Berbagi: khutbah, dalil, hukum, amalan, sosial, agama

yuqm.blogspot.com

  • Welcom to menu 1

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcom to menu 2

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcome to Menu 3

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

Tuesday, May 31, 2022

Khutbah Jumat, Ikhlas dan 3 Tingkatannya

Kategori: Khutbah Jumat
Judul: Ikhlas dan 3 tingkatannya
Durasi: 8 + 5menit
Tags: #khutbah_jumat #ikhlas #tingkatan_ikhlas #dalil_ikhlas


Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ النِّعَمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ االَّذِيْ هُوَ إِلهُ الْعَالَمِ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسْوْلُه الَّذِيْ جَعَلَهُ اللهُ خَيْرَ الْأنَامِ. اَللَّهُمَّ َصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَ صَحْبِهِ وَ كُلِّ مَنْ تَبِعَهُ فٍي الدِّيْنِ. أَما بعد: فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى الله بامْتِثَالِ أَوَامِره وَاجْتَاب نَوَاهِيْهِِ، وَاعْلَمُوْا أنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرّآنِ الْكَرِيْمِ: أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيطن الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ (آل عمران، ١٠٢). وَقَالَ أَيْضًا: قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ (الأنعام، ١٦٢)

Hadirin jama’ah shalat Jumah rahimakumullah,
Kami berpesan kepada kami pribadi, juga kepada jamaah semuanya supaya kita selalu bertaqwa kepada Allah dengan mematuhi semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dalam rangka mewujudkan taqwa kepada Allah, kita perlu melakukan ibadah dengan benar dan ikhlas. Maka pada khutbah kali ini kami akan menyampaikan hal-hal penting tentang ikhlas beserta tingkatannya.

Hadirin rahimakumullah,
Kata: إِخْلَاصٌ memiliki arti: murni dan memiliki pengertian:
تَجْرِيْدُ قَصْدِ التَّقَرُّبِ اِلَى اللهِ تَعَالَى عَنْ جَمِيْعِ الشَّوَاهِبِ
yakni: memurnikan tujuan taqarrub kepada Allah ta’âlâ dari segala hal yang mencampurinya.

Penyusun tafsir Al-Mishbah, Prof. Dr. M. Qurais Syihab memberikan satu gambaran tentang ikhlas dengan sebuah gelas yang penuh dengan air putih. Tak ada sedikit pun di dalam gelas itu selain air putih saja, murni tanpa campuran apa pun. Itulah yang gambaran tentang ikhlas.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa seseorang dikategorikan ikhlas melakukan suatu ibadah apabila semata-mata melakukannya karna Allah, tidak ada satu maksud atau niat lain yang mencampuri tujuan ibadah tersebut melainkan murni karena menghamba kepada Allah SWT saja.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
Artinya:
Dan mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (QS Al Bayyinsmah, 5)

Hadirin jama’ah shalat Jumah rahimakumullah,
Ikhlas merupakan satu syarat diterimanya amal ibadah seseorang. Tanpa keikhlasan, seperti apapun amal yang dilakukan oleh seorang maka tak akan ada nilainya di sisi Allah SWT.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
قال رسول الله صلعم: إِنَّ اللَّهَ لا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal ibadah kecuali yang ikhlas hanya kepada Allah, dan yang diharap dari amal ibadah tersebut hanya Allah.” (HR. An-Nasa’i No. 3140)

Hadirin jama’ah shalat Jumah rahimakumullah,
Oleh karena sulitnya pengamalan ikhlas maka Syekh Muhammad Nawawi Al Banteni menjelaskan di dalam kitab beliau, Nashâihul ‘Ibâd، bahwa ikhlas ada 3 tingkatan;

Tingkatan ikhlas pertama yaitu:

فأعلى مراتب الاخلاص: تصفية العمل عن ملاحظة الخلق، بأن لا يريد بعبادته الا امتثال أمر الله والقيام بحق العبودية دون اقبال الناس عليه بالمحبة والثناء والمال ونحو ذلك
Artinya:
"Tingkatan ikhlas yang pertama adalah memurnikan amal ibadah dari perhatian makhluk, tidak ada yang diinginkan dengan ibadahnya selain menuruti perintah Allah dan melakukannya karena kewajiban sebagai hamba Allah, bukan mencari perhatian manusia berupa kecintaan, pujian, harta dan sebagainya.” Inilah tingkatan ikhlas yang paling utama.

Tingkatan ikhlas kedua yaitu:
والمرتبة الثانية: أن يعمل لله ليعطيه الحظوظ الأخروية، كالبعاد عن النار وادخاله الجنة وتنعيمه بأنواع ملاذها
Artinya:
“Tingkat ikhlas yang kedua adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian-bagian akhirat seperti dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga dan menikmati berbagai macam kelezatannya.”

Tingkatan keikhlasan kedua ini diperbolehkan, karena Allah dan Rasulul-Nya sering memotivasi para hamba dan umatnya untuk melakukan amalan tertentu dengan pahala yang besar dan kenikmatan yang hakiki di akhirat nanti.

Tingkatan ikhlas ketiga yaitu:
والمرتبة الثالثة: أن يعمل لله ليعطيه حظا دنيويا، كتوسعة الرزق ودفع المؤذيات
Artinya:
“Tingkatan ikhlas yang ketiga adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian duniawi, seperti kelapangan rizki dan terhindar dari hal-hal yang menyakitkan.”

Tingkat keikhlasan ketiga ini adalah tingkat keikhlasan yang paling rendah. Namun demikian ini masih tetap dianggap sebagai ikhlas, karena syari'at menawarkan imbalan-imbalan tersebut ketika memotivasi umat untuk melakukan suatu amalan tertentu.

Lalu beliau Syeikh Nawawi Al Banteni menegaskan:
وما عدا ذلك رياء مذموم
Artinya:
“Selain 3 tingkatan ikhlas di atas adalah termasuk riya yang tercela.”

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,
Dengan demikian, ikhlas menduduki posisi kunci dalam semua kegiatan amal ibadah kita, baik ritual ibadah individual maupun sosial. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan niat sebelum melakukan amal ibadah, menjaga keikhlasan sewaktu melakukan amal ibadah, dan mempertahankannya sekalipun sudah beramal ibadah.

Akhirnya, marilah kita selalu berharap dan berdoa kepada Allah, semoga kita dipermudah dalam melakukan amal ibadah; ringan sewaktu memulai, tenang sewaktu melakukan, dan syukur setelah menyelesaikannya. Dan satu hal yang terpenting yaitu mudah-mudahan kita dapat memulai dan mengakhiri ibadah dengan balutan ikhlas LILLAHI TA'ALA. Syukur-syukur bisa mencapai tingkatan ikhlas yang pertama dan paling utama, yakni beramal ibadah yang murni karena menjalankan perintah Allah, sebagai penghambaan terhadap-Nya. Aaamiiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيطن الرَّجِيْمِ، هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (المؤمن/غافر ٦٥). وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah II

الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. فَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا. عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُم،ْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Share:

Wednesday, May 4, 2022

Khutbah, 4 Hal Penting Dilakukan Setelah Ramadhan

Judul: 4 Hal penting yang perlu dilakukan setelah Ramadhan
Kategori: Khutbah Jum'at
Durasi: 8+5 menit
Tags: khutbah_jumat, pasca_ramadan, 4_hal_penting_dilakukan
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا، وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوْءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيْدًا، وَيُحَذِّرُكُمُ اللهُ نَفْسَهُ وَاللهُ رَءُوْفٌ بِالْعِبَادِ (آل عمران،٣٠)

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah di manapun kita berada. Dan marilah kita senantiasa takut akan adzab Allah, dengan bersungguh-sungguh menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Karena inilah esensi dari ketakwaan. Sedangkan meninggalkan perintah-perintah-Nya dan menjalankan larangan-larangan-Nya adalah suatu kemungkaran yang berindikasi tidak takut akan azab Allah. Wal'iyaadzu billaah.

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Baru-baru ini, kita berada di bulan yang penuh berkah. Bulan dimana kaum muslimin berpuasa di siang harinya dan shalat tarawih di malam harinya. Selain itu kaum muslimin mengisinya dengan berbagai amal ketaatan sebagai penyempurna rukun Islam ketiga karena iman dan mengharap pahala berlipat ganda. Kini bulan itu telah berlalu dan akan menjadi saksi di hadapan Allah, mengiringi catatan amalan yang akan diperlihatkan kelak pada hari kiamat.

Allah SWT berfirman sebagaimana yang kami bacakan di atas, yang artinya:
"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati (pada catatan amalan) segala kebajikan dihadapannya, begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; sehingga ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya." (Ali ‘Imran, 30)

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Momentum puasa Ramadhan yang berlangsung setiap satu tahun sekali itu tentu menyisakan kesan membahagiakan dan atau menyedihkan. Maka berbahagialah orang yang dapat melewati Ramadhan dengan amal ketaataan. Dan bersyukurlah kepada Allah karena itu merupakan anugerah rahmat, hidayah dan inayah-Nya.

Sebaliknya, bersedihlah orang yang tidak dapat melewati Ramadhan dengan semestinya karena kelalaiannya. Namun demikian bukan berarti sudah tidak ada lagi kesempatan baginya untuk berbenah diri. Karena kesempatan berbenah diri atau bertaubat bukan hanya di bulan Ramadhan saja.

Maka pada pada khutbah kali ini kami akan menyampaikan 4 hal penting yang perlu dilakukan setelah Ramadhan, demi mempertahankan nilai-nilai ketaatan dan membenahi kekurangan-kekurangan:

Pertama: Melanjutkan amal ibadah ramadaniyah.

Ibadah yang sangat identik dengan bulan Ramadhan ialah puasa, tarawih, dan tadarus. Untuk melanjutkan jenis-jenis ibadah tersebut di luar Ramadhan bisa dilakukan dengan ibadah yang serupa. Puasa wajib bisa dilanjutkan dengan puasa sunnah, shalat tarawih bisa dilanjutkan dengan shalat malam, dan tadarus bisa dilanjutkan dengan khataman Al Quran. Karena beribadah kepada Allah adalah tugas hidup yang harus dilakukan oleh setiap orang hingga ajal menjelang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ
Artinya:
Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian mendatangimu. (Al-Hijr: 99)

Kedua: Mempertahankan pahala puasa.

Pahala puasa harus kita pertahankan agar tidak berkurang atau habis apalagi minus. Bahkan bukan hanya pahala puasa saja. Pahala amal ibadah apapun semestinya kita pertahankan sekuat mungkin. Karena banyak sekali perbuatan yang bisa menghapus pahala amal ibadah, seperti: menyekutukan Allah, mendustakan ayat Allah, mengingkari takdir Allah, murtad, ujub, riya', takabbur, dzalim, dengki, dll.

Allah SWT berfirman:

ذٰلِكَ بِاَنَّهُمُ اتَّبَعُوْا مَآ اَسْخَطَ اللّٰهَ وَكَرِهُوْا رِضْوَانَهٗ فَاَحْبَطَ اَعْمَالَهُمْ

Artinya:
Yang demikian itu, karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan membenci (apa yang menimbulkan) keridhaan-Nya; sebab itu Allah menghapus segala (pahala) amal mereka. (QS Muhammad, 28)

Ketiga: Mengqadha' puasa yang tertinggal.

Puasa Ramadhan yang tertinggal harus diganti di luar Ramadhan. Perintah mengqadha' atau mengganti puasa termaktub dalam Al Qur'an surah Al Baqarah ayat 184. Allah SWT berfirman:

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya:
(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang tertinggal itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat (udzur) menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al Baqarah,184)

Keempat: Bertaubat atas dosa dan kesalahan

Setiap orang pasti pernah berbuat dosa atau kesalahan. Tebusannya adalah istighfar dan taubat. Kendati penebusan atas dosa sangat dianjurkan di bulan Ramadan namun kesempatan bertaubat masih terbuka lebar, selama ajal belum sampai di kerongkongan. Meskipun begitu, bukan berarti bahwa kita leluasa menunda-nundanya. Bahkan semestinya taubat segera dilakukan karena kematian bisa datang secara tiba-tiba pada waktu yang tidak disangka-sangka.

Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوْبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا. وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ اْلآنَ وَلاَ الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيْمًا

Artinya:
Sesungguhnya Allah hanyalah akan menerima taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan karena ketidakhati-hatiannya dan kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang Allah terima taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan sehingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi mereka itu telah Kami siapkan azab yang pedih.” (An-Nisa`, 17-18)

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Marilah kita memohon kepada Allah agar berkenan menerima amalan-amalan kita sekaligus memberikan kekuatan agar kita mampu mempertahankannya. Dan mudah-mudahan Allah SWT mengampuni dosa-dosa kesalahan kita sekaligus memberikan pertolongan agar kita mampu menghindarinya lalu mencintai kebaikan-kebaikan. Akhirnya marilah kita selalu berharap semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Aaamiiin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهٗ فَأُولۤئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ، وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِيْ جَهَنَّمَ خَالِدُوْنَ.
Artinya:
Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” (Al-Mu`minun: 102-103)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ أَجْمَعِيْن، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. وَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ. فَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ أللّهُمَّ تَقَبَّلْ يَا كَرِيْمُ،

Khutbah Kedua

الحَمْدُ لِلهِ مُقَدِّرِ الْمَقْدُوْرِ وَمُصَرِّفِ اْلأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ، وَأَحْمَدُهُ عَلَى جَزِيْلِ نِعَمِهِ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الشَّكُوْرُ. فأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صَاحِبُ الْبَشِيْرِ وَ النَّذِيْرِ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. 
أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ، اِتَّقُوْاللهَ، لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا والزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إنْدُوْنِيْسِيَا خَاصَّةً، وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. فَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Share:

Monday, May 2, 2022

Khutbah Idul Fitri Memaknai Hari Raya dengan Amalan Takwa

Kategori: Khutbah Idul Fitri
Judul: Memaknai Hari Raya dengan Amalan Takwa
Tags: khutbah, idul fitri, makna hari raya, malan, takwa


 
Khutbah 1

اللهُ أَكْبَرُ ×٩
اللهُ أَكْبَرُ عَدَدَ مَا صَامَ صَائِمٌ وَأَفْطَرَ ، اللهُ أَكْبَرُ عَدَدَ مَا هَلَّلَ مُهَلِّلٌ وَكَبَّرَ ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا ، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا ، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةُ وَأَصِيْلًا ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، وَلِلهِ الْحَمْدُ ،
 
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ سَهَّلَ لِلْعِبَادِ طَرِيْقَ الْعِبَادَةِ وَيَسَّرَ ، وَأَفَاضَ عَلَيْهِمْ مِنْ خَزَائِنِ جُوْدِهِ الَّتِيْ لَا تُحْصَرْ ، وَجَعَلَ لَهُمْ عِيْدًا يَعُوْدُ فِيْ كُلِّ عَامٍ وَيَتَكَرَّرَ ، نَقَّاهُمْ بِهِ مِنْ دُوْنِ الذُّنُوْبِ وَطَهَّرَ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ خَلَقَ الْخَلْقَ فَقَدَّرَ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ اللِّوَاءِ وَالْكَوْثَرْ ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلِ الْبَشَرِ ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْمُطَهَّرِ ، وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ جَزَاءِ الْأَكْبَرِ ، أَمَّا بَعْدُ
فَيآأيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ ، اتَّقُوا اللهَ ، اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخْشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ. (النور, ٥٢)

Hadirin, Hadirat Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Di hari yang berbahagia ini kami berwasiat kepada diri kami dan kita semua, marilah kita selalu berusaha meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT, dengan melaksanakan semua perintah-perintahNya dan menjauhi semua larang-laranganNya.

Salah satu wujud takwa kepada Allah ialah berkumpul bersama dalam rangka menunaikan sunnah Rasul, yaitu Shalat Idul Fitri. Semoga upaya ini dapat meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT dan menambah kecintaan kepada Rasulullah SAW. Aaamiiin Ya rabbal ‘Aalamiin. Perintah ini sangat dianjurkan sebagaimana disampaikan Rasulullah SAW. dalam hadits berikut ini:


أُمِرْنَا أَنْ نَخْرُجَ فَنُخْرِجَ الحُيَّضَ، وَالعَوَاتِقَ، وَذَوَاتِ الخُدُورِ فَأَمَّا الحُيَّضُ؛ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ، وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلْنَ مُصَلَّاهُم (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: “Kami memerintahkan untuk keluar (ketika hari raya), dan mengajak keluar wanita haid, para gadis, dan wanita pingitan. Adapun para wanita haid, mereka menyaksikan kegiatan kaum muslimin dan khutbah mereka, dan menjauhi tempat shalat.” (HR. Bukhari No.981, Muslim No.890).

Hadirin, Hadirat Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Satu bulan penuh kita menjalankan ujian kesabaran; Menahan lapar dan dahaga serta mengekang hawa nafsu karena puasa di siang hari. Kita juga menahan lelah dan kantuk untuk shalat tarawih, witir tadarus, dll. karena qiyamul lail di malam hari. Maka pada hari ini, kita bersuka cita, merayakan Hari Raya Idul Fitri sembari berharap ampunan dari Allah dengan ungkapan: Taqabbalallaahu Minna Waminkum. Minal ‘Aaidiin Walfaa-iziin. Semoga amal ibadah kita maqbul dan dosa-dosa kita diampuni. Akhirnya kita termasuk orang yang kembali kepada fitrah serta termasuk orang-orang yang beruntung. Mengenai hal ini, Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW. Bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)

Artinya, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadirin, Hadirat Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Kita juga sudah mengeluarkan zakat fitrah untuk menunaikan kewajiban rukun Islam keempat, juga sebagai penyempurna pahala puasa Ramadhan yang telah kita jalani selama sebulan. Hal ini kita rayakan dengan Idul Fitri sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat Allah yang diberikan kepada kita selama ini dan turut serta andil peduli terhadap sesama. Kewajiban mengeluarkan zakat fitrah sangat ditekankan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. berikut:

صَوْمُ شَهْرِ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، وَلاَ يُرْفَعُ إلاَّ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ». رَوَاهُ أَبُوْ حَفْصِ بْنِ شَاهِيْنٍ فِيْ فَضَائِلِ رَمَضَانَ ، وَقَالَ : حَدِيْثٌ غَرْيْبٌ جَيِّدُ الْإِسْنَادِ (رواه ابو داود وغيره)
Artinya: Puasa Ramadhan masih menggantung diantara langit dan bumi, belum dinaikkan (belum diterima) kecuali dengan Zakat Fitrah. (HR. Abu Hafsh Bin Syahin)

Hadirin, Hadirat Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Amalan lain yang dianjuran sebagai penutup dari rangkaian kegiatan ibadah puasa Ramadhan dan mengisi hari raya Idul Fitri, yaitu saling mengucapkan: Taqabbalallaahu minnaa waminkum (semoga Allah menrima amal ibadah kami dan kalian), memperbanyak dzikir Takbir, bersilatur rahim, saling memaafkan sesama muslim, dan berpuasa enam hari di bulan Syawal. Inilah rangkaian upaya untuk mendapatkan esensi puasa dan hari raya. Yakni berhasil mendapatkan ampunan Allah dan bertambah ketatan karena takwa. Pepatah Arab mengatakan: 

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ ، لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ تَجَمَّلَ بِاللِّبَاسِ وَ الرُّكُوْبِ ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْبُ

Artinya: Hari raya bukan untuk seseorang yang memakai baju baru, akan tetapi hari raya sebenarnya hanya untuk seseorang yang kadar ketaatannya bertambah. Hari raya bukan untuk seseorang yang berhiaskan diri dengan pakaian dan kendaraan, akan tetapi hari raya sebenarnya untuk seseorang yang berhasil mendapatkan ampunan.

Hadirin, Hadirat Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Semoga dengan hidayah dan pertolongan Allah SWT. perjumpaan kita dengan bulan Ramadan tahun ini dapat menghapus dosa-dosa kita di masa lalu, menempa kita menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa dan tergolong sebagai orang yang beruntung dunia akhirat. Amin, Amin, Amin Ya Robbal Alamin.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ } البقرة : ١٨٥}
جَعَلَنَا وَإيَّاكُم مِنَ العائِدِين والفائِزين, وأَدْخَلَنا وإيَّاكُم في زُمْرَةِ المُوَحِّدِين, وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ, والحمد لله رب العالمين
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ  ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

Khutbah 2


×٧اللهُ أَكْبَرُ 
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا ، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا ، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةُ وَأَصِيْلًا ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، وَلِلهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ لِلهِ مُعِيْدِ الْجَمْعِ وَالْأَعْيَادِ ، وَجَامِعِ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيْهِ ، إِنَّهُ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُفَضَّلُ عَلَى جَمِيْعِ الْعِبَادِ ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الدَّاعِيْ إِلَى سَبِيْلِ الرَّشَادِ ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ السَّادَةِ الْأَمْجَادِ ، وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ التَّنَادِ ، أَمَّا بَعْدُ

فَيَآ أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَأَطِيْعُوْهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاحْذَرُوا أَسْبَابَ سَخَطِ الْجَبَّارِ فَإِنَّ أَجْسَامَكُمْ سَوْفَ لاتَقْوَى عَلَى النَّار. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَقُوْلُ : إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ ، اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأمْوَاتِ . اللهم أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ ، اللهم نَوِّرْ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ قُبُوْرَهُمْ ، وَيَسِّرْ لَهُمْ أُمُوْرَهُمْ ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ ، وَالْوَبَاءَ ، وَالرِّبَا ، وَالزِّنَا ، وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ ، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ ، عَنْ بَلَدِنَا إنْدُونِيسِيَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 

عِبَادَ اللهِ ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ ، وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَا، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ وَالطُّغْيَانْ ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ ،

Share:

Tuesday, April 5, 2022

Khutbah: 3 Tingkatan Puasa dan Keutamaannya

Kategori: Khutbah
Judul: 3 Tingkatan Puasa dan Keutamaannya
Durasi: 8+3 menit
Tags: #khutbah_jumat, #tingkatan_puasa, #keutamaan_berpuasa 


Khutbah 1

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
( البقرة: ١٨٥ )

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!
Mengawali khutbah kali ini, kami berpesan kepada kami pribadi dan kita semua untuk senantiasa menjaga ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!
Termasuk perintah Allah dan sekaligus rukun Islam yang ketiga adalah melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya pada bulan Sya'ban tahun kedua Hijriyah, atau sekitar tahun 624 Masehi. Kewajiban untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan terdapat dalam Al Quran surat Al-Baqarah ayat 183 sebagaimana berikut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!
Kita ketahui bahwa puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan jimak mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Inilah definisi puasa secara umum yang disepakati oleh para ulama fiqhiyah. Dengan demikian apabila kita melakukan puasa sesuai definisi ini maka puasa kita sah, menggugurkan kewajiban, dan terlepas dari dosa.

Namun di sisi lain, ada puasa plus dan puasa plus plus yang perlu kita capai agar kualitas puasa kita meningkat dan mencapai tujuan utamanya yakni takwa yang sebenar-benarnya. Hal ini dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali di dalam kitab "Ihya' Ulumuddin" bahwa puasa ada tiga tingkatan, sebagai berikut:

إعلم أن الصومَ ثلاثُ درجاتٍ صومُ العموم وصوم الخصوص وصوم خصوص الخصوص: وأما صومُ العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة كما سبق تفصيلُه، وأما صومُ الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام، وأما صومُ خصوصِ الخصوص فصوم القلب عن الهضم الدَّنِيَّةِ والأفكار الدُّنْيَوِيَّةِ وَكَفُّهُ عما سوى اللهِ عز وجل بالكلية

Artinya:
“Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan; puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus.

1. Puasa umum ialah menahan perut dan kemaluan dari keperluan syahwat.

2. Puasa khusus ialah puasa umum dan sekaligus menahan telinga, lisan, tangan, kaki, dan seluruh anggota badan dari perbuatan dosa.

3. Puasa paling khusus adalah puasa khusus dan sekaligus menahan hati agar tidak mendetikkan kehinaan, keduniaan, serta pemikiran lain selain Allah SWT.

Tiga tingkatan puasa ini senada dengan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

عن أبِي هريرةَ رصي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

Artinya:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan sia-sia dan kotor. Apabila ada seseorang mencelamu atau berbuat usil kepadamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!
Ibadah puasa juga mempunyai fadhilah atau keutamaan. Beberapa keutamaannya adalah sebagai berikut:

Pertama: Balasannya Langsung dari Allah SWT

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((قال الله: كلُّ عملِ ابن آدمَ له إلا الصيام؛ فإنه لي وأنا أجزي به.)) (متفق عليه)

Artinya:
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap amalan anak Adam itu ada (pahala) baginya, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya,” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban).

Kedua: Menghapus Dosa Masa Lalu

عن أبِي هريرةَ رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَن صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه البخاري)

Artinya:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu,” (HR Bukhari).

Ketiga: Pelindung dari Api Neraka

عن أبي أُمامَة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: الصيامُ جُنَّةٌ ، وهوحِصْنٌ مِنْ حصونِ المؤمِنِ ، وكُلُّ عملٍ لصاحِبِهِ إلَّا الصيامُ ، يقولُ اللهُ : الصيامُ لِي ، و أنا أجزي بِهِ (رواه الطبراني)

Artinya:
Dari Abu Umamah, Rasulullah SAW bersabda: "Puasa itu adalah perisai yang merupakan salah satu benteng pelindung orang beriman." (HR. Thabrani)

Keempat: Disediakan Pintu Khusus di Surga

عَن سَهْل رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

Artinya:
Dari Sahl RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di surga ada pintu Ar Rayyan, yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa, kelak di hari kiamat, dan tidak ada yang memasuki melaluinya kecuali mereka. Dikatakan: “Dimanakah orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri, dan tidak ada yang memasukinya seorang pun kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup, dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melaluinya,” (HR Bukhari, Muslim, At Tirmidzi, Ibnu Majah).

Demikianlah khutbah singkat tentang: 3 Tingkatan Puasa dan Keutamaannya kami sampaikan, mudah-mudahan menjadi motivasi dalam meningkatkan kualitas puasa kita sehingga mendapatkan fadhilah dan keutamaan sebagaimana yang telah disebutkan. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمِا فِيْهِ مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِالحَكِيْمٍ، وتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَه إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.

Khutbah 2


اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ َالْإِحْتِرَام،ِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْن رَبَّنَاَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَ الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ . عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Share:

Wednesday, March 30, 2022

Hukum Air Liur Burung Walet, Najis atau Suci

Judul: Hukum Air Liur Burung Walet, Najis atau Suci
Kategori: Hukum Agama
Tags: #walet, #najis, #suci, #hukum, #konsumsi, #makan, #halal, #haram


Ada sebuah pertanyaan di masyarakat dimana diantara penduduknya banyak beternak walet. Apakah air liur burung walet dihukumi najis atau suci? Mari kita kaji bersama.

Untuk menghukumi apakah air liur hewan tertentu suci atau najis maka perlu diketahui terlebih dahulu hukum hewannya. Kalau hewannya suci maka air liurnya suci, dan kalau hewannya najis maka air liurnya najis. Kategori ini sebagaimana fatwa ulama Asy-Syafi'iyah sebagaimana berikut:

وَيَقُول الشَّافِعِيَّةُ: إِنَّ مَا انْفَصَل عَنْ بَاطِنِ الْحَيَوَانِ، وَلَيْسَ لَهُ اجْتِمَاعٌ وَاسْتِحَالَةٌ فِي الْبَاطِنِ، وَإِنَّمَا يَرْشَحُ رَشْحًا كَاللُّعَابِ وَالدَّمْعِ وَالْعَرَقِ وَالْمُخَاطِ، فَلَهُ حُكْمُ الْحَيَوَانِ الْمُتَرَشَّحِ مِنْهُ، إِنْ كَانَ نَجِسًا فَنَجِسٌ، وَإِلاَّ فَطَاهِرٌ.

“Kalangan Asy-Syafi'iyah berkata: Cairan yang keluar dari bagian hewan dan bukan termasuk bagian dalam (jerowan) hewan tersebut, melainkan hanya merembes atau menetes saja seperti air liur, air mata, keringat dan ingus, maka hukumnya sama seperti hewannya. Jika hewannya najis, maka dihukumi najis, sebaliknya jika suci, maka dihukumi suci”. (Al-Mausu'atul Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah).

Berdasarkan ketentuan ini maka air liur burung walet adalah suci karena air liur termasuk rembesan, bukan cairan dari dalam perut. Beda halnya dengan muntah, kencing dan kotoran lain yang keluar dari bagian dalam perut.

Disamping itu, untuk mengetahui apakah air liur hewan tertentu najis atau suci, dapat diketahui dengan hukum halal-haramnya mengkonsumsi daging hewan tersebut. Kategori ini sebagaimana dalil-dalil berikut ini:

Dalil bahwa air liur hewan yang dagingnya halal dikonsumsi adalah suci sebagaimana hadits ini:

َعَنْ عَمْرِو بْنِ خَارِجَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: «خَطَبَنَا النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بِمِنًى، وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ، وَلُعَابُهَا يَسِيلُ عَلَى كَتِفِي». (رواه أحمد و الترميذي)

Artinya:
Dari Amru bin Khorijah RA ia berkata: "Nabi berkhutbah kepada kami di Mina dan beliau berada di atas kendaraannya dan liur kendaraannya mengalir di pundakku.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Berdasarkan hadits diatas Imam Shan'ani berfatwa:

وَالْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ لُعَابَ مَا يُؤْكَلُ لَحْمُهُ طَاهِرٌ، قِيلَ: وَهُوَ إجْمَاعٌ، وَهُوَ أَيْضًا الْأَصْلُ، فَذِكْرُ الْحَدِيثِ بَيَانٌ لِلْأَصْلِ، ثُمَّ هَذَا مَبْنِيٌّ عَلَى أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِمَ سَيَلَانَ اللُّعَابِ عَلَيْهِ، لِيَكُونَ تَقْرِيرًا.

Artinya:
“Hadits ini menunjukkan bahwa air liur hewan yang dagingnya halal dimakan adalah suci. Dikatakan bahwa hal itu merupakan kesepakatan ulama, apalagi hal ini sesuai dengan kaidah hukum asal (hadits). Kemudian hal ini didasari dengan sikap Nabi SAW yg mengetahui bahwa air liur hewan tunggangan beliau jatuh, itu menunjukkan persetujuannya”. (Subulus Salam, Syarah Bulughul Maram, J.I/Hal.50)

Setelah kita mengetahui bahwa air liur hewan yang dagingnya halal dimakan itu air liurnya suci, dan air liur hewan yang dagingnya haram dimakan itu air liurnya najis, maka kita musti mengetahui apakah burung walet halal dikonsumsi?

Terdapat nash dari ulama empat madzhab, serta terjadi khilaf tentang mengkonsumsi daging burung walet, kalangan Hanafiyyah dan Malikiyyah menghalalkan dan kalangan Syafi'iyah dan Hanabilah menghukumi haram.

Dari kalangan Al Hanafi berfatwa kehalalan mengkonsumsi burung walet karena sama dengan burung lainnya:

وفي رد المحتار على الدر المختار في الفقه الحنفي: قال في غرر الأفكار: عندنا يؤكل الخطاف والبوم، ويكره الصرد والهدهد، وفي الخفاش اختلاف. انتهى.

المالكية - قالوا: يحل أكل الهدهد مع الكراهة، وكذلك يحل أكل الخطاف... الحنفية - قالوا: يحل أكل الخطاف والبوم

(Al Fiqh Alal Madzaahib Al Arba'ah II/5)

Ibnu Qudamah dari kalangan Imam Ahmad Al Hanbali berfatwa atas keharaman mengkonsumsi burung walet karena termasuk hewan kotor:

قال ابن قدامة في المغني: ويحرم الخطاف والخشاف والخفاش وهو الوطواط.. قال أحمد: ومن يأكل الخشاف؟ وسئل عن الخطاف؟ فقال: لا أدري. وقال النخعي: كل الطير حلال؛ إلا الخفاش.. وإنما حرمت هذه لأنها مستخبثة، لا تستطيبها العرب، ولا تأكلها. والله أعلم.

فَالرَّخَمَةُ وَالْخُفَّاشُ وَاللَّقْلَقُ وَالْخُطَّافُ وَالسِّنُونُو تَحْرُمُ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ.

(Al Mausu'atul Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah V/138)

Dengan merujuk kepada fatwa Imam Shon'ani dan berpijak kepada pendapat kalangan Hanafiyah dan Malikiyyah maka air liur burung walet itu suci, sedangkan apabila berpijak kepada pendapat kalangan Syafi'iyah dan Hanabilah maka air liur burung walet itu najis.

Dan apabila berpijak kepada pendapat kalangan Asy-Syafi'iyah yang menyatakan bahwa walet tidak termasuk hewan najis, dan air liur dihukumi seperti keringat, maka air liurnya walet adalah suci. Hal ini sebagai bentuk mengkompromikan berbagai pendapat diatas.

Kesimpulannya adalah air liur burung walet hukumnya suci karena burung walet itu suci, tidak terkendala oleh hukum memakan dagingnya yang terdapat khilaf pendapat. Sebagian ulama menghalalkannya dimakan karena disamakan dengan burung pada umumnya, tetapi sebagian ulama mengharamkannya dimakan karena termasuk hewan kotor.

Oleh karena itu maka air liurnya walet dihukumi suci dan boleh dikonsumsi, sebab air liur bukan timbul dari dalam perut, dan walet bukan termasuk hewan najis, melainkan hanya termasuk hewan yang haram dikonsumsi menurut sebagian kalangan madzhab.
Share:

Friday, March 18, 2022

HUKUM BERTAWASSUL BESERTA DALILNYA

HUKUM BERTAWASSUL BESERTA DALILNYA, Judul HUKUM BERTAWASSUL BESERTA DALILNYA, Kategori hukum agama, amalan, Tags: #tawassul, #wasilah #sunnah, #bid'ah, #syirik, #khurafat

HUKUM BERTAWASSUL BESERTA DALILNYA

Pengertian Tawassul

Tawassul adalah cara berdo'a kepada Allah dengan melibatkan sesuatu atau perantara, baik sesuatu itu berupa amal shaleh ataupun berupa perantara orang shaleh. Tawassul juga berarti: Wasilah, jalan, atau perantara. Berikut arti tawassul menurut ahli ilmu;

أَلْوَسِيْلَةُ وَهِيَ مَا يُتَقَرَّبُ اِلَى الشَّيْئِ وَتَوَسَّلَ اِلَى رَبِّهِ بِوَسِيْلَةِ تَقَرُّبٍ اِلَيْهِ بِعَمَلِهِ

“Wasilah adalah sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada sesuatu. Dan seseorang berwasilah kepada Tuhannya dengan perantara pendekatan melalui amal ibadahnya.” (Kamus Al-Misbahul Munir)

اَلتَّوَسُّلُ بِأَحْبَابِ اللهِ هُوَ جَعَلَهُمْ وَاسِطَةً إِلَى اللهِ تَعَالَى فِى قَضَاءِ الْحَوَائِجِ لِمَا ثَبَتَ لَهُمْ عِنْدَهُ تَعَالَى مِنَ الْقَدْرِ وَالْجَاهِ مَعَ الْعِلْمِ بِأَنَّهُمْ عَبِيْدٌ وَمَخْلُوْقُوْنَ وَلَكِنَّ اللهَ جَعَلَهُمْ مَظَاهِرَ لِكُلِّ خَيْرٍ وَبَرَكَةٍ وَمَفَاتِيْحَ لِكُلِّ رَحْمَةٍ

“Tawassul adalah memohon terkabul hajat kepada Allah SWT dengan perantara orang-orang yang dicintai Allah, yakni orang yang mempunyai keutamaan atau keagungan dari Allah SWT, seperti para Nabi dan para Wali. Mereka diberi keutamaan menebar kebaikan, keberkahan, dan pembuka Rahmat.” (Fiqh Tradisionalis, Al-Ajwibatul Ghaliyah fii Aqiidatil-Firqoh An-Naajiyah)

Itulah pengertian dari Tawassul. Tawassul bukan berarti berdo'a (memohon) kepada sesuatu atau perantara itu, bukan pula menyamakan sesuatu atau perantara itu dengan Allah. Jadi tawassul jauh berbeda dengan Syirik yang berarti: menyekutukan atau menyamakan sesuatu dengan Allah.

Contoh Doa Tawassul

Untuk lebih jelasnya, berikut contoh kalimat Tawassul:

"Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar aku lolos dalam tes ini, berkat guru kami, Syeikh Fulan."

Kemudian bandingkan dengan kalimat Syirik berikut ini:

"Ya Syeikh Fulan, aku mohon kepadamu agar aku lolos dalam tes ini, berkat keagunganmu."

Dalil Tawassul

Tawassul dianjurkan oleh Allah, sedgkan Syirik sangat dilarang oleh Allah. Dalil anjuran utk tawassul dan dalil larangan syirik sebagaimana berikut:

Landasan tawassul adalah firman Allah SWT berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِتَّقُوْا اللهَ وَاْبَتُغْوا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِي سَبِيْلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah swt dan carilah jalan (tawassul) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”.(Al-Maidah, 35)

Landasan dilarang syirik adalah firman Allah SWT sbb:

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا ...

Artinya:
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. (An Nisaa', 36).

Praktek Amaliyah Tawassul

:: Nabi Adam bertawassul dengan nama Nabi Muhammad.

حدثنا : أبو سعيد عمرو بن محمد بن منصور العدل ، ثنا : أبو الحسن محمد بن إسحاق بن إبراهيم الحنظلي ، ثنا : أبو الحارث عبد الله بن مسلم الفهري ، ثنا : إسمعيل بن مسلمة : ، أنبأ : عبد الرحمن بن زيد بن أسلم ، عن : أبيه ، عن : جده ، عن : عمر إبن الخطاب (ر) قال : قال رسول الله (ص) : لما إقترف آدم الخطيئة قال : يا رب أسألك بحق محمد لما غفرت لي فقال الله : يا آدم وكيف عرفت محمداً ولم أخلقه ؟ قال : يا رب لأنك لما خلقتني بيدك ونفخت في من روحك رفعت رأسي فرأيت على قوائم العرش مكتوباً لا إله إلا الله محمد رسول الله فعلمت أنك لم تضف إلى إسمك إلا أحب الخلق إليك فقال الله : صدقت يا آدم إنه لأحب الخلق إلي إدعني بحقه فقد غفرت لك ولولا محمد ما خلقتك ، هذا حديث صحيح الإسناد ،وهو أول حديث ذكرته لعبد الرحمن بن زيد بن أسلم في هذا الكتاب. (مستدرك الحاكم - كتاب تواريخ المتقدمين - ومن كتاب آيات... - رقم الحديث : ٤٢٢٨)
Artinya:
Dari Umar bin Khattab berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Ketika Nabi Adam melakukan suatu dosa beliau berkata:'Ya Rabb, berkat Nabi Muhammad, aku mohon Engkau mengampuni dosaku'. Allah berfirman: 'Bagaimana kau tau Muhammad, padahal belum diciptakan?' Adam berkata:'Ya Rabb, ketika Engkau selesai menciptakanku aku, aku angkat kepalaku. Maka aku melihat di penyangga 'Arasy tertulis: Laa ilaaha illallaah, Muhammad rasuulullaah. Aku yakin nama yang disandingkan dengan nama-Mu itu adalah orang yang Engkau cintai.' Allah berfirman: 'Kamu benar, hai Adam. Berkat Nabi Muhammad maka Aku ampuni dosamu. Dan kalau bukan karena Nabi Muhammad maka Aku tidak menciptakanmu.' (HR. Imam Al Hakim).

:: Rasulullah SAW bertawassul melalui orang yang telah wafat.

عَنْ سَيِّدِنَا عَلِى كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ لَمَّا دُفِنَ فَاطِمَةُ بِنْتِ أَسَدٍ أُمِّ سَيِّدِنَا عَلِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ اَلَّلهُمَّ بِحَقِّىْ وَحَقِّ الْاَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِى أَغْفِرُ لِاُمِّىْ بَعْدَ أُمِّىْ

Artinya: “Dari sayyidina ‘Ali k.w. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW ketika Fatimah binti Asad, ibunda sayyidina ‘Ali, dimakamkan, beliau berdo’a: “Ya Allah, dengan (perantara) hakku, dan hak para Nabi sebelumku, ampunilah ibu setelah ibuku. (Fatimah binti Asad).” (HR. Imam Thabari, Abu Nu’aim dan Ibnu Hajar Al-Haitami).

:: Umar bin Khattab bertawassul dengan orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ عُمَرَ اْبنَ اْلخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ اِذَا قُحِطُوْا اِسْتَسْقَىْ بِالْعَبَّاسِ اْبنِ عَبْدِالْمُطَلِّبْ فقال أَللَّهُمَّ كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَأَنَا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَأَسْقِنَا فَيُسْقُوْنَ

Artinya: “Dari Anas bin Malik, bahwasanya Sahabat Umar bin Khattab ketika mengalami kemarau, maka beliau meminta hujan dan bertawassul dengan Abbas bin Abdul Muthollib, beliau berkata “Ya Allah bahwasanya kami telah bertawassul kepada Engkau dengan Nabi kami, maka Engkau turunkan hujan dan sekarang kami bertawassul kepada Engkau dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan itu.” (HR. Bukhari).

:: Nabi mengajarkan cara bertawassul dengan do'a ketika ada sahabat yang menderita sakit mata. Sahabat tersebut meminta doa kepada Rasulullah SAW agar diberi kesembuhan. Rasulullah tidak berkenan mendoakannya, akan tetapi beliau mengajarkan doa tawassul agar dibacanya sendiri, sbb:

أَللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدِ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ إِنِّى تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّكَ فِى حَاجَتِىْ هَذِهِ لِتَقْضِى لِى فَشَفَّعْتَ فِيَّ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawassul melalui) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang. (Wahai Nabi), sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan (bertawassul melalui) Engkau agar hajatku ini terkabul. Ya Allah, terimalah syafa’at beliau untukku”. (HR. Imam Tirmidzi, Nasa’i, dan Baihaqi).

::. Tawassul dengan amal shaleh.

عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «انطلق ثلاثة نفر ممن كان قبلكم حتى آواهم المبيت إلى غار فدخلوه، فانحدرت صخرة من الجبل فسدت عليهم الغار، فقالوا: إنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ من هذه الصخرة إلا أن تدعوا الله بصالح أعمالكم. قال رجل منهم: اللهُمَّ كان لي أبوان شيخان كبيران، وكنتُ لاَ أَغْبِقُ قبلهما أهلا، ولا مالا فنأى بي طلب الشجر يوما فلم أَرِحْ عليهما حتى ناما، فحلبت لهما غَبُوقَهُمَا فوجدتهما نائمين، فكرهت أن أوقظهما وأَنْ أغْبِقَ قبلهما أهلا أو مالا، فلبثت -والقدح على يدي- أنتظر استيقاظهما حتى بَرِقَ الفَجْرُ والصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْن عند قدمي، فاستيقظا فشربا غَبُوقَهُما، اللَّهُمَّ إن كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك فَفَرِّجْ عنا ما نحن فيه من هذه الصخرة، فانفرجت شيئا لا يستطيعون الخروج منه. قال الآخر: اللَّهُمَّ إنَّهُ كانت لي ابنة عم، كانت أحب الناس إليَّ -وفي رواية: كنت أحبها كأشد ما يحب الرجال النساء- فأردتها على نفسها فامتنعت مني حتى أَلَمَّتْ بها سَنَةٌ من السنين فجاءتني فأعطيتها عشرين ومئة دينار على أنْ تُخَلِّيَ بيني وبين نفسها ففعلت، حتى إذا قدرت عليها -وفي رواية: فلما قعدت بين رجليها- قالتْ: اتَّقِ اللهَ ولاَ تَفُضَّ الخَاتَمَ إلا بحقه، فانصرفت عنها وهي أحب الناس إليَّ وتركت الذهب الذي أعطيتها، اللَّهُمَّ إنْ كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافْرُجْ عَنَّا ما نحن فيه، فانفرجت الصخرة، غير أنهم لا يستطيعون الخروج منها. وقال الثالث: اللَّهُمَّ استأجرت أُجَرَاءَ وأعطيتهم أجرهم غير رجل واحد ترك الذي له وذهب، فَثمَّرْتُ أجره حتى كثرت منه الأموال، فجاءني بعد حين، فقال: يا عبد الله، أدِّ إِلَيَّ أجري، فقلت: كل ما ترى من أجرك: من الإبل والبقر والغنم والرقيق، فقال: يا عبد الله، لا تَسْتَهْزِىءْ بي! فقلت: لاَ أسْتَهْزِئ بك، فأخذه كله فاستاقه فلم يترك منه شيئا، الَلهُمَّ إنْ كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافْرُجْ عَنَّا ما نحن فيه، فانفرجت الصخرة فخرجوا يمشون».

Artinya:
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tiga orang dari umat sebelum kalian pernah bepergian, hingga mereka harus bermalam di sebuah goa. Mereka pun memasukinya. Lalu sebongkah batu besar dari gunung bergelinding hingga menutup mereka di dalam goa itu. Mereka pun berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali jika kalian berdoa kepada Allah dengan amal-amal saleh kalian." Seorang dari mereka berdoa, “Ya Allah! Aku mempunyai dua orang tua yang lanjut usia. Dan aku tidak memberikan minuman susu kepada keluarga dan budakku sebelum mereka. Pada suatu hari, aku pergi jauh mencari pohon, hingga saat aku pulang ke rumah mereka berdua telah tertidur. Maka akupun memerahkan susu untuk keduanya, namun aku menemui mereka telah tertidur. Tapi aku tidak mau membangunkan mereka atau memberikan susu itu kepada keluarga dan budakku. Maka akupun tetap menunggu mereka bangun dengan wadah susu itu di tanganku-, hingga waktu fajar menyingsing dan anak-anakku menangis-nangis di kedua kakiku karena lapar. Lalu kedua orangtuaku bangun, kemudian meminum susunya. Ya Allah! Jika apa yang aku lakukan itu karena mengharap rida-Mu, maka bebaskan kami dari keadaan (himpitan) batu ini.” Maka batu itu bergeser sedikit, dan mereka belum dapat keluar darinya. Lalu yang lain berdoa, “Ya Allah! Sesungguhnya aku punya seorang saudari sepupu. Ia adalah wanita yang paling kucintai –dalam riwayat lain: aku mencintainya sedemikian rupa sebagaimana pria mencintai wanita-. Aku sangat ingin berzina dengannya, namun ia menolakku. Hingga terjadilah tahun paceklik. Ia datang menemuiku, kemudian aku memberinya 120 dinar dengan syarat ia membiarkan aku melakukan hubungan suami-istri dengannya. Dan ia pun menyetujuinya. Hingga ketika aku hampir melakukannya (dalam riwayat lain): ketika aku telah duduk di antara kedua kakinya-, ia berkata, “Takutlah kepada Allah! Janganlah engkau merusak segel kecuali dengan (cara) semestinya.” Aku pun meninggalkannya meskipun ia adalah orang yang sangat kucintai, dan aku relakan emas yang kuberikan padanya. Ya Allah! Jika aku melakukan itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka bebaskan kami dari kondisi ini.” Lalu batu itu bergeser, namun mereka belum dapat keluar darinya. Lalu yang ketiga berdoa, “Ya Allah! Aku pernah mempekerjakan beberapa orang dan membayarkan upah mereka, kecuali satu orang yang pergi meninggalkan upahnya. Akupun mengembangkan upah itu hingga harta itu menjadi banyak. Beberapa waktu kemudian, ia datang menemuiku. Ia berkata, “Wahai hamba Allah, berikanlah upahku.” Aku pun berkata, “Semua yang engkau lihat ini adalah upahmu, berupa: unta, sapi, kambing dan budak.” Ia berkata, “Wahai hamba Allah, jangan memperolok-olokku!” Aku menjawab, “Aku tidak memperolokmu.” Maka ia pun mengambil semuanya tanpa menyisakannya sedikit pun. Ya Allah! Jika aku melakukan itu karena mengharapkan rida-Mu, maka bebaskan kami dari kondisi ini.” Lalu batu itupun bergeser, lalu mereka pun keluar dari goa tersebut. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Share:

Monday, March 14, 2022

Doa Nisfu Sya'ban untuk Amalan Pribadi dan Jamaah

Inilah Doa Nisfu Sya'ban untuk Amalan Pribadi dan Jamaah, JudulDoa Nisfu Sya'ban untuk Pribadi dan Jamaah, Kategori Amalan keagamaan, Tags: #nisfu_syaban, #sya'ban, #doa

Amalan Doa Nisfu Sya'ban untuk Pribadi dan Jamaah dibaca setiap selesai membaca surah Yasin di malam Nisfu Sya'ban.

Yasin pertama: Mohon panjang umur dan berkah utk beribadah kepada Allah.
Yasin kedua: Mohon rizki yg halal dan bermanfaat utk pribadi, keluarga, kerabat, dan yg memerlukan.
Yasin ketiga: Mohon tetap iman dan husnul khatimah.

Doa tersedia dalam bentuk tulisan, gambar, dan PDF utk disimpan di HP atau di download supaya mudah digunakan.

دعاء نصف شعبان المعظم
Download 1

Doa Nisfu Sya'ban untuk Amalan Pribadi dan Jamaah

اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يُمَنُّ عَلَيْه،ِ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ مَأْمَنَ اْلخَائِفِيْنَ.

اَللّٰهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتِتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ.

اِلٰهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ، أَسْألُكَ أنْ تَكْشِفَ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا أَعْلَمُ وَ مَا لَا أَعْلَمُ وَمَا اَنْتَ بِهٖ أعْلَمْ، إِنَّكَ أنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ. بِرَحْمَتِكَ يا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمْ. آمِيْنْ.
Cara bacanya:
ALLAAHUMMA YAA DZAL MANNI WALAA YUMANNU ALAIHI, YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM, YAA DZATH THAULI WAL IN 'AAM, LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ZHAHRAL LAAJIIN, WA JAARAL MUSTAJIIRIIN, WA AMAANAL KHAA IFIIN,

ALLAAHUMMA IN KUNTA KATABTANAA 'INDAKA FII UMMIL KITAABI SYAQIYYAN AW MAHRUUMAN AW MATHRUUDAN AW MUQTARRAN ALAYYA FIR RIZQI, FAMHULLAAHUMMA BI FADHLIKA SYAQAAWATII WA HIRMAANII WA THARDII WAQ TITAARI RIZQII WA ATS-BITNII 'INDAKA FII UMMIL KITAABI SA'IIDAN MARZUUQAN MUWAFFAQAN LIL KHAIRAAT.

FA INNAKA QULTA WA QAULUKAL HAQQU FII KITAABIKAL MUNAZZALI 'ALAA NABIYYIKAL MURSALI, YAMHULLAAHU MAA YASYAA U WA YUTSBITU, WA 'INDAHUU UMMUL KITAAB.

ILAAHII BITTAJALLIL A'ZHAMI FII LAILATIN NISHFI MIN SYAHRI SYAWAAL AL MUKARRAM ALLATII YUFRAQU FIIHAA KULLU AMRIN HAKIIM WA YUBRAM, ISHRIF 'ANNII MINAL BALAA I MAA A'LAMU WA MAA LAA A'LAM WA ANTA 'ALLAAMUL GHUYUUBI. BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAAHIMIIN. BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAAHIMIIN.

Artinya:

Ya Allah, Dzat Pemilik nikmat, bukan penerima nikmat. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai Dzat yang memiliki kekuasaan dan memberi kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau. Engkaulah penolong para pencari perlindungan, pelindung para pencari keselamatan, pemberi tempat aman bagi yang ketakutan.

Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan.

Sungguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab."

Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat diuraikan (dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, yang kuketahui dan tidak kuketahui, dan tentu Engkau lebih mengetahuinya. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala rahasia.

Dengan Rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin.

-----

Download 2

Doa Nisfu Sya'ban untuk Amalan Jamaah

اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ، ولا يُمَنُّ عَلَيْهِ، يا ذَا الْجَلالِ والإكْرَامِ، يا ذَا الطَّوْلِ والإنْعَامِ، لا إلَهَ إلاَّ أَنْتَ، ظَهْرُ اللاَّجِيْنَ، وجَارُ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وأَمَانُ الْخَائِفِيْنَ،

اَللَّهُمَّ إنْ كُنْتَ كَتَبْتَنَا عِنْدَكَ في أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا، أَوْ مَحْرُومًا، أَوْ مَطْرُوْدًا، أَوْ مُقَتَّراً عَلَيْنَا في الرِّزْقِ، فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتَنَا، وَحِرْمَانَنَا، وطَرْدَنَا، واقْتِتارَ رِزْقِنَا، وأَثْبِتْنَا عِنْدَكَ في أُمِّ الْكِتَاب سَعِيْدًا مَرْزُوقًا، مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فإنَّكَ قُلْتَ وقَوْلُكَ الْحَقُّ في كِتَابِكَ الْمُنَـزَّلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ، يَمْحُو اللهُ ما يَشَاءُ ويُثْبِتُ وعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَاب.

إلٰهَنَا بالتَّجَلِّي الأَعْظَمِ في لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِي يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ، ويُبْرَمُ. إِكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَء ما نَعْلَمُ ومَا لا نَعْلَمُ، وأَنْتَ بهِ أَعْلَمُ، إنَّكَ أَنْتَ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ، وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ. وصَلَّى اللهُ على سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِهِ وأَصْحَابهِ وسَلَّمَ. والْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Artinya:
Ya Allah, Dzat Pemilik Anugerah, bukan penerima anugerah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai Dzat yang memiliki kekuasaan dan memberi nikmat. Tiada Tuhan selain Engkau. Engkaulah penolong para pencari perlindungan, pelindung para pencari keselamatan, pemberi tempat aman bagi yang ketakutan.

Ya Allah, jika Engkau telah mencatat kami di sisi Engkau sebagai orang yang celaka atau terhalang (dari rahmat) atau tersingkir, atau disempitkan rezeki, maka hapuskanlah wahai Allah dengan anugrah-Mu ketetapan celaka kami, keterhalangan kami, ketersingkiran kami, dan kesempitan kami dalam hal rezeki.

Dan tetapkanlah kami di sisi Engkau, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan. Sungguh Engkau telah berfirman dan firman Engkau pastilah benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan melalui lisan nab utusan Engkau: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki. Dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab."

Wahai Tuhan kami, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat diuraikan (dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, kami memohon kepada Engkau agar dihindarkan dari bencana, baik yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui, serta yang Engkau lebih mengetahuinya. Engkaulah Yang Maha Luhur dan Maha Mulia. Dan Engkau Maha Mengetahui segala rahasia.

Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Download 3


(2 lembar)
Link:
https://drive.google.com/file/d/1lCdC57B9eZGwR1mWwHie07duOAWqgm_S/view?usp=sharing


Share: