Berbagi: khutbah, dalil, hukum, amalan, sosial, agama

yuqm.blogspot.com

  • Welcom to menu 1

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcom to menu 2

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcome to Menu 3

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

Tuesday, February 8, 2022

Khutbah: Mendamba Rumah Di Surga dengan Berakhlak Mulia

Kategori: Khutbah Jumat
Judul: Mendamba Rumah Di Surga dengan Berakhlak Mulia
Durasi: 8 menit +3
Tags: khutbah, rumah di surga, akhlak mulia, akhlakul karimah
Ilustrasi Gambar: Mendamba Rumah Di Surga dengan Berakhlak Mulia

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاَۗ ( الأحزاب: ٢١ )

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah ini kami berwasiat kepada diri kami dan seluruh jamaah, untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan upaya melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan semua keharaman.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Termasuk ke dalam bukti upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah adalah menjaga akhlak di dalam setiap perilaku sehari-hari. Maka pada Khutbah Jum'at kali ini, kami akan menyampaikan khutbah dengan tema: “Mendamba Rumah Di Surga dengan Berakhlak Mulia”.

Jamaah shalat Jum'at yang dirahmati Allah,
Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Kata akhlak merupakan jama’ dari kata: (خُلُقٌ) khuluqun yang mengandung arti: tabi’at (sifat sejak lahir), adat (sifat melalui latihan), dan watak (mencakup keduanya).

Imam Al-Ghazali mengartikan bahwa:

الْخُلُقُ عبَارَةٌ عَنْ هَيْئَة فِي النَّفْسِ رَاسخَةٌ عَنْهَا، تَصْدُرُ الْأَفْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ إلَى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi.

Jamaah shalat Jum'at yang dirahmati Allah,
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat manusia yang dibawa sejak lahir, diproses dengan latihan pembiasaan, dilakukan secara sadar, bersumber dari dorongan jiwa, dan terjadi secara spontan. Sifat itu bisa tampak berupa perbuatan baik, kemudian disebut akhlak mulia. Bisa juga tampak berupa perbuatan buruk, kemudian disebut akhlak tercela.

Sebagai orang Islam kita diperintah untuk berakhlak mulia sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

عنْ أبِي ذَزّ رضي الله عنه قال، قال رسولُ اللهِ صلعم: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Artinya:
“Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada. Ikutilah keburukan dengan kebaikan maka kebaikan itu akan menghapus keburukan. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang bagus.” (HR. At-Tirmidzi).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Secara global, penerapan akhlak cukup dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dari Al Quran atau mencontoh prilaku Rasulullah SAW. Hal ini sesuai dengan hadits beliau sebagaimana berikut:

عنْ عائشة رضي اللَّه عَنْهَا قَالَتْ: "كَانَ خُلُقُ نَبِيِّ اللَّه ﷺ الْقُرْآنَ" رواهُ مُسْلِم في جُمْلَةِ حدِيثٍ طويلٍ.
Artinya:
Dari Aisyah RA berkata bahwa akhlak Nabiyullah Muhammad SAW adalah Al Quran. (HR. Muslim dalam kalimat hadits yang panjang).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dan secara rinci, Akhlak mulia setidaknya ada tiga penerapan; 1. Berakhlak kepada Allah, 2. Berakhlak kepada sesama manusia, 3. Berakhlak kepada diri sendiri.

Contoh Akhlak mulia terhadap Allah diantaranya: bertakwa di dalam setiap keadaan, ikhlas di dalam beramal dan beribadah, bersyukur atas segala macam nikmat, bertawakkal setelah berusaha dan berdoa, berharap ketentuan yang disenangi Allah, merasa takut akan siksaan Allah, dan bertaubat atas perbuatan buruk yang pernah dilakukan.

Adapun contoh akhlak mulia terhadap sesama manusia diantaranya: saling menyayangi, saling menjaga hubungan baik, saling tolong menolong dalan kebaikan, saling memberi jika ada rezeki, saling menasehati, saling memaafkan, berkata benar, berprasangka baik, bersikap santun, tidak meremehkan orang lain, dan suka menepati janji.

Sedangkan contoh akhlak mulia terhadap diri sendiri diantaranya: menjaga kesucian dan kehormatan diri, rendah hati, jujur, amanah, tanggung jawab, senantiasa berharap kepada Allah, qana’ah atau menerima pemberian dari Allah, sabar atas berbagai ujian, dan tawakal dengan ketentuan Allah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kemulian akhlak seseorang akan dikenang sepanjang waktu, bahkan setelah ia wafat. Namun ada hal yang lebih penting dari pada itu yaitu derajat agung setara ahli puasa dan shalat malam. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
Artinya:
Dari Aisyah dari Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya dengan akhlak yang bagus, seseorang itu akan mendapatkan derajat ahli puasa dan shalat malam.” (HR. Ahmad No. 24361).

Kemudian di hadits lain disebutkan bahwa orang yang berakhlak mulia dijamin sebuah rumah di surga yang tinggi. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda::

وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
Artinya:
Dan dari Abu Umamah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku menjamin dengan suatu rumah di tepian syurga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia berhak, menjamin dengan rumah di tengah syurga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun bercanda, dan aku menjamin dengan rumah di puncak syurga bagi orang yang memperbagus akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dengan uraian singkat di atas, marilah kita berusaha memperbagus akhlak kita, baik akhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, dan kepada diri sendiri, sehingga kita mendapatkan derajat yang tinggi seperti yang dijanjikan dan dijaminkan oleh Rasulullah SAW dari Allah SWT. Selanjutnya, marilah kita berharap semoga Allah menutup akhir hayat kita kelak dalam keadaan husnul khuluq dan husnul khatimah. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ اِنْعَامِهِ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ . فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى . وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ اَجْمَعِيْنَ وَالْمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَات.ِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُخْلِصِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. فَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Share:

Thursday, January 13, 2022

Khutbah Jumat: Perintah dan Larangan Berobat Ketika Sakit

Judul: Perintah dan Larangan Berobat Ketika Sakit
Kategori: Khutbah Jumat
Durasi: 8 + 5 menit
Tags: #khutbah anjuran berobat #perintah dan larangan berobat ketika sakit #sabar ketika sakit 


Khutbah 1

اَلْحَمْدُ للهِ. وَاَلشُّكْرُ للهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٍ ابْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، فَاللّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى الله. وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ. قالَ اللهُ تَعالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا (الإسراء ٨٢)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!
Mengawali khutbah kali ini, kami berpesan kepada kami pribadi dan kita semua untuk senantiasa memelihara keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!
Di antara perintah Allah adalah mengikuti perintah Rasul, dan di antara perintah Rasul adalah berobat ketika sakit.

Allah SWT berfirman:

...ْۗ وَمَآ اٰتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

Artinya:
"... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarang Rasul bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. Al Hasyr , 7).

Ayat ini memberikan pengertian bahwa Allah mengajarkan prinsip dalam mengamalkan Islam, yakni: Apa yang datang dari Rasul, baik berupa perintah maupun anjuran dalam ibadah dan muamalah, maka harus diterima sebagai pedoman dalam ber-Islam. Dan sebaliknya, apa yang dilarang oleh Rasul, maka harus ditinggalkan. Karena di balik perintah dan larangan itu pasti ada hikmah yang sangat berharga bagi manusia, dunia akhirat.

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!
Mengenai perintah berobat ketika sakit, diantaranya sebagaimana diriwayatkan oleh 4 imam perawi hadits, bahwa Rasulullah SAW bersabada sebagai berikut:

عَنْ أُسَامَةَ بنِ شَرِيْكٍ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهٗ قَالَ: " تَدَاوُوْا يَا عِبَادَ اللهِ ، فَإِنَّ اللهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهٗ شِفَاءً ، إِلَّا دَاءً وَاحِدًا ، اَلْهَرَمَ " رواه الأربعة

Artinya:
Berobatlah hai para hamba Allah! Sungguh Allah SWT tidak menciptakan penyakit melainkan Allah ciptakan juga obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu tua.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah).

Hadits ini secara jelas menganjurkan agar kita berobat ketika sakit. Mengamalkannya adalah termasuk ibadah dan bernilai pahala sunnah, sebagaimana telah disampaikan oleh Imam Nawawi di dalam kitab Majmu’, Jilid V, halaman 106;

ومَنْ مَرِضَ اُسْتُحِبَّ له اَنْ يَصْبِرَ وَيُسْتَحَبُّ انْ يَتَدَاوَى

Artinya:
Barang siapa sakit, sunnah baginya untuk bersabar, dan sunnah pula ia berobat.

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!
Terkait pilihan bersabar ketika sakit, Imam Ahmad RA berkata bahwa tawakkal bagi orang yang sanggup melakukannya adalah lebih baik karena Nabi Muhamnad SAW bersabda:

يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِيْ سَبْعُوْنَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ ، قَالُوْا : مَنْ هُمْ يَارَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : هُمُ الَّذِيْنَ لَا يَسْتَرْقُوْنَ ، وَلَا يَتَطَيَّرُوْنَ ، وَلَا يَكْتَوُوْنَ ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ

Artinya:
Tujuh puluh ribu orang dari ummatku akan masuk surga tanpa hisab. Mereka (Para sahabat) berkata, ‘Siapa mereka wahai Rasûlullâh ?’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak bertathayyur (merasa sial dengan sesuatu), tidak melakukan kayy (berobat dengan besi panas), dan mereka bertawakkal kepada Rabb mereka. (HR. Al-Bukhâri dan Abu Dâwud).

Dalam riwayat lain Nabi Muhamnad SAW juga bersabda:

عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إذا مَرِض العَبد أو سافر كُتِب له مثلُ ما كان يعمل مُقيمًا صحيحًا

Artinya:
Jika seorang hamba sakit atau sedang bepergian, maka ditulis baginya pahala amalannya sebagaimana ketika ia sedang sehat dan tidak bepergian” (HR. Imam Al Bukhari & Abu Daud).

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!
Berobat adalah suatu bentuk ikhtiyar sekaligus pilihan bagi setiap orang. Akan tetapi hasil akhirnya akan kembali kepada izin/ketentuan Allah SWT. Hal ini bersesuaian dengan sabda Rasulullah SAW bersabda: berikut:

عن جابر بن عبد االله لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بـَرَأَ بِإِذْنِ االلهِ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya:
“Setiap penyakit ada obatnya. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim).

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!
Dalam berobat, ada juga batasan pelarangannya. Dan berobat yang dilarang adalah mengkonsunsi sesuatu dan atau menggunakan cara tertentu yang diharamkan. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

عَنِ ابنِ عبّاس رضي الله عنه قال، قال رسولُ اللهِ صلعم: الشِّفَاءُ فِيْ ثَلَاثَةٍ: فِيْ شَرْطَةِ مِحْجَمٍ اَوْ شُرْبَةِ عَسَلٍ اَوْ كيَّةٍ بِنَارٍ وَاَنْهٰى اُمَّتِيْ عَنِ الْكَيِّ

Artinya:
"Penyembuhan itu dengan tiga macam cara, yaitu melalui sayatan bekam, atau meminum madu, atau menyetrika dengan api; Tetapi Aku melarang umatku berobat memakai cara setrika." (HR. Al Bukhari).

Rasulullah SAW juga bersabda:

عَن أبِي الدرداء قال. قال رسول الله صلعم. إنَّ الله تعالى أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فتداوُوْا ولا تداوُوْا بالحَرام

Artinya:
“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta obatnya dan menjadikan setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian, dan janganlah kalian berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud).

Di dalam sebuah Atsar, Ibnu Mas’ud RA berkata:

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَكُمْ فِيمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ

Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan menjadikan kesembuhan bagi kalian yang di dalamnya terdapat sesuatu yang diharamkan atas kalian.” (HR. Bukhari).

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!
Mudah-mudahan dengan uraian singkat di atas, kita bisa menentukan sikap yang terbaik, bagaimana seharusnya mengobati sakit yang dialami kita atau keluarga dan kerabat kita. Selanjutnya kita berharap semoga Allah memberikan kesembuhan bagi mereka yang sakit dan menganugerahkan kepada mereka kesehatan yang prima, sehingga leluasa menunaikan ibadah dan normal menjalankan aktifitas sebagaimana mestinya. Aaamiiin.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ . يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah 2

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذيْ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Share:

Tuesday, December 14, 2021

Khutbah: Amal Shaleh Tangga Menuju Puncak Bahagia

Judul: Khutbah Amal Shaleh Tangga Menuju Puncak Bahagia
Kategori: Khutbah Jum'at
Durasi: 7 menit + 5 menit
Tags: #khutbah_jumat #amal_shaleh #menuju_bahagia #khutbah_singkat


Khutbah: Amal Shaleh Tangga Menuju Puncak Bahagia

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَـمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ . يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ. .


Hadirin, jamaah shalat Jum'at rahimalumullah,

Marilah kita selalu menjaga syukur kita kepada Allah atas limpahan nikmat zahir dan batin, khususnya nikmat iman dan Islam. Shalawat serta salam marilah sering-sering kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sembari berharap limpahan rahmat dari Allah SWT dan syafaat dari Rasulullah SAW.


Selanjutnya, marilah kita rawat iman dan Islam kita dengan upaya melakukan ketakwaan, yakni
melaksanakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Melaksanakan perintah-perintah Allah berarti berbuat amal shaleh, dan meninggalkan larangan-larangan Allah berarti menjalankan ketaatan. Berbuat Amal Shaleh karena taat, takwa, dan iman adalah Tangga Menuju Puncak Bahagia.

 

Hadirin, jamaah shalat Jum'at rahimalumullah,

Kebahagiaan adalah tujuan hidup rata-rata setiap orang. Dan semua orang berhak mencapai kebahagiaan itu, baik kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan di akhirat. Kiranya, untuk mencapai kebahagiaan di dunia sudah dimiliki oleh masing-masing individu sesuai kemampuannya di dalam berpikir, berdaya upaya dan berkarya. Namun untuk mencapai kebahagiaan di akhirat harus ditempuh melalui tatanan agama yang diatur di dalam syariat.


Allah SWT berfirman:

رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَٱعْبُدْهُ وَٱصْطَبِرْ لِعِبَٰدَتِهِۦ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُۥ سَمِيًّا

Artinya:
Artinya: Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribada
h kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (Surat Maryam Ayat 65)

 

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ طُوْبٰى لَهُمْ وَحُسْنُ مَاٰبٍ

Artinya:
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan (amal shaleh) mereka mendapat kebahagiaan dan sebaik-baiknya tempat kembali. (QS Ar Ra'd, 29).

Hadirin, jamaah shalat Jum'at rahimalumullah,

2 ayat tadi memberikan pengertian bahwa untuk mendapatkan kebahagian sejati harus ditempuh dengan berbuat amal-amal shaleh yang didasari keimanan, kesabaran, keteguhan, dan ketakwaan. Sehubungan dengan banyaknya perbuatan yang tergolong sebagai amal saleh, maka Allah SWT menjabarkannya di sejumlah ayat Al Quran, diantaranya terdapat pada Surah Al Furqan ayat 63 sampai 77. Pada ayat-ayat tersebut Allah SWT menyanjung orang-orang yg beramal shaleh sebagai "'ibaadur rahman", yakni hamba Dzat Yang Maha Pengasih, yang mana sifat-sifatnya ada 15, sbb:


1. Memiliki sifat rendah hati
2. Apabila ada orang menghina, mereka membalas dengan “Salam,”
3. Menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Allah
4. Senantiasa berdoa agar dijauhkan dari azab Jahanam
5. Membelanjakan harta secara wajar, tidak berlebihan dan tidak kikir
6. Tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain
7. Tidak membunuh orang yang diharamkan Allah
8. Tidak berzina
9. Senang bertaubat
10. Memperbanyak kebaikan
11. Tidak memberikan persaksian palsu
12. Apabila mereka bertemu dengan orang mengerjakan perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya
13. Apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Allah, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang tuli dan buta
14. Selalu berdoa:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kam dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
15. Kelak mereka diberi balasan yang tinggi (surga) atas kesabaran mereka, di sana mereka disambut dengan penghormatan dan salam. Mereka kekal di dalamnya.”


Hadirin, jamaah shalat Jum'at rahimalumullah,

Begitu banyak macam-macam amal shaleh yg bisa kita lakukan demi mencapai kebaikan dan kebahagiaam. Tapi hidayah dan taufiq dari Allah hanya dianugerahkan kepada orang-orang yg sungguh2 mendambakannya.

Maka marilah kita memohon kepada Allah supaya gemar beramal seperti amalannya orang shaleh sehingga digolongkan sebagai orang shaleh serta mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Aaamiiin.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم. مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedgkan ia dalam keadaan beriman, niscaya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An Nahl, 97)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah 2

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ َالْإِحْتِرَام،ِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْن رَبَّنَاَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَ الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ . عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْ
كُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Share:

Tuesday, December 7, 2021

Hukum Makmum Menjawab Surah Al A'laa yang Dibaca Imam


Inilah Hukum Makmum Menjawab Surah Al A'laa yang Dibaca Imam, Judul Hukum Makmum Menjawab Surah Al A'laa atas bacaan Imam, Kategori Hukum agama, Amalan keagamaan, Tags: surah_al_a'laa

Hukum Makmum Menjawab Surah Al A'laa yang Dibaca Imam

Dalam shalat berjamaah, khususnya yg jahriyah, baik di dalam shalat fardhu maktubah ataupun shalat Jum'at sering dijumpai imam membaca Surah Al A'la; Yaitu surah yg diawali: sabbihisma robbikal a'laa dan diakhiri: shuhufi ibroohiima wamuusaa.

Pada awal dan akhir surah tersebut sering dijumpai juga ada makmum yg membaca dzikir tertentu dan ada pula yg tidak membaca apa2. Keadaan ini tak pelak menimbulkan tanda tanya bagi makmum lain yg belum mengetahui dzikir apa yg dibaca hatta bagaimana hukum membaca dzikir di saat itu.

Melalui tulisan ini, admin akan mencoba meniadakan tanda tanya di benak makmum sebagaimana di atas, dengan ulasan singkat tapi padat beserta dalil pendukungnya. Diharapkan, dalil pendukung ini cukup dijadikan landasan pengamalan bacaan dzikir ketika makmum mendengar imam membaca awal dan akhir surah Al A'laa.

Memang sejatinya, menyimak dan menghayati bacaan imam dengan khusyu itu sudah cukup bagi makmum. Tetapi apabila makmum ingin mendapatkan keutamaan lebih dari shalat berjamaah maka perlu memanfaatkan peluang lain. Misalnya sebagaimana pada tema ini atau sebagaimana terdapat pada judul sebelum ini.

Pernah diulas sebelumnya, bahwa ketika makmum mendengar imam membaca ayat yang berkaitan dengan azab, maka makmum meminta perlindungan. Saat mendengar ayat tentang rahmat, maka makmum memohon karunia, dll.

Lalu dzikir apa yg perlu dibaca makmum ketika mendengar ayat pertama surah Al A'laa? Jawabannya sebagaimana hadits berikut:

عن ابن عباس أن النبي كان إذا قرأ سبح إسم ربك الأعلى قال سبحان ربي الأعلى ( رواه أحمد وأبو داود )

Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa Nabi s.a.w apabila membaca: sabbihisma robbikal a'laa, beliau mengikuti dengan bacaan: subhaana robbiyal a'laa. (HR. Ahmad & Abu Daud)

Maka membaca: subhaana robbiyal a'laa setelah ayat pertama Surah Al A'la dihukumi sunnah, baik bagi orang yg shalat sendiri, imam maupun makmum.

Kemudian apa yg dibaca makmum ketika mendengar imam membaca ayat terakhir surah Al A'laa? Setelah imam selesai membaca surat al-A'laa, maka makmum membaca: " 'alaihimas salaam. "

Dan bagaimana hukum membaca bacaan tersebut? Jawabannya sebagaimana qaul Imam Asy Syafi'i berikut ini:

وقال الشافعية : إذا قال : صدق اللَّه العظيم عند سماع آية ، أو قال : لا حول ولا قوة إلا بالله عند سماع خبر سوء فإن صلاته لا تبطل به مطلقا ، إذ ليس فيه .سوى الثناء على اللَّه تعالى ، وإذا سمع المأموم إمامه يقول " إياك نعبد وإياك نستعين " فقال المأموم مثله محاكاة له ، أو قال : استعنا باللَّه ، أو نستعين باللَّه ، بطلت صلاته إن لم يقصد تلاوة ولا دعاء ، وإلا بأن قصد التلاوة أو الدعاء فلا تبطل ، والإتيان بها بدعة منهى عنها .

Imam Asy Syafi'i berkata: Jika makmum mengatakan: "shodaqolloohul 'azhiim" ketika selesai mendengar ayat, atau dia mengatakan: "laa hawla walaa quwwata illaa billaah" ketika mendengar ayat tentang keburukan, maka shalat makmum tidak batal karena bacaan itu secara mutlak, karena maksud dari bacaan itu utk tilawah atau memuji Allah s.w.t atau berdoa kepada-Nya. Tetapi jika makmum membaca bacaan itu dgn maksud menjawab imam atau dgn maksud lain selain ketentuan, maka shalat makmum tersebut batal. Dan bacaan di luar ketentuan termasuk bid'ah yg dilarang. (Fataawaa Al-Azhaar IX 24)

Demikian ulasan singkat tentang Hukum Makmum Menjawab Surah Al A'laa yang Dibaca Imam ini, semoga bermanfaat.

Share:

Thursday, November 18, 2021

Khutbah - Perbedaan Peranan Manusia Adalah Rahmat

Kategori: Khutbah Jum'at (singkat)
Judul : Perbedaan Peranan Manusia Adalah Rahmat Bagi Semesta.
Durasi: 8 menit.
Tags: #khutbah_jumat_singkat


Khutbah pertama

اَلْحَمْدُ للهِ . وَاَلشُّكْرُ للهِ . وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ يٰقَوْمِ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْ اِنِّيْ عَامِلٌ ۚفَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ

(الزمــر، ٣٩)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!
Mengawali khutbah di siang hari ini, kami berpesan kepada kami pribadi dan jamaah Jum'at semua agar senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhkan diri dari segala larangannya-Nya.

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!
Jalur peningkatan ketakwaan dan keimanan dapat ditempuh dengan upaya memperbanyak amal kebaikan melalui bidang pekerjaan kita sehari-hari. Oleh karena itu, pada kesempatan yang penuh berkah ini, kami akan menyampaikan khutbah tentang: Perbedaan Peranan Manusia Adalah Rahmat Bagi Semesta.

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!

Allah SWT berfirman sebagaimana termaktub di dalam Al Quran:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
اَهُمْ يَقْسِمُوْنَ رَحْمَتَ رَبِّكَۗ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيْشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗوَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

Artinya:
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mengambil manfaat dari sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Az-Zukhruf, 32).

Ayat tersebut memberikan pengertian setidaknya 3 hal:

Pertama:

Allah yang membagikan rahmat kepada manusia dan Allah pula lah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia sesuai dengan ketentuan dan hukum-hukum yang telah Allah tetapkan.

Kedua:

Allah meninggikan derajat sebagian manusia dalam kedudukan, harta, ilmu, kekuatan dan jabatan di atas sebagian yang lain, agar manusia dapat saling membantu dan menolong dalam pemenuhan kebutuhan hidup.

Ketiga:

Rahmat Allah yang dilimpahkan kepada Nabi Muhammad berupa kenabian dan kerasulan lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan, baik berupa kekayaan yang melimpah, kekuasaan yang tinggi. dan kesenangan duniawi lain yang ada di tangan mereka.

Kemudian di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Imam Qatadah menambahkan pengertian tentang makna ayat 'agar sebagian dari mereka dapat memberi manfaat kepada sebagian yang lain' itu maksudnya adalah di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. Hal ini karena yang lemah memerlukan yang kuat dan begitu pula sebaliknya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa peranan masing-masing orang di dalam kehidupan ini merupakan ketentuan sekaligus rahmat dari-Nya. Karena dengan peranan yang berbeda-beda maka manusia saling berinteraksi satu sama lain.

Orang lemah memerlukan orang kuat, begitu pula sebaliknya. Orang miskin memerlukan orang kaya, begitu pula sebaliknya. Orang bodoh memerlukan orang alim, begitu pula sebaliknya. Bawahan memerlukan pimpinan, begitu pula sebaliknya. Anak buah memerlukan pemimpin, begitu pula sebaliknya. Rakyat memerlukan pejabat, begitu pula sebaliknya. Dan seterusnya.

Saling ketergantungan antar manusia menunjukkan bahwa manusia tidak berdaya hidup tanpa dukungan yang lain. Tapi di sisi lain, saling ketergantungan antar manusia adalah rahmat berupa kesempatan untuk saling membantu dan menebar manfaat seluas-luasnya kepada seluruh alam, sesuai bidang pekerjaan masing-masing.

Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ جَابِرٍ رضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رجَسُوْلُ االهِ ﷺ:خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ (رواه أحمد والطبراني والدارقطني)
Artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”. (Hadits Riwayat: Imm Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruqutni)

Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ

Artinya:
“… dan barangsiapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah (akan senantiasa) membantu keperluannya.” (HR. Bukhari - Muslim) dalam Shahih Bukhari, juz III, hal. 168, hadits no. 2.442 dan Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 18, hadits no. 6.743 dari Abdullah bin Umar RA.

Dengan uraian di atas, marilah kita mensyukuri peranan kita sebagai rahmat karunia dari Allah serta melaksanakannya sebagai bidang pekerjaan yang diminati, sembari menebar sebanyak-banyak manfaat kepada orang lain, dalam rangka menjalankan ketakwaan kepada Allah SWT.

Selanjutnya kita berharap semoga Allah mencatat pekerjaan kita sebagai ibadah, mengganti jerih payah kita dengan pahala melimpah, membalas kemanfaatan kita kepada orang lain dengan terkabulnya hajat, dan memberkahi hidup kita dunia akhirat. Aaamiiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمِا فِيْهِ مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِالحَكِيْمٍ، وتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَه إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.

Khutbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ َالْإِحْتِرَام،ِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْن رَبَّنَاَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَ الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ . عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْ
كُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Share:

Friday, October 22, 2021

Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Judul: Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Label: Dalil Agama
Tags: #dalil #sunnah #bid'ah #maulid



Video Maulid Nabi

Sebelum dikemukakan dalil tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, akan dikemukakan terlebih dahulu pengertian dan sejarahnya, supaya tulisan ini dapat menjadi sumbangan referensi ilmu, khususnya tentang kegiatan keagamaan di tengah-tengah masyarakat.

| Pengertian Maulid Nabi


Kata "maulid" berasal dari bahasa Arab: مولد (mawlidun) artinya: Tempat / waktu lahir. Padanan katanya adalah: مبلاد (miilaadun). Pengertian "Maulid Nabi" adalah: Hari lahir atau kelahiran Nabi. Maksud "Maulid Nabi" adalah: Perayaan atau Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW,

Perayaan Maulid Nabi dilaksanakan serentak sesuai kalender pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriyah. Tetapi Perayaan atau Peringatan Maulid Nabi secara personal atau kelompok dilaksanakan sepanjang bulan Rabiul Awal setiap tahun.

Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansial, peringatan ini dilaksanan sebagai ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

| Sejarah Maulid Nabi

Mayoritas ahli sejarah, seperti: Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi, Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Katsir, dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar.

Sultan Al-Muzhaffar (549-630 H. / 1154-1233 M.) adalah seorang raja yang mujahid, berilmu dan bertakwa. Beliau adalah penguasa Irbil, salah satu wilayah di Irak.

Dijelaskan oleh Sibth, cucu Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dari berbagai kalangan, termasuk ulama dari berbagai disiplin ilmu. Tiga hari sebelum hari pelaksanaan peringatan Maulid Nabi tersebut, beliau telah melakukan segala macam persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan pada perayaan Maulid Nabi tersebut.

Namun demikian masih terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa orang pertama mengadakan Peringatan Maulid Nabi adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138 - 4 Maret 1193). Beliau adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr.

Dikisahkan bahwa Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang mulai padam. Pada perayaan tersebut kembali diserukan untuk membangkitkan semangat berjihad dalam membela Islam. Masa itu disebut Masa Perang Salib sebagai sebutan bagi perang agama di Asia Barat dan Eropa antara abad ke-11 sampai abad ke-17 Masehi).

| Dalil Maulid Nabi

Dalil 1
Allah SWT berfirman:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى ٱسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ قَالُوا۟ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS. Ash-Shaf, ayat 6).

Ayat ini diambil sebagai dalil peringatan maulid Nabi Muhammad SAW karena Nabi Isa AS menyampaikan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang akan datang sesudahnya. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW tentu harus lebih bergembira lagi dengan kelahiran beliau karena sebagai rahmat semesta alam.

Dalil 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ (رواه مسلم وغيره

Artinya:
Barangsiapa merintis perkara baru yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa berkurang pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim dan lainnya).

Hadits ini diambil sebagai dalil peringatan maulid Nabi karena perkara baru ini tidak ada pada masa Nabi tetapi termasuk perkara baik dan sesuai (tidak menyalahi) hadits lain.

Al Hafizh As-Suyuthi ketika ditanya tentang peringatan Maulid Nabi, beliau menjawab:

أَصْلُ عَمَلِ الْمَوِلِدِ الَّذِيْ هُوَ اجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ القُرْءَانِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ وَمَا وَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ، ثُمَّ يُمَدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذلِكَ هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ

“Pada dasarnya, peringatan Maulid Nabi berupa berkumpulnya orang membaca Al-Qur`an, meriwayatkan hadits-hadits tentang sejarah Nabi dan tanda-tanda yang mengiringi kelahirannya, kemudian disajikan hidangan lalu dimakan dan bubar setelahnya tanpa ada tambahan-tambahan lain, adalah termasuk bid’ah hasanah (perkara yang baik, meskipun tidak pernah dilakukan pada masa Nabi). Pelakunya akan memperoleh pahala, karena itu merupakan perbuatan mengagungkan Nabi dan menampakkan rasa gembira dan suka cita terhadap kelahiran Nabi yang mulia” (Disebutkan dalam kitab Husnul Maqshid fi ‘Amalil Maulid).

Dalil 3
Abdullah bin Mas’ud RA berkata:

مَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ قَبِيْحًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ قَبِيْحٌ (قال الحافظ ابن حجر: هذا موقوفٌ حسَنٌ)

“Sesuatu yang dinilai dan disepakati sebagai perkara yang baik oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah baik, dan sesuatu yang dinilai dan disepakati sebagai perkara buruk oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah buruk” (Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini adalah hadits mauquf yang hasan”).

Hadits ini diambil sebagai dalil peringatan maulid Nabi Muhammad SAW karena ulama dari berbagai disiplin ilmu yang hadir pada peringatan maulid Nabi yang pertama kali diadakan Sultan Al-Muzhaffar, mereka menilai baik bahkan memujinya dan tidak mengingkarinya.

Para ulama sepeninggal raja al-Muzhaffar juga tidak ada yang mengingkari peringatan maulid. Diantaranya yaitu: Al-Hafizh Ibnu Dihyah, Al-Hafizh Al-‘Iraqi, Al-Hafizh Ibnu Hajar, Al-Hafizh As-Suyuthi dan lainnya.

Hingga kemudian pada sekitar abad ke-18, muncul sekelompok orang yang mengingkari peringatan Maulid Nabi dengan keras. Mereka mengingkari suatu kegiatan yang dinilai baik oleh ummat Islam dari masa ke masa selama berabad-abad.

Mereka menganggap bahwa Peringatan Maulid adalah bid’ah sesat. Mereka berdalih dengan sebuah hadits yang mereka tempatkan tidak pada tempatnya, yakni hadits:

كُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ. وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ. وكُلُّ ضَلَالَةٍ فِى النَّارِ

Artinya:
Semua perkara baru (yang tidak pernah dilakukan pada masa Nabi) adalah bid’ah. Semua bid'ah adalah sesat. Semua kesesatan adalah di neraka.

Hadits ini memang shahih. Akan tetapi maksudnya bukan seperti anggapan atau doktrin mereka. Para ulama menjelaskan maksud hadits tersebut adalah bahwa setiap perkara baru di dalam agama yang dilakukan sepeninggal Nabi SAW adalah bid’ah. Semua pelaku bid'ah yang sesat akan diganjar dengan neraka. Sebaliknya, semua pelaku bid'ah yang tidak sesat akan diganjar dengan surga.

Jadi kata “كُلُّ” dalam hadits tersebut maknanya bukanlah “semua tanpa terkecuali”, tapi “al aghlabi” (sebagian besar) atau "al ba'dhi" (sebagian dari keseluruhan). Struktur kalimat ini selevel dengan firman Allah dalam ayat tentang angin yang menjadi ‘adzab bagi kaum ‘Ad:

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍۢ بِاَمْرِ رَبِّهَا (سورة الأحقاف: ٢٥
Artinya:
Angin itu menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya. (QS al-Ahqaf: 25).

Pada ayat di atas juga terdapat kata “كُلُّ”. Tapi kenyataannya, angin tersebut tidak menghancurkan segala sesuatu. Tidak menghancurkan langit, bumi dan semua makhluk. Angin tersebut hanya menghancurkan kaum ‘Ad dan harta benda mereka. Allah menggunakan kata: “كُلُّ”, tapi yang dimaksud adalah “sebagian” bukan semua atau segala.

Oleh karenanya, Imam asy-Syafi’i RA berpandangan:

اَلْبِدْعَةُ بِدْعَتَانِ مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ، فَمَا وَافَقَ السُّنَّةَ فَهُوَ مَحْمُوْدٌ وَمَا خَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمٌ” (رواه عنه الإمام البيهقي وغيره

Artinya:
Bid’ah itu ada dua macam: Bid’ah Mahmudah (terpuji) dan Bid’ah Madzmumah (tercela), jadi bid’ah yang sesuai dengan sunnah adalah terpuji dan bid’ah yang menyalahi sunnah adalah tercela.”
(Perkataan Imam asy-Syafi’i ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan lainnya).

Adapun yang biasanya dilakukan pada saat perayaan Maulid Nabi adalah hal-hal yang disyariatkan dan dianjurkan untuk dikerjakan, misalnya: bersilatur rahim, bersosial, bermasyarakat, bersedekah uang atau makanan, berdzikir bersama, membaca Al-Qur’an, membaca shalawat berjamaah, melantunkan puji-pujian kepada Rasulullah SAW, mengaji sejarah hidup Rasulullah, dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Semua itu adalah kebaikan-kebaikan yang dianjurkan di dalam Al-Qur’an dan Al Hadits. Apakah hal-hal yang jika dikerjakan sendiri-sendiri adalah kebaikan, kemudian jika dikerjakan berjamaah dalam satu rangkaian kegiatan yang diberi nama “Peringatan Maulid Nabi”, divonis menjadi kesesatan dan bid’ah yang menjerumuskan ke neraka? Aneh! Ajaran macam apa ini? Kok ngaku Ahlussunnah Waljamaah? Tapi kok terkesan anti berjamaah? Mau menolong agama atau mau nyolong agama? Ini betul-betul fitnah akhir zaman.

Oleh karena itu kalau kita memang awam maka jalan yang terbaik adalah mengikuti ulama terdahulu saja yang kapasitas serta kapabilitas ilmunya nyata-nyata dapat dipertanggungjawabkan, daripada mengikuti 'ulama-ulama'an' yang belum teruji kemampuan ilmunya dan cenderung meresahkan atau bahkan mengacaukan umat beragama.

Demikian uraian tentang Dalil Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita, anak cucu kita, keluarga kita dan orang2 yang berada dalam tanggungan amanah kita, serta tidak terhasud oleh pemahaman yang salah sebagai fitnah akhir zaman. Amin Ya Robbal 'Alamin.

Share:

Thursday, October 21, 2021

Khutbah Jumat: Melestarikan Peringatan Maulid Nabi

Judul: Melestarikan Peringatan Maulid Nabi 
Kategori: Khutbah Jumat 
Durasi: 6 menit



Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى ٱسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ قَالُوا۟ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh berkah ini, kami berwasiat kepada diri kami pribadi dan kita semua untuk terus berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melakukan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Saat ini kita berada di bulan yang mulia, karena di bulan ini terdapat moment mulia yaitu hari kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada tanggal 12 bulan Rabiul Awal. Pada bulan kelahiran Nabi ini kaum muslimin di penjuru dunia semarak memperingati maulid Nabi Muhammad SAW sebagai hari besar Islam atau sebagai kegiatan rutin menggalang pahala ibadah secara berjamaah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Peringatan maulid Nabi pertama kali dilakukan di awal abad ke enam hijriyah oleh Sultan Al-Muzhaffar (549-630 H. / 1154-1233 M.). Beliau adalah seorang raja yang mujahid, berilmu dan bertakwa. Beliau adalah penguasa Irbil, salah satu wilayah di Irak.

Dijelaskan oleh Sibth, cucu Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dari berbagai kalangan, termasuk ulama dari berbagai disiplin ilmu. Tiga hari sebelum hari pelaksanaan peringatan Maulid Nabi tersebut, beliau telah melakukan segala macam persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan pada perayaan Maulid Nabi tersebut. Seluruh hadirin sangat antusias dan senang mengikuti acara peringatan Maulid Nabi yang digelar pertama kali di dalam catatan sejarah peradaban Islam tersebut.

Sejak saat itulah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW terus digalakkan sampai sekarang. Gagasan Sultan Al-Muzhaffar ini memang perlu diapresiasi karena berkaitan erat dengan sabda Rasulullah SAW sebagaimana berikut:

:قال رسول الله صلعم
مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ (رواه مسلم وغيره


Artinya:
Barangsiapa merintis perkara baru yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan setelahnya tidak kurang dari pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim dan lainnya)

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sangat identik dengan pengajian, baik terbuka maupun tertutup. Hal ini dimanfaatkan para ulama dan muballigh untuk mengingatkan pada kebaikan, merekatkan persaudaraan, menjalin ukhuwah islamiyah, serta menjaga perdamaian.

Kegiatan ini bersesuaian dengan firman Allah SWT dalam Al Qur'an sebagai berikut:

۞ لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

Artinya:
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.
(QS An-Nisaa' ayat 114)

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,
Dalam kegiatan peringatan Maulid Nabi juga tidak terlepas dari shalawat berjamaah. Variasi judul dan irama shalawat sangat beragam. Namun isi shalawat terbingkai dalam nuansa sejarah kehidupan Rasulullah, pujian atas kemulian jiwa dan akhlak beliau, anjuran mengikuti sunnah beliau, hingga harapan mendapat syafaat beliau di akhirat kelak.

Hal ini sangat sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur'an sebagai betikut:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Artinya:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-malaikat-Nya bershalawat atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu atas Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
(QS Al Ahzab, ayat 56)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Berdasarkan keterangan di atas, maka kegiatan peringatan Maulid Nabi perlu kita lestarikan, baik sebagai Hari Besar Islam, atau kegiatan tahunan, atau budaya reliji, atau format kebaikan lain dengan nuansa serupa.

Dengan ini pula, marilah kita lebih banyak lagi bershalawat dan lebih semangat lagi memperingati maulid Nabi agar keberadaannya tetap lestari dan dilestarikan oleh anak cucu keturunan kita nantinya. Akhirnya kita berharap semoga Allah merahmati kita, meridhoi langkah2 kita, dan menggolongkan kita sebagai ahli surga, berkat kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Aamiiin.

Demikianlah khutbah singkat ini kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
 
Khutbah 2

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ َالْإِحْتِرَام،ِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْن رَبَّنَاَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَ الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ . عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْ
كُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Share: