Pengertian Tawassul
Tawassul adalah cara berdo'a kepada Allah dengan melibatkan sesuatu atau perantara, baik sesuatu itu berupa amal shaleh ataupun berupa perantara orang shaleh. Tawassul juga berarti: Wasilah, jalan, atau perantara. Berikut arti tawassul menurut ahli ilmu;
“Wasilah adalah sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada sesuatu. Dan seseorang berwasilah kepada Tuhannya dengan perantara pendekatan melalui amal ibadahnya.” (Kamus Al-Misbahul Munir)
“Tawassul adalah memohon terkabul hajat kepada Allah SWT dengan perantara orang-orang yang dicintai Allah, yakni orang yang mempunyai keutamaan atau keagungan dari Allah SWT, seperti para Nabi dan para Wali. Mereka diberi keutamaan menebar kebaikan, keberkahan, dan pembuka Rahmat.” (Fiqh Tradisionalis, Al-Ajwibatul Ghaliyah fii Aqiidatil-Firqoh An-Naajiyah)
Itulah pengertian dari Tawassul. Tawassul bukan berarti berdo'a (memohon) kepada sesuatu atau perantara itu, bukan pula menyamakan sesuatu atau perantara itu dengan Allah. Jadi tawassul jauh berbeda dengan Syirik yang berarti: menyekutukan atau menyamakan sesuatu dengan Allah.
Contoh Doa Tawassul
Untuk lebih jelasnya, berikut contoh kalimat Tawassul:
"Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar aku lolos dalam tes ini, berkat guru kami, Syeikh Fulan."
Kemudian bandingkan dengan kalimat Syirik berikut ini:
"Ya Syeikh Fulan, aku mohon kepadamu agar aku lolos dalam tes ini, berkat keagunganmu."
Dalil Tawassul
Tawassul dianjurkan oleh Allah, sedgkan Syirik sangat dilarang oleh Allah. Dalil anjuran utk tawassul dan dalil larangan syirik sebagaimana berikut:
Landasan tawassul adalah firman Allah SWT berikut ini:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah swt dan carilah jalan (tawassul) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”.(Al-Maidah, 35)
Landasan dilarang syirik adalah firman Allah SWT sbb:
Artinya:
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. (An Nisaa', 36).
Praktek Amaliyah Tawassul
:: Nabi Adam bertawassul dengan nama Nabi Muhammad.
Dari Umar bin Khattab berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Ketika Nabi Adam melakukan suatu dosa beliau berkata:'Ya Rabb, berkat Nabi Muhammad, aku mohon Engkau mengampuni dosaku'. Allah berfirman: 'Bagaimana kau tau Muhammad, padahal belum diciptakan?' Adam berkata:'Ya Rabb, ketika Engkau selesai menciptakanku aku, aku angkat kepalaku. Maka aku melihat di penyangga 'Arasy tertulis: Laa ilaaha illallaah, Muhammad rasuulullaah. Aku yakin nama yang disandingkan dengan nama-Mu itu adalah orang yang Engkau cintai.' Allah berfirman: 'Kamu benar, hai Adam. Berkat Nabi Muhammad maka Aku ampuni dosamu. Dan kalau bukan karena Nabi Muhammad maka Aku tidak menciptakanmu.' (HR. Imam Al Hakim).
:: Rasulullah SAW bertawassul melalui orang yang telah wafat.
Artinya: “Dari sayyidina ‘Ali k.w. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW ketika Fatimah binti Asad, ibunda sayyidina ‘Ali, dimakamkan, beliau berdo’a: “Ya Allah, dengan (perantara) hakku, dan hak para Nabi sebelumku, ampunilah ibu setelah ibuku. (Fatimah binti Asad).” (HR. Imam Thabari, Abu Nu’aim dan Ibnu Hajar Al-Haitami).
:: Umar bin Khattab bertawassul dengan orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.
Artinya: “Dari Anas bin Malik, bahwasanya Sahabat Umar bin Khattab ketika mengalami kemarau, maka beliau meminta hujan dan bertawassul dengan Abbas bin Abdul Muthollib, beliau berkata “Ya Allah bahwasanya kami telah bertawassul kepada Engkau dengan Nabi kami, maka Engkau turunkan hujan dan sekarang kami bertawassul kepada Engkau dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan itu.” (HR. Bukhari).
:: Nabi mengajarkan cara bertawassul dengan do'a ketika ada sahabat yang menderita sakit mata. Sahabat tersebut meminta doa kepada Rasulullah SAW agar diberi kesembuhan. Rasulullah tidak berkenan mendoakannya, akan tetapi beliau mengajarkan doa tawassul agar dibacanya sendiri, sbb:
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawassul melalui) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang. (Wahai Nabi), sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan (bertawassul melalui) Engkau agar hajatku ini terkabul. Ya Allah, terimalah syafa’at beliau untukku”. (HR. Imam Tirmidzi, Nasa’i, dan Baihaqi).
::. Tawassul dengan amal shaleh.
Artinya:
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tiga orang dari umat sebelum kalian pernah bepergian, hingga mereka harus bermalam di sebuah goa. Mereka pun memasukinya. Lalu sebongkah batu besar dari gunung bergelinding hingga menutup mereka di dalam goa itu. Mereka pun berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali jika kalian berdoa kepada Allah dengan amal-amal saleh kalian." Seorang dari mereka berdoa, “Ya Allah! Aku mempunyai dua orang tua yang lanjut usia. Dan aku tidak memberikan minuman susu kepada keluarga dan budakku sebelum mereka. Pada suatu hari, aku pergi jauh mencari pohon, hingga saat aku pulang ke rumah mereka berdua telah tertidur. Maka akupun memerahkan susu untuk keduanya, namun aku menemui mereka telah tertidur. Tapi aku tidak mau membangunkan mereka atau memberikan susu itu kepada keluarga dan budakku. Maka akupun tetap menunggu mereka bangun dengan wadah susu itu di tanganku-, hingga waktu fajar menyingsing dan anak-anakku menangis-nangis di kedua kakiku karena lapar. Lalu kedua orangtuaku bangun, kemudian meminum susunya. Ya Allah! Jika apa yang aku lakukan itu karena mengharap rida-Mu, maka bebaskan kami dari keadaan (himpitan) batu ini.” Maka batu itu bergeser sedikit, dan mereka belum dapat keluar darinya. Lalu yang lain berdoa, “Ya Allah! Sesungguhnya aku punya seorang saudari sepupu. Ia adalah wanita yang paling kucintai –dalam riwayat lain: aku mencintainya sedemikian rupa sebagaimana pria mencintai wanita-. Aku sangat ingin berzina dengannya, namun ia menolakku. Hingga terjadilah tahun paceklik. Ia datang menemuiku, kemudian aku memberinya 120 dinar dengan syarat ia membiarkan aku melakukan hubungan suami-istri dengannya. Dan ia pun menyetujuinya. Hingga ketika aku hampir melakukannya (dalam riwayat lain): ketika aku telah duduk di antara kedua kakinya-, ia berkata, “Takutlah kepada Allah! Janganlah engkau merusak segel kecuali dengan (cara) semestinya.” Aku pun meninggalkannya meskipun ia adalah orang yang sangat kucintai, dan aku relakan emas yang kuberikan padanya. Ya Allah! Jika aku melakukan itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka bebaskan kami dari kondisi ini.” Lalu batu itu bergeser, namun mereka belum dapat keluar darinya. Lalu yang ketiga berdoa, “Ya Allah! Aku pernah mempekerjakan beberapa orang dan membayarkan upah mereka, kecuali satu orang yang pergi meninggalkan upahnya. Akupun mengembangkan upah itu hingga harta itu menjadi banyak. Beberapa waktu kemudian, ia datang menemuiku. Ia berkata, “Wahai hamba Allah, berikanlah upahku.” Aku pun berkata, “Semua yang engkau lihat ini adalah upahmu, berupa: unta, sapi, kambing dan budak.” Ia berkata, “Wahai hamba Allah, jangan memperolok-olokku!” Aku menjawab, “Aku tidak memperolokmu.” Maka ia pun mengambil semuanya tanpa menyisakannya sedikit pun. Ya Allah! Jika aku melakukan itu karena mengharapkan rida-Mu, maka bebaskan kami dari kondisi ini.” Lalu batu itupun bergeser, lalu mereka pun keluar dari goa tersebut. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)