada konteks sabda itu dinyatakan, yakni prajurit harus bergerak cepat karena konteks waktu itu adalah perang. Mereka pun akhirnya teguh dengan pendapat masing-masing dan melaksanakan apa yang diyakini masing-masing.

Ketika permasalahan perbedaan pendapat ini disampaikan kepada Rasulullah, beliau tidak menyalahkan keduanya. Perbedaan pendapat suatu hal biasa, memang sudah terjadi di kalangan sahabat Nabi, sejak Rasulullah ﷺ masih hidup di tengah-tengah mereka. Akan tetapi karena sumber kebenaran (yakni Nabi) masih hidup, kalaupun terjadi perselisihan tajam, Nabilah yang bakal menyelesaikannya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Dikisahkan juga, ketika dalam satu majelis ilmu, Imam Malik (wafat 179 H) yang merupakan guru dari Imam Syafi'i (wafat 204 H) mengatakan bahwa rezeki itu datang tanpa sebab. Seseorang cukup bertawakkal dengan benar, niscaya Allah akan memberikannnya rezeki.

"Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya," demikian pendapat Imam Malik. Imam Malik menyandarkan pendapatnya itu berdasarkan sebuah hadis Rasulullah SAW:

لَوْ أنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا

Artinya:
"Andai kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal niscaya Allah akan berikan rizki kepada kalian, sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang".

Berdasarkan hadits yang sama, ternyata Imam Syafii memiliki pandangan berbeda. Beliau mengemukakan pendapat kepada sang guru. "Ya Syeikh, seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki?" kata Imam Syafii.

Imam Syafii menyampaikan pendapat bahwa untuk mendapatkan rezeki dibutuhkan usaha dan kerja keras. Rezeki tidak datang sendiri, melainkan harus dicari dan didapatkan melalui sebuah usaha.

Guru dan murid yang merupakan pendiri mazhab itu bersikukuh pada pendapatnya masing-masing. Hingga suatu ketika, saat Imam Syafii berjalan-jalan, beliau melihat serombongan orang sedang memanen buah anggur. Beliau pun ikut membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafi'i mendapat imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.

Dengan bergegas Imam Syafi'i menjumpai Imam Malik yang sedang duduk di serambi pondoknya. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, Imam Syafi'i menceritakan pengalamannya seraya berkata: "Seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu, yakni membantu memanen, tentu saja anggur ini tidak akan pernah sampai di tangan saya".

Mendengar itu, Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Kemudian Imam Malik berucap pelan. "Sehari ini aku memang tidak keluar pondok, hanya melakukan tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab? Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan memberikan rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya".

Imam Syafi'i langsung tertawa mendengar penjelasan Imam Malik. Sang Guru dan murid tersebut kemudian tertawa bersama. Begitulah, dua Imam mazhab mengambil dua hukum berbeda dari dalil yang sama, hadis yang sama.

Imam Malik dan Imam Syafii mengajarkan kepada umat Islam bagaimana menyikapi perbedaan. Keduanya tak saling menyalahkan, tidak pula saling membenarkan pendapatnya sendiri. Mereka saling menghargai pendapat, selama dapat dibenarkan oleh dalil qur’ani atau hadits nabawi. Begitulah keteladanan kata mutiara populer bahwa perbedaan adalah rahmat.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا، وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا، كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya: "Dan berpegang teguhlahlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allâh kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya, kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali ‘Imran:103)

Demikianlah Allah memerintahkan, Rasulullah memberi teladan, dan Imam Madzhab memberi pandangan. Semoga kita umat Islam diberi kesadaran dan kemampuan untuk saling menghormati perbedaan, diberi kesabaran dalam menjaga kerukunan, dan diberi kekuatan dalam memegang teguh iman dan Islam hingga akhir hayat. Aaamiiin Yaa Robbal ‘aalamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ, اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُوا اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 


Share: