Berbagi: khutbah, dalil, hukum, amalan, sosial, agama

yuqm.blogspot.com

  • Welcom to menu 1

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcom to menu 2

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcome to Menu 3

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

Sunday, April 18, 2021

Amalan Dzikir Plus Doa Setelah Sholat Tarawih dan Witir


Inilah Dzikir dan Doa Setelah Sholat Tarawih dan Witir yg umun dibaca oleh penganut Ahlus Sunnah Waljamaah. Bacaannya disertai artinya. Semoga hal ini bisa membawa kepada kekhusyu'an.

♡ Doa Sholat Tarawih

Doa ini dibaca setelah salam kesepuluh bagi yg shalat tarawih 20 rokaat, dan dibaca setelah salam keempat bagi yg shalat tarawih 8 rokaat. Doanya sbb:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِاْلإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِفَرَائِضِكَ مُؤَدِّيْنَ، وَعَلَى الصَّلَوَاتِ مُحَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَبِالنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَفِى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرَةِ الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفَّيْنِ شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. وَحَسُنَ أُولۤئِكَ رَفِيْقًا. ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ. وَكَفٰى بِاللهِ عَلِيْمًا. اللهُمَّ اجْعَلْنَا فِىْ هٰذِهِ اللَّيْلَةِ اشَّريْفَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُولِيْنَ. وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْأَشْقِيَاءِ المَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَز

Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang beriman sempurna, yang memenuhi kewajiban- kewajiban, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mendamba apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk, yang berpaling dari kesia-siaan, yang zuhud pada dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan ketentuan (qidho'), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berjalan di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan pakaian-pakaian sutra, yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni, dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, orang-orang jujur, para syuhada' dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah anugerah keutamaan dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami berkat malam yang mulia dan berberkah ini termasuk orang-orang yang bahagia dan amal diterima, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan amal ditolak. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

♡ Dzikir Setelah Shalat Witir

Dzikir ini dibaca setelah pelaksanaan shalat Tarawih dan Witir selesai sempurna. Dzikirnya sbb:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ (×٣)
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوحِ (×٣)

Artinya:
“Maha suci Tuhan Yang Maha Raja lagi Maha Suci (3x).
Maha Suci lagi Maha Suci Tuhan Kami, Tuhan para Malaikat, dan ruh (Malaikat jibril)”(3x).

لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ (×١١)

Artinya:
Tiada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sungguh aku termasuk orang zholim.

* Setelah itu biasanya dilanjutkan dengan membaca doa Witir.

♡ Doa Setelah Shalat Witir

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا، وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللَّهُ، يَا اَللَّهُ، يَا اَللَّهُ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Artinya:
“Ya Allah! Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang tetap, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyu’, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, kami memohon kepada-Mu kesehatan yang sempurna, kami memohon kepada-Mu syukur atas kesehatan, dan kami memohon kepada-Mu tidak berharap kepada manusia. Wahai Allah, Tuhan kami! Terimalah dari kami; shalat kami, puasa kami, shalat malam kami, kekhusyu’an kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, Sempurnakanlah kekurangan kami, wahai Allah (3×). Wahai Dzat Yang Maha Penyayang. Semoga rahmat Allah tercurahkan kepada sebaik-baik makhluk-Nya, Muhammad, keluarga dan sahabatnya semua, dan segala puji milik Allah, Tuhan semesta alam.”

* Setelah itu biasanya dilanjutkan dengan membaca dzikir lanjutan;

أَشْهَدُ أَنْ لآَ إِلَهَ إِلاَّ اللهْ أَسْتَغْفِرُ اللهَ.
نَسْأَلُكَ رِضَاكَ و الْجَنَّةَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ ِ (×٣)

Artinya:
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah. Aku memohon ampun kepada-Nya.
Kami memohon kepadaMu ridhomu dan surga, dan kami berlindung kepadaMu dari murka-Mu dan siksa neraka (3x).

اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفَوٌّ كَرِيمْ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا (×٣) يَا كَرِيمَ
Artinya:
Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maka maafkanlah kami (3x) wahai Dzat Yang Maha Mulia.

* Setelah itu biasanya membaca Niat Puasa dan rangkaian dzikir ditutup dengan shalawat.

Share:

Saturday, April 17, 2021

Bacaan Nida' atau Seruan Shalat Tarawih dan Arti Amalan

Inilah Bacaan Nida' atau Seruan Shalat Tarawih dan Arti Amalan, Judul Bacaan Nida' atau Seruan Shalat Tarawih dan Artinya, Kategori: Amalan Keagamaan, Tags: #nida' #shalat #tarawih #witir #ramadhan
Share:

Thursday, April 15, 2021

Khutbah Jumat: Hikmah Ramadhan

Judul: Hikmah Ramadhan

Kategori: Khutbah Jumat

Durasi: 7-10 menit 


Khutbah I

   اَلْحَمْدُ للّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكَا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ .الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ .كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullah,

Marilah kita selalu menjaga takwa kepada Allah di manapun kita berada dengan senantiasa merasa diawasi oleh Allah. Dan marilah kita senantiasa takut akan adzab Allah, dengan bersungguh-sungguh menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Karena inilah esensi dari ketakwaan. Sedangkan meninggalkan perintah-perintah-Nya dan menjalankan larangan-larangan-Nya adalah suatu kemungkaran yang berindikasi bahwa kita tidak takut akan azab Allah. Wal'iyaadzu billaah.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Tak terasa saat ini kita telah berada pada Jumat pertama di bulan Ramadhan. Bulan mulia ini adalah satu-satunya bulan dalam sistem penanggalan Hijriyah yang disebut dalam Al-Qur’an. Kemulian bulan ini disebut secara khusus karena di dalamnya terdapat hikmah dan keistimewaan khusus yang tak didapat pada bulan-bulan lainnya.


Adapun keistimewaan yang pertama ialah:

Kewajiaban untuk menjalankan ibadah puasa.

Perintah kewajiaban menjalankan ibadah puasa Ramadhan ini semata-mata untuk menyaring kualitas keimanan orang Islam, apakah keimanannya terpanggil untuk menjalankan ibadah puasa atau tidak. Bagi orang Islam yang tulus ikhlas menjalankannya maka ia akan mendapatkan derajat takwa di sisi Allah dan disebut sebagai Muttaqin.

Hal ini tercantum dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 183;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.".

Kemudian di ayat selanjutnya, Allah SWT memberikan keringanan boleh tidak berpuasa bagi orang yang sedang sakit, atau sedang haidh, atau sedang dalam perjalanan jauh dengan tujuan baik. Akan tetapi mereka wajib mengqodho atau mengganti puasa yang ditinggalkan itu di luar bulan Ramadhan.

Hal ini tercantum dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 184;

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang tidak mampu menjalankannya agar membayar fidyah, (yaitu): memberikan makan bagi seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.".


Adapun keistimewaan yang kedua ialah:

Kesempatan untuk menghapus dosa-dosa.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Bulan Ramadhan adalah bulan penebusan dosa-dosa. Maka apabila seseorang betul-betul menjalankan ibadah puasa karena iman dan semata-mata mengharap keridhaan Allah, niscaya ibadah puasanya itu akan menjadi penebusan atas dosa-dosa yang telah diperbuat di masa lalu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Melipatgandakan pahala; Lebih-lebih di bulan Ramadhan ini.  

Dalam hal ini Rasulullah s.a.w bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

"Sholat lima waktu, antara sholat Jum'at ke Sholat Jum'at dan Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa diantara keduanya, jika dijauhinya dosa-dosa besar,". ( HR. Muslim)


Adapun keistimewaan yang ketiga ialah:

Terbukanya jalan-jalan kemudahan.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Bulan Ramadhan adalah bulan berkah. Di dalamnya terdapat kemudahan- kemudahan. Maka orang-orang yang bertekad menempuh jalan-jaln kebaikan, niscaya Allah memudahkannya karena penghalang-penghalang kebaikan sedang dikerdilkan.

Dalam hal ini Rasulullah s.a.w bersabda:

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ. اِفْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ, يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ, وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ, فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan  ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar telah terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)." (HR. Imam Ahmad)

Adapun keistimewaan yang keempat ialah:

Terbukanya pintu-pintu keberkahan.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Di dalamnya terdapat keberkahan-keberkahan. Maka amal ibadah apapun yang dilakukan di bulan Ramadhan akan dibalas dengan pahala sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Dan pahala puasa lebih Allah istimewakan lagi.

Dalam hal ini Rasulullah s.a.w menyampaikan Firman Allah SWT dalam sebuah hadits qudsi:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

"Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, "Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwatnya dan makannya karena-Ku." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. )

Inilah Khutbah singkat tentang Hikmah dan Keistimewaan Ramadhan yang dapat kami sampaikan. Mudah-mudahan khutbah ini dapat memotivasi kita menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, dan dapat menghiasi hari-hari kita dengan amalan-amalan sunnah Ramadhaniyah, seperti: shalat tarawih, sahur, membaca Al Qur’an, infak, sedekah, dan sebagainya.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

   اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Share:

Tuesday, April 13, 2021

Bahasan Singkat Tentang Ilmu dan Amalan Tasawuf

Inilah Bahasan Singkat Tentang Ilmu dan Amalan Tasawuf, Judul: Bahasan Singkat Tentang Ilmu dan Amalan Tasawuf, Kategori Amalan Keagamaan Sosial Kemasyarakatan, Tags: #ilmu_tasawuf #sufi #amalan_sufi #dzikir_sufi
Share:

Tuesday, March 23, 2021

MINTA BAROKAH ULAMA, AMALAN SUNNAH ATAU SYIRIK?

MINTA BAROKAH ULAMA, AMALAN SUNNAH ATAU SYIRIK, BEGINI PENJELASANNYA

MINTA BAROKAH ULAMA, AMALAN SUNNAH ATAU SYIRIK?


Minta barokah (baca:berkah) dari ulama masih sering menjadi perdebatan antar jamaah madzhab tertentu dengan lainnya. Kendati hal ini merupakan masalah khilafiyah sejak dulu kala, akan tetapi tetap saja ada yg suka 'usil' mensyirikkan orang lain yg meyakininya sebagai amalan sunnah.


Entahlah, apa tujuan dibalik keusilan mereka? Tidakkah sama antara usil dengan menggoda? Tidakkah sifat menggoda itu ciri khasnya syaitan? Entahlah! Namun yg jelas, apapun yg kita amalkan akan sah secara syariat apabila berdasarkan dalil yg dinilai shahih oleh ulama' fiqih. Selanjutnya mengenai diterima atau ditolaknya amalan, keduanya adalah hak mutlak Allah swt., bukan hak orang yg menilai. Karena, orang yg memberi penilaian terhadap amalan orang lain tak kan pernah punya hak memberi pahala kepada dirinya sendiri, apalagi kepada orang yg dinilainya.


Demi mengembalikan keyakinan atau memantapkan niat meminta barokah dari ulama atau orang alim, atau orang shaleh, maka mari kita cermati baik-baik sejumlah dalil tentang tabarruk sekaligus tawasul berikut ini:


Dalil Al Quran:

Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surah An Nisaa' ayat: 64


ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﺇِﺫْ ﻇَﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻬُﻢْ ﺟَﺎﺀُﻭﻙَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔَﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔَﺮَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﻟَﻮَﺟَﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَﺗَﻮَّﺍﺑًﺎ ﺭَﺣِﻴﻤًﺎ ‏


“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa’ , 64).


Firman Allah dalam Al  Qur’an Surah Al Maidah ayat 35


ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻮَﺳِﻴﻠَﺔَ

ﻭَﺟَﺎﻫِﺪُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ

.

“ Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan carilah sebuah perantara untuk menuju kepada Alloh, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan .” (QS. Al Maidah : 35)


Kemudian mari kita resapi maksud 3 ayat berikut:

- Allah SWT berfirman dalam QS Al Baqarah : 154


وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ


Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

(QS. Al Baqarah ,154)


- Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran : 169

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ


"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki," (QS Ali Imran ,169)


Dalil ayat2 tersebut memberikan kesimpulan bahwa ketika kita punya hajat, misalnya ingin diampuni oleh Allah, atau dipertemukan jodoh, atau ingin dikaruniai anak, atau dimurahkan rizki, dll. maka sunnah kita soan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ulama kompeten, dan orang-orang shaleh, utk minta barokah doa dari beliau-beliau.


Dalil ayat2 di atas juga memberikan pemahaman bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, wali-wali Allah, orang-orang shaleh yg notabene wafat di jalan Allah, mereka tetap hidup di alam mereka dgn senantiasa mendapat rizki khusus dari Allah, diantaranya membimbing atau mendoakan orang lain sesuai kadar dan batasan wilayahnya.


Anugrah khusus bagi para fisabilillah itulah yg selalu diharapkan berkahnya oleh orang-orang awam, seperti halnya admin ini. Maka tak heran kalau setiap saat ada ribuan bahkan jutaan penziarah 'menyerbu' makam beliau utk mendapatkan barokah, doa terkabulnya hajat, bimbingan spiritual khusus, dll.


Apakah ini sesuai logika? Iya atau tidaknya, silahkan temukan sendiri jawabannya di mana saja. Entah di sudut2 benak atau di relung2 kalbu. Namun kenyataan, ada banyak orang awam yg berdoa utk terkabulnya 1 hajat selama 10 tahun sering 'dikalahkan' oleh 1 kali doanya orang wali utk terkabulnya 10 hajat.


Dalil Hadits.


Riwayat dari Aisyah Istri Rasulullah


ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮْ ﺍﻟﻨُّﻌْﻤَﺎﻥِ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺳَﻌِﻴْﺪُ ﺑْﻦُ ﺯَﻳْﺪٍ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﻤْﺮُﻭ ﺑْﻦُ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﺍﻟﻨُّﻜْﺮِﻱ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﻭْﺱُ ﺑْﻦُ ﻋَﺒْﺪِﺍﻟﻠﻪِ ﻗُﺤِﻂَ ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳْﻨَﺔِ ﻗَﺤْﻄﺎً ﺷَﺪِﻳْﺪﺍً، ﻓَﺸَﻜَﻮْﺍ ﺇِﻟَﻰ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭْﺍ ﻗَﺒْﺮَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ ﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓَﺎﺟْﻌَﻠُﻮْﺍ ﻣِﻨْﻪُ ﻛِﻮًﻯ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﺎ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺳَﻘْﻒٌ . ﻗَﺎﻝَﻓَﻔَﻌَﻠُﻮْﺍ ﻓَﻤُﻄِﺮْﻧَﺎ ﻣَﻄَﺮﺍً ﺣَﺘَّﻰ ﻧَﺒَﺖَ ﺍﻟْﻌُﺸْﺐُ ﻭَﺳَﻤِﻨَﺖِ ﺍﻟْﺈِﺑِﻞُ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻔَﺘَّﻘَﺖْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﺤْﻢِ ﻓَﺴُﻤِّﻰَ ﻋَﺎﻡَ
ﺍﻟْﻔَﺘْﻖِ ‏- ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ

“Dari Aus bin Abdullah: “Suatu hari kota Madinah mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madinah ke Aisyah (janda Rasulullah saw) mengadu

tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata:

.“Lihatlah kubur Nabi Muhammad lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung." Lantas mereka pun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk”. (HR. Imam Darimi). 


Dalil Madzhab


Al-Imam al-Syafi’i,Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris al-Syafi’i(150-204 H/767-819 M), mujtahid besar, pakar hadits dan pendiri madzhab Syafi’i yang diikuti oleh mayoritas kaum Muslimin di dunia, juga mengakui bolehnya ber-tabaruk dengan para nabi dan wali sesudah meninggal. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan pernyataan beliau berikut ini:


ﻋَﻦْ ﻋَﻠِﻲ ﺑْﻦِ ﻣَﻴْﻤُﻮْﻥٍ ﻗَﺎﻝَ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲَّ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻳَﻘُﻮْﻝُ: ﺇِﻧِّﻲْ َﻷَﺗَﺒَﺮَّﻙُ ﺑِﺄَﺑِﻲْ ﺣَﻨِﻴْﻔَﺔَﻭَﺃَﺟِﻲْﺀُ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﺒْﺮِﻩِ ﻛُﻞَّ ﻳَﻮْﻡٍ ﻳَﻌْﻨِﻲْ ﺯَﺍﺋِﺮًﺍ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻋَﺮَﺿَﺖْ ﻟِﻲْ ﺣَﺎﺟَﺔٌ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻭَﺃَﺗَﻴْﺖُ ﺇِﻟَﻰﻗَﺒْﺮِﻩِ ﻭَﺳَﺄَﻟْﺖُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟْﺤَﺎﺟَﺔَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻓَﻤَﺎ ﺗَﺒْﻌُﺪُ ﻋَﻨِّﻲْ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﻘْﻀَﻰ. ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ ﺍﻟﺒﻐﺪﺍﺩﻱﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺦ ﺑﻐﺪﺍﺩ ‏( 1/123 ‏) ﺑﺴﻨﺪ ﺻﺤﻴﺢ .


“Dari Ali bin Maimun, berkata: “Aku mendengar al-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku selalu bertabarruk dengan Abu Hanifah dan mendatangi makamnya dengan berziarah setiap hari. Apabila aku mempunyai hajat, maka aku menunaikan shalat dua rekaat, lalu aku datangi makam beliau dan aku memohon hajat itu kepada Allah di sisi makamnya, sehingga tidak lama kemudian hajatku segera terkabul”.


Ibnu Taymiyah dan Imam Muhammad bin Abdul Wahab memberikan pernyataan sbb;

"Tawassul itu adalah salah satu metode dalam berdoa dari sekian cara dalam berdo’a kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Sedang yang diminta dan diharapkan dapat mengabulkan do’a tiada lain adalah Allah .

Obyek yang dijadikan wasilah (perantara) hanya berperan sebagai mediator untuk mendekatkan diri kepada Allah . Siapapun yang meyakini di luar batasan ini berarti ia telah musyrik.

Orang yang bertawassul tidak boleh meyakini bahwa media yang dijadikan untuk bertawassul kepada Allah itu bisa memberi manfaat dan derita dengan sendirinya (independent) sebagaimana Allah, atau tanpa izin-Nya. Dan barangsiapa yang meyakini demikian niscaya ia musyrik.

Tawassul bukanlah suatu keharusan, dan terkabulnya do’a tidaklah harus dengan cara tawasul .Tawasul bukanlah ibadah wajib tapi juga bukan dilarang."


Syekh Ibnu Taimiyah memperbolehkan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata : “Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi:

.

ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻢ ﺷﺨﺼﺎ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻧﻰ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﻭﺃﺗﻮﺳﻞ ﺇﻟﻴﻚ ﺑﻨﺒﻴﻚ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ

ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺇﻧﻰ ﺃﺗﻮﺟﻪ ﺑﻚ ﺇﻟﻰ ﺭﺑﻚ ﻓﻴﺠﻠﻰ ﺣﺎﺟﺘﻰ ﻟﻴﻘﻀﻴﻬﺎ ﻓﺸﻔﻌﻪ ﻓﻲّ ( ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺘﺮﻣﻴﺬﻯ

ﻭﺻﺤﺤﻪ ).


Rasulullah s.a.w. Mengajari seseorang berdoa: (artinya)

“Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dan bertwassul kepada-MU melalui Nabi-Mu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku syafa'at”. Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276).


Kunci utamanya, adalah niat.

Kita tidak boleh berniat diluar konteks Islam dimana perantara (washilah) dianggap paling hebat apalagi dianggap sebagai Tuhan. Karena hal ini berarti menduakan Allah (syirik).


Kunci Kedua, adalah doa.

Kita di anjurkan berdoa dgn memfokus meminta pada Allah dimana wasilah hanya jalan mempetcepat terkabulnya doa kepada Allah. Misalnya: "Ya Allah, aku mohon pertemukan dgn jodohku berkat washilah Syeikh ini"; Bukan: "Ya Syeikh, aku mohon pertemukan dgn jodohku berkat kewalian Syeikh ."

Jadi..dalam metode tawasul, tetaplah Allah sebagai tempat meminta pertolongan bukan obyek perantaranya. Semoga dgn ini maka cara beragama kita sesuai dgn kebenaran syariat Islam . aamiin


Share:

Wednesday, March 17, 2021

Khutbah Jum'at: Macam-Macam Amal Jariyah

Kategori: Khutbah Jum'at

Judul Khutbah: Macam-Macam Amal Jariyah

Durasi normal: @ 7 menit, 3 menit

yuqm tags: khutbah, jum'at, amal, jariyah, keagamaan, 


Khutbah 1 

اَلْحَمْدُ للهِ . وَاَلشُّكْرُ للهِ . وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ (فُصِّلَتْ ٨) 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!

Mengawali khutbah yang singkat ini, kami berpesan kepada kami pribadi dan kita semua agar senantiasa berusaha meningkatkan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan cara menjalankan semua yg diperintahkan-Nya dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang-Nya. 


Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!

Cara meningkatkan ketakwaan dan keimanan dapat ditempuh dengan upaya memperbanyak amal kebaikan, lebih-lebih amal jariyah. Oleh karena itu, pada kesempatan yang penuh berkah ini, kami akan menyampaikan khutbah tentang: MACAM-MACAM AMAL JARIYAH


Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!

Sebelum kita membahas tentang macam-macam amal jariyah, ada baiknya kalau kita mengingat lagi bahwa amal jariyah adalah amal yang pahalanya terus-menerus mengalir walaupun yang beramal sudah meninggal dunia. Dengan demikian maka orang yang pernah beramal jariyah sewaktu hidupnya, niscaya ia akan terus mendapatkan pahala yang tak pernah putus selama amalnya masih bermanfa’at kepada orang lain.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah ke-41 yakni Al-Fushshilat ayat 8;

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ 

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya."


Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!

Berdasarkan keterangan Tafsir Jalalain, ayat tersebut mengandung maksud bahwa: 'Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya, yakni tanpa henti-hentinya.' Adapun Tafsir Muyassar memberikan penjelasan bahwa: 'Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah, utusan-Nya, kitab-Nya dan melakukan amal-amal shalih dengan ikhlas dalam melakukannya, bagi mereka pahala besar yang tidak terputus dan tidak terhalangi.'


Dan Rasulullah SAW. bersabda:

عَنْ اَبي هُـرَيْـرَةَ رَضِـَي اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذاَ ماَتَ ابْنُ اٰدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَث: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَه (رَوَهُ مُسْلِمْ)

Artinya:

“Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak cucu Adam telah mati, terputuslah amalannya kecuali 3 perkara; Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim).


Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!

Sehubungan dengan keumuman amal-amal shaleh yang jenisnya bermacam-macam, maka Syekh Al-Haj Abdul Hamid Hakim, dalam kitab Mabaadi Awwaliyah halaman 46 beliau merinci tentang 10 macam amal jariyah, sebagaimana berikut:

1. Mengajarkan ilmu yang bemanfa’at.

2. Mendidik anaknya sehingga menjadi anak shalih/shalihah.

3. Menanam pohon.

4. Memberi infak.

5. Mewariskan mushaf/AlQur’an.

6. Menutup lubang/jurang.

7. Membuat sumur. 

8. Mengalirkan sungai.

9. Membangun rumah untuk musafir/majlis dzikir.

10. Mengajarkan Al-Qur’an.


Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!

Orang yang mengajarkan ilmu agama, yang menganjurkan untuk berbuat kebaikan, yang mendidik anaknya sehingga menjadi orang shaleh atau shalehah, maka orang tersebut akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala amal shalih yang didapat oleh orang yang pernah diajari atau didiknya.


Mengenai hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Uqbah bin ‘Amr bin Tsa’labah radhiallahu’anhu, bahwa beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

Artinya:

“Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya” (HR. Muslim nomor 1893).


Hadirin, Jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah!

Adapun orang yang mengeluarkan hartanya di jalan Allah, yang mempergunakan tenaga dan fikirannya untuk fasilitas agama, yang membangun sarana umum demi kemaslahatan umat, maka ia akan terus mendapatkan pahala selama fasilitas atau sarana prasarana tersebut masih dipakai untuk kemaslahatan atau kebaikan.


Dalam hal ini, dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا ، وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا

Artinya:

“Barangsiapa yang membantu perlengkapan orang yang berjihad di jalan Allah maka sungguh dia juga telah ikut berjihad, dan barangsiapa yang membantu keluarga seorang yang berjihad di jalan Allah dengan suatu kebaikan maka dia juga telah ikut berjihad.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]


Al-Imam Ath-Thobari rahimahullah dalam kitab Syarhul Bukhari Libnil Baththol, 5/51 menyimpulkan dalam hadits ini terdapat fiqh (pemahaman) bahwa setiap orang yang menolong seorang mukmin dalam melaksanakan suatu amalan kebaikan maka orang yang menolong tersebut mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap amal jariyah yang kita upayakan merupakan suatu investasi multi pahala yang mana hasil bersihnya akan dinikmati kelak di akhirat. Semoga kita dapat mengamalkannya; kalaupun tidak mengamalkan semuanya, tapi tidak meninggalan semuanya. Akhirnya kita berharap semoga Allah memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga kita termasuk orang-orang yang cinta beramal jariyah. Aaamiiin. Sungguh Allah Maha Melipatgandakan Pahala.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ . مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗ وَلَهٗٓ اَجْرٌ كَرِيْمٌ

Barang siapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia. (Al-Hadiid, 11)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمِا فِيْهِ مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِالحَكِيْمٍ، وتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَه إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.

Khutbah 2

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ اِنْعَامِهِ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ . فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى . وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ اَجْمَعِيْنَ وَالْمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُخْلِصِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Share:

Friday, July 24, 2020

HUKUM MENJUAL KULIT HEWAN QURBAN

KATEGORI: HUKUM AGAMA
JUDUL: HUKUM MENJUAL KULIT HEWAN 
QURBAN
TAG YUQM: HUKUM, QURBAN, KEAGAMAAN


Terkait hukum menjual kulit hewan qurban sebenarnya sudah dijelaskan oleh para ulama dalam kitab-kitab mereka. Salah satunya yaitu dijelaskan di dalam kitab Hasyiyah al Bajuri ‘ala Ibn Qosim, bahwa semua yg terkait dgn hewan qurban, mulai dari daging, tanduk, kulit, bahkan sampai ke bulunya tidak boleh dijual, baik itu qurban wajib maupun sunnah. Silahkan perhatikan dalil ini;

ولا يبيع) اى يحرم على المضحى بيع شيء (من الاضحية) اى من لحمها أو شعرها أو جلدها ويحرم ايضا جعله أجرة للجزار ولو كانت الاضحية تطوعا

Artinya:
Tidak diperbolehkan menjual, maksudnya haram atas mudhahhi (orang yang berqurban) menjual sebagian (dari qurban) baik dagingnya, bulunya atau kulitnya. Haram juga menjadikannya sebagai upah bagi penyembelih walaupun qurban itu qurban sunat.” (Al-Bajuri Juz II/Hal.301-302)

Keharaman ini didasari oleh hadis Nabi s.a.w yg diriwayatkan oleh Imam Hakim yg dikutip Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam kitabnya sebagaimana berikut:

من باع جلد اضحيته فلا أضحية له

Artinya:
Barangsiapa menjual kulit hewan kurbannya maka qurbannya tidak sah ,” (HR: Imam Hakim).

Nabi menerangkan hal ini dikarenakan sebagian orang beranggapan bahwa kulit qurban tidak termasuk bagian dari qurban yg wajib dibagikan. Jadi hukumnya tidak boleh menjual daging, kulit, bulu begitu juga dengan tanduknya, hal ini disamakan dgn barang wakaf yg mana tidak boleh diperjual-belikan.

Tak hanya menjual, menjadikan kulit qurban sebagai upah buat orang yg menyembelih pun juga dilarang karena hal itu serupa dngan jual beli. Namun jika orang yg berqurban memberikan kulit tersebut pada si penyembelih dngan niatan sedekah, bukan sebagai ongkos penyembelihan, maka hal itu diperbolehkan.

(Raudlatut Thalibin I/361, al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab VIII/420)

(al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab VIII/420, al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu IV/280)

Wallahu A’lam Bishshawab.
Demikianlah penjelasan tentang menjual kulit hewan qurban. Semoga penjelasan yg ringkas ini bisa menambah ilmu agama bagi kita dan berguna bagi diri pribadi, keluarga dan masyarakat luas. AAAMIIIN.
Share: