Kategori: Khutbah Jumat
Khutbah I
Hadirin jama’ah shalat Jumah rahimakumullah,
Kami berpesan kepada kami pribadi, juga kepada jamaah semuanya supaya kita selalu bertaqwa kepada Allah dengan mematuhi semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dalam rangka mewujudkan taqwa kepada Allah, kita perlu melakukan ibadah dengan benar dan ikhlas. Maka pada khutbah kali ini kami akan menyampaikan hal-hal penting tentang ikhlas beserta tingkatannya.
Hadirin rahimakumullah,
Kata: إِخْلَاصٌ memiliki arti: murni dan memiliki pengertian:
Penyusun tafsir Al-Mishbah, Prof. Dr. M. Qurais Syihab memberikan satu gambaran tentang ikhlas dengan sebuah gelas yang penuh dengan air putih. Tak ada sedikit pun di dalam gelas itu selain air putih saja, murni tanpa campuran apa pun. Itulah yang gambaran tentang ikhlas.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa seseorang dikategorikan ikhlas melakukan suatu ibadah apabila semata-mata melakukannya karna Allah, tidak ada satu maksud atau niat lain yang mencampuri tujuan ibadah tersebut melainkan murni karena menghamba kepada Allah SWT saja.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran:
Dan mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (QS Al Bayyinsmah, 5)
Hadirin jama’ah shalat Jumah rahimakumullah,
Ikhlas merupakan satu syarat diterimanya amal ibadah seseorang. Tanpa keikhlasan, seperti apapun amal yang dilakukan oleh seorang maka tak akan ada nilainya di sisi Allah SWT.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal ibadah kecuali yang ikhlas hanya kepada Allah, dan yang diharap dari amal ibadah tersebut hanya Allah.” (HR. An-Nasa’i No. 3140)
Hadirin jama’ah shalat Jumah rahimakumullah,
Oleh karena sulitnya pengamalan ikhlas maka Syekh Muhammad Nawawi Al Banteni menjelaskan di dalam kitab beliau, Nashâihul ‘Ibâd، bahwa ikhlas ada 3 tingkatan;
Tingkatan ikhlas pertama yaitu:
"Tingkatan ikhlas yang pertama adalah memurnikan amal ibadah dari perhatian makhluk, tidak ada yang diinginkan dengan ibadahnya selain menuruti perintah Allah dan melakukannya karena kewajiban sebagai hamba Allah, bukan mencari perhatian manusia berupa kecintaan, pujian, harta dan sebagainya.” Inilah tingkatan ikhlas yang paling utama.
Tingkatan ikhlas kedua yaitu:
“Tingkat ikhlas yang kedua adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian-bagian akhirat seperti dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga dan menikmati berbagai macam kelezatannya.”
Tingkatan keikhlasan kedua ini diperbolehkan, karena Allah dan Rasulul-Nya sering memotivasi para hamba dan umatnya untuk melakukan amalan tertentu dengan pahala yang besar dan kenikmatan yang hakiki di akhirat nanti.
Tingkatan ikhlas ketiga yaitu:
“Tingkatan ikhlas yang ketiga adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian duniawi, seperti kelapangan rizki dan terhindar dari hal-hal yang menyakitkan.”
Tingkat keikhlasan ketiga ini adalah tingkat keikhlasan yang paling rendah. Namun demikian ini masih tetap dianggap sebagai ikhlas, karena syari'at menawarkan imbalan-imbalan tersebut ketika memotivasi umat untuk melakukan suatu amalan tertentu.
Lalu beliau Syeikh Nawawi Al Banteni menegaskan:
“Selain 3 tingkatan ikhlas di atas adalah termasuk riya yang tercela.”
Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,
Dengan demikian, ikhlas menduduki posisi kunci dalam semua kegiatan amal ibadah kita, baik ritual ibadah individual maupun sosial. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan niat sebelum melakukan amal ibadah, menjaga keikhlasan sewaktu melakukan amal ibadah, dan mempertahankannya sekalipun sudah beramal ibadah.
Akhirnya, marilah kita selalu berharap dan berdoa kepada Allah, semoga kita dipermudah dalam melakukan amal ibadah; ringan sewaktu memulai, tenang sewaktu melakukan, dan syukur setelah menyelesaikannya. Dan satu hal yang terpenting yaitu mudah-mudahan kita dapat memulai dan mengakhiri ibadah dengan balutan ikhlas LILLAHI TA'ALA. Syukur-syukur bisa mencapai tingkatan ikhlas yang pertama dan paling utama, yakni beramal ibadah yang murni karena menjalankan perintah Allah, sebagai penghambaan terhadap-Nya. Aaamiiin.
Khutbah II
Judul: Ikhlas dan 3 tingkatannya
Durasi: 8 + 5menit
Tags: #khutbah_jumat #ikhlas #tingkatan_ikhlas #dalil_ikhlas
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ النِّعَمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ االَّذِيْ هُوَ إِلهُ الْعَالَمِ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسْوْلُه الَّذِيْ جَعَلَهُ اللهُ خَيْرَ الْأنَامِ. اَللَّهُمَّ َصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَ صَحْبِهِ وَ كُلِّ مَنْ تَبِعَهُ فٍي الدِّيْنِ. أَما بعد: فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى الله بامْتِثَالِ أَوَامِره وَاجْتَاب نَوَاهِيْهِِ، وَاعْلَمُوْا أنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرّآنِ الْكَرِيْمِ: أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيطن الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ (آل عمران، ١٠٢). وَقَالَ أَيْضًا: قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ (الأنعام، ١٦٢)
Hadirin jama’ah shalat Jumah rahimakumullah,
Kami berpesan kepada kami pribadi, juga kepada jamaah semuanya supaya kita selalu bertaqwa kepada Allah dengan mematuhi semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dalam rangka mewujudkan taqwa kepada Allah, kita perlu melakukan ibadah dengan benar dan ikhlas. Maka pada khutbah kali ini kami akan menyampaikan hal-hal penting tentang ikhlas beserta tingkatannya.
Hadirin rahimakumullah,
Kata: إِخْلَاصٌ memiliki arti: murni dan memiliki pengertian:
تَجْرِيْدُ قَصْدِ التَّقَرُّبِ اِلَى اللهِ تَعَالَى عَنْ جَمِيْعِ الشَّوَاهِبِ
yakni: memurnikan tujuan taqarrub kepada Allah ta’âlâ dari segala hal yang mencampurinya.Penyusun tafsir Al-Mishbah, Prof. Dr. M. Qurais Syihab memberikan satu gambaran tentang ikhlas dengan sebuah gelas yang penuh dengan air putih. Tak ada sedikit pun di dalam gelas itu selain air putih saja, murni tanpa campuran apa pun. Itulah yang gambaran tentang ikhlas.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa seseorang dikategorikan ikhlas melakukan suatu ibadah apabila semata-mata melakukannya karna Allah, tidak ada satu maksud atau niat lain yang mencampuri tujuan ibadah tersebut melainkan murni karena menghamba kepada Allah SWT saja.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran:
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
Artinya:Dan mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (QS Al Bayyinsmah, 5)
Hadirin jama’ah shalat Jumah rahimakumullah,
Ikhlas merupakan satu syarat diterimanya amal ibadah seseorang. Tanpa keikhlasan, seperti apapun amal yang dilakukan oleh seorang maka tak akan ada nilainya di sisi Allah SWT.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
قال رسول الله صلعم: إِنَّ اللَّهَ لا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Artinya:“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal ibadah kecuali yang ikhlas hanya kepada Allah, dan yang diharap dari amal ibadah tersebut hanya Allah.” (HR. An-Nasa’i No. 3140)
Hadirin jama’ah shalat Jumah rahimakumullah,
Oleh karena sulitnya pengamalan ikhlas maka Syekh Muhammad Nawawi Al Banteni menjelaskan di dalam kitab beliau, Nashâihul ‘Ibâd، bahwa ikhlas ada 3 tingkatan;
Tingkatan ikhlas pertama yaitu:
فأعلى مراتب الاخلاص: تصفية العمل عن ملاحظة الخلق، بأن لا يريد بعبادته الا امتثال أمر الله والقيام بحق العبودية دون اقبال الناس عليه بالمحبة والثناء والمال ونحو ذلك
Artinya:"Tingkatan ikhlas yang pertama adalah memurnikan amal ibadah dari perhatian makhluk, tidak ada yang diinginkan dengan ibadahnya selain menuruti perintah Allah dan melakukannya karena kewajiban sebagai hamba Allah, bukan mencari perhatian manusia berupa kecintaan, pujian, harta dan sebagainya.” Inilah tingkatan ikhlas yang paling utama.
Tingkatan ikhlas kedua yaitu:
والمرتبة الثانية: أن يعمل لله ليعطيه الحظوظ الأخروية، كالبعاد عن النار وادخاله الجنة وتنعيمه بأنواع ملاذها
Artinya:“Tingkat ikhlas yang kedua adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian-bagian akhirat seperti dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga dan menikmati berbagai macam kelezatannya.”
Tingkatan keikhlasan kedua ini diperbolehkan, karena Allah dan Rasulul-Nya sering memotivasi para hamba dan umatnya untuk melakukan amalan tertentu dengan pahala yang besar dan kenikmatan yang hakiki di akhirat nanti.
Tingkatan ikhlas ketiga yaitu:
والمرتبة الثالثة: أن يعمل لله ليعطيه حظا دنيويا، كتوسعة الرزق ودفع المؤذيات
Artinya:“Tingkatan ikhlas yang ketiga adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian duniawi, seperti kelapangan rizki dan terhindar dari hal-hal yang menyakitkan.”
Tingkat keikhlasan ketiga ini adalah tingkat keikhlasan yang paling rendah. Namun demikian ini masih tetap dianggap sebagai ikhlas, karena syari'at menawarkan imbalan-imbalan tersebut ketika memotivasi umat untuk melakukan suatu amalan tertentu.
Lalu beliau Syeikh Nawawi Al Banteni menegaskan:
وما عدا ذلك رياء مذموم
Artinya:“Selain 3 tingkatan ikhlas di atas adalah termasuk riya yang tercela.”
Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,
Dengan demikian, ikhlas menduduki posisi kunci dalam semua kegiatan amal ibadah kita, baik ritual ibadah individual maupun sosial. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan niat sebelum melakukan amal ibadah, menjaga keikhlasan sewaktu melakukan amal ibadah, dan mempertahankannya sekalipun sudah beramal ibadah.
Akhirnya, marilah kita selalu berharap dan berdoa kepada Allah, semoga kita dipermudah dalam melakukan amal ibadah; ringan sewaktu memulai, tenang sewaktu melakukan, dan syukur setelah menyelesaikannya. Dan satu hal yang terpenting yaitu mudah-mudahan kita dapat memulai dan mengakhiri ibadah dengan balutan ikhlas LILLAHI TA'ALA. Syukur-syukur bisa mencapai tingkatan ikhlas yang pertama dan paling utama, yakni beramal ibadah yang murni karena menjalankan perintah Allah, sebagai penghambaan terhadap-Nya. Aaamiiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيطن الرَّجِيْمِ، هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (المؤمن/غافر ٦٥). وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah II
الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. فَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا. عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُم،ْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ